tirto.id - Sejak lima tahun lalu, Rizky Hermawan menyulap rumahnya menjadi kantor mandiri. Sebuah kamar dipersiapkan khusus sebagai ruang kerja Rizky memelototi monitor komputer. Seperti pekerja pada umumnya, ia bekerja lima hari dalam seminggu, dari pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. Waktu kerjanya lebih banyak mengikuti jam perdagangan bursa efek.
Rizky merupakan seorang edukator saham. Ia pendiri sekaligus edukator di Saham Sukses Berkah (SSB). Saham Sukses Berkah merupakan platform edukasi saham yang memiliki ribuan pengikut di media sosial. Platform ini membagikan edukasi mengenai pasar saham lewat konten di Instagram dan Youtube. Selain itu, Rizky menyediakan kelas daring mengenai edukasi trading dan investasi saham bagi member berbayar SSB. Pria berusia 31 tahun itu sudah membangun SSB sejak 2019.
Saat ditemui Tirto di rumahnya, Jumat (1/11/2024), Rizky tengah melakukan live trading. Biasanya, Rizky akan berinteraksi langsung dengan beberapa member SSB yang sudah ikut kepesertaan berbayar. Ia berbagi analisis, strategi, dan menjelaskan performa perusahaan emiten yang spesifik ditanyakan oleh member SSB.
Tak jarang, Rizky memberikan rekomendasi saham yang sedang moncer kepada member SSB. Kendati demikian, sebagai edukator, Rizky tak pernah memaksakan kehendak trader. Ia hanya ingin membantu member SSB menjadi day trader dan investor saham yang lebih teredukasi dan memahami risiko setiap keputusan di pasar saham.
Rizky mengungkap, banyak member SSB yang memiliki motivasi ingin mampu menganalisa sendiri saham yang mereka minati. Para member memiliki semangat untuk dapat profit dari hasil analisa dan pengetahuannya sendiri. Maka, peran Rizky sebagai edukator saham yang paling utama justru meluruskan persepsi dan mentalitas keliru dari para investor dan trader.
Dalam pasar saham, sering kali seseorang terjebak mental kasino. Mereka yang tidak punya pemahaman cukup hanya akan menjadi spekulan yang melakukan jual-beli saham dengan impulsif tanpa diiringi pengetahuan dan analisa. Perilaku semacam ini juga menjadikan iklim pasar modal sulit berkembang di masa depan.
Pasar modal seperti saham, seharusnya menjadi instrumen yang dapat membangun aspek kesejahteraan yang berkesinambungan. Baik manfaat ekonomis bagi negara maupun para investor saham itu sendiri. Tak heran, kerugian di pasar saham tak jarang diakibatkan literasi yang belum cakap.
Menurut Rizky, pasar modal –terutama lewat instrumen saham– sudah begitu mudah untuk diakses berbagai kalangan. Potensi pasar saham dipandangnya akan bertambah cerah dengan datangnya investor baru, khususnya investor ritel. Terlebih, ia menilai stakeholder pasar modal Indonesia semakin memikirkan aspek inklusivitas sebagai acuan kebijakan.
“Investasi saham saat ini sudah bisa dilakukan siapapun, bahkan dimulai dengan modal yang sangat kecil sekali sudah bisa,” ujar Rizky.
Salah satu ceruk peluang menumbuhkan pasar saham adalah mendorong aspek inklusivitas pasar modal Indonesia bagi seluruh kalangan masyarakat. Rizky menilai, peluang ini salah satunya adalah menggarap investor-investor teredukasi dari kalangan masyarakat desa atau kampung. Tentu hal ini tidak mudah karena penguatan literasi akan menjadi pondasi utama.
Rizky menuturkan, kurang lebih sudah ada 5.000 orang yang pernah menjadi member SSB. Di antara ribuan orang itu, Rizky tak jarang menemui beberapa member yang memiliki latar belakang demografis pedesaan atau daerah. Menurutnya, hal pertama yang perlu dipahami masyarakat desa adalah fundamental terkait pasar modal, terutama soal investasi saham.
“Mulanya banyak yang masih menganggap investasi atau trading saham sama kayak judi, karena dinilai menebak-nebak,” ucap Rizky.
Namun, Rizky percaya, masyarakat desa merupakan ceruk investor saham yang bisa dilirik pasar modal Indonesia. Mereka cuma perlu mendapatkan pemahaman dan edukasi dengan akses yang lebih mudah. Terutama, kata dia, perlu didukung oleh regulasi dan upaya dari pemangku kebijakan pasar modal Indonesia yang mengedepankan prinsip kesetaraan.
Hal yang disampaikan Rizky tentu saja selaras dengan inklusivitas yang terus didorong oleh jajaran pasar modal Indonesia. Berkiprah selama 47 tahun, pasar modal Indonesia menuju transformasi yang mengedepankan kesejahteraan bersama.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Self-Regulatory Organization (SRO) yang terdiri dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), terus komitmen membangun pasar modal yang terpercaya dan inklusif.
Beberapa investor saham yang berasal dari kalangan masyarakat desa, menuturkan bahwa peran edukator yang terpercaya berpengaruh pada kematangan literasi mereka terhadap pasar modal. Misalnya pengakuan dari Haerul Affandi (27), pria asal desa Jampang Pulo, Kemang, Kabupaten Bogor, yang juga sempat menjadi member SSB.
Haerul menilai, penting bagi masyarakat desa atau kampung, memiliki kematangan literasi finansial. Di kampungnya, kata dia, orang-orang sebatas bercita-cita punya kontrakan atau punya mobil mewah. Haerul menilai, pasar saham justru menjadi opsi yang punya peluang kesejahteraan jangka panjang lewat instrumen investasi yang berkesinambungan.
Sulton Maulana (26), juga sependapat dengan Haerul. Pria asal desa Pemagarsari, Parung, Kabupaten Bogor ini, mengenal pasar saham setelah menonton konten seorang edukator investasi di media sosial. Sulton lantas menjadi member SSB sebab merasa cocok dengan konten dan penjelasan pasar saham yang disajikan di sana.
Menurut Sulton, pasar saham sebetulnya sudah sangat terbuka. Sayangnya, aksesibilitas di masyarakat desa atau kampung masih sangat kurang. Seharusnya, kata dia, pasar saham mulai dikenalkan di sekolah-sekolah agar masyarakat mengenal instrumen investasi lewat saham.
“Peran edukator kredibel juga menjadi penting agar masyarakat, apalagi di kampung, tidak terjebak investasi bodong,” ucap Sulton kepada reporter Tirto.
Menggarap peluang investor dari kalangan masyarakat desa tentu akan memperkuat upaya pasar saham mengedepankan prinsip inklusif. Peluangnya semakin terbuka lebar seiring performa gemilang pasar modal Indonesia.
Data Single Investor Identification (SID) per 9 Agustus 2024 mencatat, jumlah investor pasar modal yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana dan surat berharga lainnya telah bertumbuh 1,28 juta sejak 2023 menjadi 13,45 juta investor. Khusus saham, terdapat peningkatan lebih dari 600 ribu investor saham menjadi 5,90 juta investor.
Menumbuhkan Semangat Pasar Modal yang Lebih Inklusif
Gayung bersambut. Dalam menjangkau investor baru, Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut memainkan peranannya sebagai otoritas pasar modal. BEI terjun secara langsung lewat kampanye 'Aku Investor Saham' yang diluncurkan sejak 2023 lalu. Pesan dari kampanye itu agar masyarakat memahami dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan melalui investasi saham.
Kampanye 'Aku Investor Saham' pada tahun ini kembali digaungkan pada acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2024 sebagai bagian dari peringatan 47 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia.
Rangkaian kegiatan tahunan ini akan berlangsung pada 7-9 November 2024 di Main Hall BEI. Sejak pertengahan Agustus 2024, BEI sebagai penyelenggara juga telah melaksanakan serangkaian kegiatan literasi pasar modal melalui Road to CMSE 2024.
Tetapi, sebelum menjadi investor saham, BEI mengharapkan bahwa seseorang itu harus sudah terliterasi terlebih dahulu. Karena dengan dia terliterasi, setidaknya dapat meningkatkan sedikit pemahamannya mengenai investasi di pasar modal, sehingga dapat terhindar dari investasi bodong.
“Dia mungkin belum bisa mendapatkan keuntungan dari investasi pasar modal. Tapi dengan paham investasi yang legal, paling tidak dia bisa menghindari investasi yang ilegal. Itu tahapannya," jelas dia.
Jeffry menambahkan, “Jadi menjadi investor di pasar modal bukan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari investasi. Tetapi yang utama adalah menghindari diri dulu dari penipuan.”
Melalui 29 kantor perwakilan yang ada di seluruh Indonesia serta 910 galeri investasi yang sebagian ada di perguruan tinggi, BEI sudah melakukan lebih dari 17.000 kegiatan edukasi hingga September 2024. Dari 17.000 kegiatan itu, itu paling tidak lebih dari 5 juta orang yang sudah diedukasi. Dan dari angka itu, sekitar 1,8 juta diantaranya adalah investor baru di pasar modal.
“Sehingga saat ini jumlah investor di pasar modal kita itu 13,9 juta investor,” kata dia.
Dengan adanya penambahan 1,8 juta investor baru di pasar modal, BEI optimistis target 2 juta investor baru pada tahun ini dapat terwujud. Terlebih, BEI hanya perlu menjaring sekitar 200 ribu investor di sisa waktu tahun ini.
“Sampai sejauh ini [September] kita sudah mencapai hampir 1,8 juta. Kira-kira 88-89 persen dari target kita. Mudah-mudahan dengan terus-menerus kita melakukan kegiatan dan kolaborasi itu. Mohon doanya supaya itu bisa tercapai,” imbuhnya.
Jika melihat dari total sebaran investor di pasar modal, mayoritas masih berada di Pulau Jawa. Sampai dengan hari ini, kata Jeffry, totalnya masih menguasai sebanyak 68 persen. Tapi secara pola, jika melihat data 2,5 tahun lalu sebenarnya terjadi pergeseran atau penurunan, di mana sebelumnya mencapai 70 persen.
“Nah, kalau dibedakan desa atau tidak desa, tentu kami tidak punya data itu. Jadi mungkin kita tidak bisa melihat sampai sedalam itu. Tetapi yang kami lihat adalah bagaimana penyebaran dari pertumbuhan di tempat itu,” kata dia.
Menjangkau Literasi Pasar Modal hingga Pelosok Desa
Peranan lain tidak kalah penting dilakukan oleh OJK. Jika tadi BEI hanya sebatas mengkampanyekan ‘Aku Investor Saham’, OJK masuk hingga ke wilayah desa untuk melakukan edukasi keuangan secara secara menyeluruh termasuk sektor pasar modal.
“OJK telah melakukan edukasi keuangan secara menyeluruh hingga ke wilayah desa,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, kepada Tirto, Kamis (7/11/2024).
Berdasarkan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) 2021-2025, OJK telah menetapkan masyarakat 3T sebagai salah satu sasaran prioritas dalam pelaksanaan program literasi dan edukasi keuangan. Selain itu, masyarakat 3T juga menjadi sasaran prioritas dalam program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN).
Selain itu, OJK juga telah menerbitkan POJK Nomor 22 tahun 2023 yang mewajibkan seluruh Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK), termasuk PUJK sektor Pasar Modal, untuk melaksanakan kegiatan literasi keuangan minimal satu kali dalam satu semester, termasuk menyasar masyarakat desa.
Program Desaku Cakap Keuangan, dijelaskan Kiki, merupakan program Training of Trainers kepada perangkat desa. Di mana para perangkat desa tersebut nantinya diharapkan dapat melakukan edukasi keuangan (Training of Community) kepada masyarakat desa di sekitarnya.
Lebih dari itu, OJK juga terlibat aktif untuk meliterasi masyarakat desa agar terhindar dari investasi bodong. Salah satu peran OJK dalam menekan jumlah korban investasi bodong adalah melakukan edukasi keuangan mengenai Waspada Investasi Ilegal serta pengenalan produk dan layanan sektor Pasar Modal kepada masyarakat.
Pada 2024, kata Kiki, OJK setidaknya telah melaksanakan 140 kegiatan edukasi mengenai Pasar Modal yang menjangkau 47.600 peserta dan 1.257 kegiatan edukasi keuangan mengenai Waspada Investasi Ilegal yang menjangkau sekitar 800 ribu peserta.
Di samping itu, OJK juga aktif melaksanakan edukasi melalui media sosial Sikapi Uangmu di mana pada 2024, otoritas keuangan telah mempublikasikan 50 materi terkait pasar modal termasuk tips waspada investasi bodong dengan total pengunjung sebanyak 208.342 pengunjung.
Selain itu, OJK juga telah menerbitkan 21 materi edukasi melalui media sosial terkait pasar modal dengan total 69.633 reach dan 17 materi edukasi khusus terkait pasar modal syariah dengan total 26.869 reach.
Lebih lanjut, OJK bersama stakeholders juga aktif melaksanakan kampanye World Investor Week (WIW) yang merupakan kampanye rutin di Oktober terkait edukasi pasar modal kepada investor dan masyarakat. Pada kegiatan WIW 2023, terdapat 424 kegiatan yang terdiri dari 328 kegiatan edukasi pasar modal, 91 kegiatan live Instagram, dan 5 talkshow radio yang diikuti oleh 98.521 peserta.
Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder WH-Project, William Hartanto, melihat bahwa peran edukasi dilakukan edukator saham dan para stakeholders menjadi kunci utama untuk memastikan masyarakat, khususnya di desa tidak hanya terjebak dalam spekulasi. Tetapi juga bisa memahami dan mengelola risiko investasi dengan bijak.
“Menurut saya sudah cukup membantu [peran edukator saham], meskipun efektivitas dari edukasi terkadang bergantung pada kemampuan penerima edukasinya dalam mencerna informasi,” kata William kepada Tirto, Kamis (7/11/2024).
William menilai, secara urgensi edukasi saham di desa bukan hanya tentang mempelajari cara membeli dan menjual saham saja. Akan tetapi juga mengajarkan pentingnya perencanaan keuangan, manajemen risiko, dan sikap disiplin dalam berinvestasi.
Oleh karena itu, kata dia, meskipun pasar saham menarik banyak orang, pemahaman yang benar tentang konsep dasar investasi sangat diperlukan. Tujuannya agar masyarakat desa dapat melangkah lebih mantap tanpa terjebak dalam jebakan investasi yang merugikan.
“Pendidikan dasar dulu yang lebih penting. Setelah menguasai pendidikan dasar, baru bisa mulai ke pasar saham. Supaya perlakuan mereka dalam merespons pasar saham tidak disamakan dengan berjudi," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz