tirto.id - Sebanyak 23 dai atau mubalig yang datang dari berbagai daerah diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka Jakarta, Senin (17/4/2017). Perwakilan mubalig yang tergabung dalam Dewan Pimpinan Pusat Badan Koordinasi mubalig se-Indonesia menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan usulan pemikiran mereka terkait masalah kebangsaan.
KH Mahrus Amin yang juga Ketua Majelis Syuro Nasional dan mewakili DPP Badan Koordinasi mubalig se-Indonesia mengatakan kedatangannya ke Istana untuk menemui Presiden terkait rencana diklat untuk mencetak sejuta mubalig di Indonesia.
"Presiden menyambut baik usulan kami dan akan hadir pada 2 Mei 2017 di Gedung MPR RI Senayan Jakarta untuk meresmikan acara Program Gerakan Satu Juta Mubalig Bela Negara yang kami selenggarakan," kata Mahrus Amin setelah jumpa pers di Kantor Presiden, di Jakarta, seperti diberitakan Antara.
Program ini, menurut Mahrus, didasari karena kurangnya pendidikan dakwah yang baik di Indonesia. Padahal, menurutnya, pendidikan dan pelatihan bagi para calon mubalig atau dai menurut dia sangat dibutuhkan umat di Indonesia dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa.
Pihaknya mempersiapkan program tersebut yang akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama akan melibatkan 500 orang para mubalig/mubaligat.
"Banyak yang belum disentuh dengan dakwah yang baik, oleh karena itu kami akan mempersiapkan satu juta dai," katanya.
Mahrus juga ingin menata kualitas mubalig di Tanah Air menjadi semakin baik. Rekrutmen dan pengkaderan mubalig, lanjut Mahrus, secara benar dan terstuktur harus mulai dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga pemerintah.
Pada kesempatan pertemuan dengan Presiden, pihaknya juga mengangkat isu pentingnya persatuan umat yang harus dikedepankan dan diperjuangkan.
"Persatuan bangsa ini harus diperjuangkan," katanya.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra