Menuju konten utama

Pesta Promo Belanja Black Friday & Penyebab Orang Kecanduan Diskon

Black Friday & kenapa kita begitu gila diskon?

Pesta Promo Belanja Black Friday & Penyebab Orang Kecanduan Diskon
Ilustrasi Black Friday

tirto.id - Salah satu pesta belanja online Black Friday tahun ini jatuh pada Jumat, tanggal 29 November 2019. Pesta belanja ini biasanya diramaikan dengan promo dan diskon dari sejumlah e-commerce dan toko-toko offline.

Black Friday bukan hal yang asing bagi para pemburu diskon. Inilah hari ketika barang impian diburu karena diskon gila-gilaan. Namun, tak semua orang hari itu ceria menyambut diskon.

Setiap Black Friday, ribuan orang rela mengantre di depan gerai hingga tak jarang terjadi kericuhan. Misalnya tahun lalu, kekacauan terjadi dalam pesta yang digelar Nike Bazaar di Grand Indonesia, Jakarta. Situasi kacau saat berlangsung diskon besar-besaran cukup sering terjadi, bahkan tidak hanya di Indonesia.

Kejadian serupa kerap terjadi di Amerika Serikat sehari setelah perayaan Thanksgiving. Sebagian besar gerai di negeri Paman Sam buka lebih awal, bahkan sejak dini hari. Yang menggiurkan, mereka juga menawarkan diskon besar-besaran.

Kenapa kita begitu gila diskon?

Sebuah survei yang dikeluarkan RetailMeNot pada 2013 yang menyebut, 51 persen dari 10.009 responden berkata lebih terpengaruh pada diskon, tawaran, dan obralan ketika berbelanja.

Kedua survei itu membuktikan bahwa strategi pemasaran untuk menyebar diskon masih cukup ampuh bagi konsumen di Indonesia.

Secara psikologis, diskon juga berdampak bagus bagi tubuh manusia. Paul J. Zak, profesor Neuroconomic, mendapati bahwa orang yang mendapatkan kupon diskon seketika berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan, kesehatan, dan stres seseorang.

Seseorang yang diberi kupon potongan harga 10 dolar AS, misalnya, memompa kadar oktosin (kimiawi yang meningkatkan rasa bahagia) sebanyak 38 persen, dan membuat orang itu 11 persen lebih bahagia dari yang tidak menerima kupon.

Selain itu, diskon juga mampu membuat tingkat pernapasan pun turun 32 persen, detak jantung turun 5 persen, dan tingkat keringat 20 kali lebih rendah. Membuat mereka lebih rileks dan berkurang stres. Hal ini yang membuat orang-orang senang mendengar kabar diskon, terlebih diskon tersebut dari jenama kesukaannya.

Tanda-tanda seorang konsumen diidentifikasikan sebagai shopaholic

Huffpost menulis sejumlah kriteria konsumen yang bisa disebut sebagai shopaholic, yaitu di antaranya adalah:

  • Kita memiliki banyak barang yang belum dibuka dan masih tersegel di lemari.
  • Kita dengan mudah membeli sesuatu yang sebetulnya tidak dibutuhkan atau tidak
  • Rasa frustasi yang mendorong keinginan berbelanja semakin besar sebagai upaya untuk mengisi kekosongan emosional, seperti kesepian, kurangnya kontrol, atau kurangnya kepercayaan diri.
  • Adanya perasaan menyesal setelah membeli barang, entah karena membeli terlalu banyak atau harga yang dibeli tidak sesuai (menemukan harga yang lebih murah dengan barang yang sama di toko sebelah).
  • Kita mencoba menyembunyikan kebiasaan belanja kita dari orang lain.
  • Merasa cemas bila tidak berbelanja dalam sehari saja.
Lalu, sudah dapat promo Black Friday apa saja?

Baca juga artikel terkait BLACK FRIDAY atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH