tirto.id - Akhir Juni lalu, Casme Carter, perempuan asal Florida, Amerika Serikat, menarik perhatian publik karena menyelenggarakan acara pernikahan yang melibatkan 34 pendamping pengantin perempuan. Pernikahan Carter menambah daftar panjang acara pernikahan warga AS bagian selatan yang digelar dengan cukup besar-besaran.
Catatan penting, hal tersebut merupakan fenomena yang jarang terjadi di AS, terlebih di bagian selatan Negari Paman Sam tersebut.
Kepada CNN, Carter mengaku bahwa bertahun-tahun sebelum menikah - bahkan sebelum bertemu dengan sang suami - ia sudah membuat folder khusus di Pinterest yang berisi berbagai gambar guna dijadikan inspirasi pesta pernikahan.
Alhasil, pernikahan Carter pun nampak serupa dengan dekorasi pernikahan yang banyak beredar di media sosial tersebut: Diselenggarakan di pinggir pantai, mengangkat tema rustic, dan melibatkan deretan pendamping pengantin perempuan.
"Tadinya suamiku berpikir rencanaku untuk punya banyak pendamping pengantin perempuan hanyalah gurauan. Tapi kemudian, dia berusaha memahami keinginanku. Dia sadar seberapa banyak perempuan-perempuan penting yang ada di sekitarku," kata Carter.
Carter tadinya menginginkan 50 pendamping pengantin perempuan. Jumlah tersebut menyusut lantaran sebagian dari mereka berhalangan hadir. Ia memberi kejutan kepada para pendamping pengantin dengan tidak memberitahu mereka siapa saja yang akan dijadikan pendamping pengantin.
Awalnya, para pendamping terkejut begitu mengetahui bahwa mereka punya banyak 'teman.' Akhirnya, mereka memuji ide Carter yang menurut mereka sangat menarik.
Profesor gender dan komunikasi Creighton University Sheri Shuler berkata kepada Atlantic bahwa zaman sekarang, menjadi pendamping pengantin dianggap sebagai sesuatu yang spesial. Mereka yang diminta jadi pendamping pengantin merasa punya derajat lebih tinggi dibanding teman-teman pengantin lainnya.
"Meminta seseorang jadi pendamping pengantin itu layaknya investasi pertemanan jangka panjang. Andai tidak mengajak teman tertentu menjadi pendamping pengantin, muncul kekhawatiran si teman akan menjauh," tulis penulis Caroline Kitchener, masih dari Atlantic.
Prestisius dan Jorjoran
Pendamping pengantin awalnya bukanlah peran yang prestisius. Tapi, di zaman sekarang, makna peran tersebut sudah bergeser jauh.
Pada zaman romawi kuno, pendamping pengantin dibutuhkan untuk melindungi pengantin dari kejahatan. Orang romawi mengharuskan pengantin perempuan didampingi 10 perempuan yang berbusana serupa dengan baju pengantin untuk mengecoh para penjahat yang bertujuan mencelakai pengantin.
Kini, banyaknya jumlah pendamping pengantin malah dapat menjadi salah satu indikator sebuah pesta pernikahan yang digelar secara besar-besaran. Guinness World Record pernah mencatat bahwa di Sri Lanka pernah ada pengantin perempuan yang memiliki 126 pendamping. Rekor pendamping perempuan terbanyak itu terpecahkan di negara yang penduduknya gemar menyelenggarakan pesta pernikahan mewah.
Pada akhir tahun 2018, salah satu pernikahan dengan biaya tertinggi yang nilainya mencapai miliaran dolar diselenggarakan di India, negara tetangga Sri Lanka. Dilansir Elle, pernikahan mahal itu adalah pernikahan Isha Ambani, anak orang terkaya di India. Pernikahan Ambani diselenggarakan di rumah pribadi 27 lantai di Udaipur. Pesta dimeriahkan dengan konser privat Beyonce dan dihadiri politisi seperti Hillary Clinton.
Sosiolog Parul Bhandari berkata kepada CNN bahwa di India pernikahan dimaknai sebagai simbol status ekonomi, sosial, dan politik sebuah keluarga.
"Menyelenggarakan pernikahan secara jorjoran bisa dilihat sebagai sebuah usaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi dan keinginan dihormati oleh orang lain," sebut Bhandari. "Pernikahan Ambani sudah jelas merupakan ajang unjuk kekuasaan dan harta."
Apa yang disebutkan oleh Bhandari terjadi pula di Indonesia. Salah satunya adalah pernikahan putra ketiga Bambang Trihatmodjo dan Halimah, Bambang Aditya Trihatmanto, dengan pengusaha lipstik Kezia Toemion yang dihelat awal tahun ini.
Di Jakarta, pernikahan diselenggarakan di kediaman keluarga di Jl. Cendana, Jakarta Pusat dan dihadiri oleh seluruh keluarga Bambang Trihatmodjo. Beberapa hari setelah acara di Jakarta digelar, pasangan pengantin baru menyelenggarakan pesta di AS. Pesta pertama diadakan di Villa de Leon, Malibu. Pesta kedua diselenggarakan di Greystone Mansion, Beverly Hills.
Acara yang berlangsung selama beberapa hari tersebut diisi dengan agenda jamuan makan bersama kerabat pengantin perempuan, pesta dansa, pemberkatan pernikahan, dan tentu sesi bersenang-senang bersama para pendamping perempuan yang datang jauh-jauh dari Jakarta.
Para pendamping pengantin itu boleh jadi menghabiskan dana lebih dari 1.000 dolar AS per orang. Sebagai catatan, jumlah yang biasanya dikeluarkan oleh seorang pendamping pengantin perempuan di AS berkisar 1.500 dolar AS. Bustle melaporkan bahwa para pendamping pengantin perempuan mengeluarkan uang untuk biaya pembuatan busana, belanja aksesori untuk acara pernikahan, biaya rias wajah, biaya acara bridal shower, dan kado pengantin.
Lantas, apakah pesta pernikahan besar-besaran berdampak pada pernikahan itu sendiri?
Penelitian Andrew Francis-Tan dan Hugo M. Malon berjudul "'A Diamond is Forever' and Other Fairy Tales: The Relationship Between Wedding Expenses and Marriage Duration" (2015/PDF) mungkin dapat menjawab sebagian pertanyaan tersebut. Mereka menemukan bahwa mewah atau tidaknya pernikahan tidak memiliki korelasi dengan langgengnya sebuah hubungan pernikahan.
Ada kalanya, pernikahan mewah berujung perpisahan karena masalah yang dipantik oleh perkara hutang waktu menyelenggarakan acara pernikahan. Ada pula pernikahan bujet rendah yang berujung perceraian karena dinilai bukan pernikahan serius lantaran tidak disaksikan banyak atau cukup orang.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara