tirto.id - Permainan kippers adalah permainan memukul bola dengan tongkat mirip seperti permainan kasti. Nama permainan ini berasal dari bahasa Belanda.
Kippers dimainkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari 12 orang. 2 Regu tersebut akan berperan sebagai regu pemukul dan regu penjaga.
Regu pemukul dalam permainan kippers harus mengumpulkan angka (nilai) sebanyak-banyaknya. Sementara itu, regu penjaga di permainan kippers harus berupaya mencegah lawan mendapatkan angka.
Seorang pemain kippers bisa mendapatkan nilai jika dapat memukul bola dengan baik, lalu berlari menuju tiang hinggap, dan kembali ke regu pemukul. Sekilas, aturan permainan kippers ini serupa dengan softball.
Perbedaan kippers dengan softball maupun kasti adalah terkait dengan aturan pemukulan bola. Di permainan kippers, dilambungkan sendiri oleh si pemukul. Aturan ini berbeda dengan softball yang menerapkan ketentuan bola dilemparkan oleh pemain lawan.
Perbedaan lainnya berkaitan dengan tiang hinggap. Dalam permainan kippers, hanya ada 2 tiang hinggap. Letak kedua tiang itu sejajar di bagian belakang lapangan permainan.
Lapangan Kippers dan Peralatan untuk Memainkannya
Lapangan permainan kipers berupa persegi sepanjang 45 sampai 60 meter (ditambah ruang bebas 5 meter), serta lebar 30 meter. Ruang bebas di lapangan kippers seluas 5 x 15 meter. Adapun para penonton harus berada 5 atau 10 meter di luar batas lapangan kippers.
Selain lapangan, terdapat sejumlah peralatan yang mesti ada dalam permainan kippers. Berikut ini 5 peralatan permainan kippers, selain lapangan, dan penjelasannya:
1. Bola
Bola yang digunakan dalam permainan kippers untuk pemula ialah bola tenis. Namun, jika pemain telah pandai memukul bola, permainan kippers bisa menggunakan bola kasti.
Bola kasti yang digunakan terbuat dari karet berisi kapuk, ijuk, atau serabut. Bola kasti tersebut memiliki berat sekitar 70 gram-80 gram dan keliling bola antara 19 cm-21 cm.
2. Alat pemukul
Alat pemukul dalam permainan kippers berupa tongkat terbuat dari kayu. Bahannya lebih ringan daripada kayu untuk pemukul di permainan kasti.
Panjang tongkat kayu dalam permainan kippers 50 cm-60 cm, dengan panjang tempat pegangan 20 cm dan memiliki lebar 3 cm-4 cm. Panjang bidang untuk memukul bola adalah 5 x 30 cm. Kayu pemukul memiliki ketebalan 1-2 cm.
3. Tiang hinggap
Dalam permainan kippers dibutuhkan 2 tiang hinggap yang diberi nomor 1 dan 2. Tiang ini bisa dibuat dari kayu atau besi. Tinggi tiang sekitar 1,5 meter.
4. Tiang bendera batas
Tiang bendera batas dalam permainan kippers juga berjumlah 2 buah dan memiliki tinggi yang sama dengan tiang hinggap. Bedanya, tiang ini diberi bendera dengan warna terang dan diletakkan dengan jarak 10 meter antartiang serta 5 meter dari garis belakang.
6. Tiang kecil
Tiang kecil dalam permainan kippers diletakkan di sudut-sudut lapangan dan diberi bendera.
Aturan Permainan Kippers
Ada banyak aturan dalam permainan kippers. Mengutip Modul terbitan Kemdikbud RI, berikut ini adalah aturan-aturan dalam permainan kippers:
1. Wasit atau pemimpin pertandingan harus memegang teguh aturan-aturan permainan.
2. Petunjuk dan keputusan wasit adalah pasti dan harus diurut.
3. Setelah diadakan undian, wasit menentukan regu pemukul dan regu pemain.
4. Regu pemukul berkumpul di ruang bebas, setelah dipanggil oleh pencatat.
5. Para pemain regu lapangan bersiap di tempat masing-masing, diatur oleh kapten regu.
6. Pemukul melambungkan bolanya sendiri sebelum memukulnya.
7. Jumlah pukulan hanya satu kali, kecuali pembebas berhak tiga kali memukul bola.
8. Para pemain mendapat giliran memukul sesuai nomor urut.
9. Setelah istirahat regu yang jadi pemukul adalah regu lapangan di permulaan pertandingan.
10. Pemukul berada di dalam bujur sangkar / ruang pemukul.
11. Pemukul tidak boleh berdiri di salah satu garis batas atau di luarnya sebelum kayu mengenai bola.
12. Bola yang melampaui garis-garis batas ruang pemukul, tidak melewati garis samping sebelum bendera batas tengah, dengan terlebih dahulu mengenai tanah, pemain atau tiang pertolongan.
13. Pukulan dinyatakan salah jika bola jatuh di dalam ruang pemukul, di atas garis, bola terpukul oleh tangan, atau jatuh mengenai pemukul itu sendiri setelah dipukul
14. Pukulan disebut luncas (luput), jika saat memukul bola, kayu pemukul tidak mengenai bola.
15. Pada setiap permulaan permainan, setelah bertukar tempat dan istirahat, pemain dari regu pemukul tidak boleh masuk ke ruang pemukul sebelum dipanggil oleh wasit. Pelanggaran aturan ini dihukum dengan bertukar bebas.
16. Setiap pemukul sesudah pukulan betul, pukulan salah atau pukuan luncas disebut “pelari.”
17. Sesudah pukulan betul, pemukul harus berlari ke salah satu tiang bebas, dalam kondisi yang memungkinkan pelari dapat langsung kembali ke ruang bebas.
18. Jika pukulan salah atau luncas, yang boleh berlari hanyalah si pemukul sendiri, tetapi tidak boleh lari melebihi tiang pertolongan.
19. Pelari di tiang pertolongan dan tiang bebas boleh melanjutkan larinya apabila bola sudah dalam permainan.
20. Pemain dari regu pemukul mendapatkan nilai dua apabila pemukul dengan pukulan yang benar dan dapat lari ke salah satu tiang bebas kemudian dia bisa kembali lagi ke ruang bebas.
21. Saat bola mati, pelari tidak boleh melanjutkan lari.
22. Pemain dari regu pemukul dilarang keluar dari batas-batas ruang bebas dan ruang pemukul.
23. Jika seorang pelari dalam perjalanannya dihadang dengan sengaja oleh pemain regu lapangan, pelari itu boleh meneruskan perjalanan dengan bebas sampai ke tempat perhentian berikutnya.
24. Lemparan dinilai sah jika langsung mengenai badan pelari. Bola yang sebelum mengenai pelari sempat terkena tanah/tiang hinggap dianggap tidak sah.
25. Jika seorang anggota regu pemukul kena lemparan bola, mulai dari saat itu juga regu lapangan berganti menjadi regu pemukul dan sebaliknya.
26. Selama belum ada tanda peluit permainan akan dimulai lagi, semua pelari yang sementara berlindung di tiang pertolongan atau tiang bebas boleh langsung masuk ke dalam ruang bebas.
27. Pertukaran tidak bebas juga berlaku jika pemain dari regu pemukul memegang bola di tempat di mana saja.
28. Saat pelari yang akan dilempar pemain regu lapangan tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang bebas sebelum lemparan terjadi dan hasil lemparan dinyatakan dengan tanda isyarat peluit oleh wasit, hukumannya adalah lemparan itu dinyatakan tidak sah.
29. Bertukar bebas terjadi saat:
a. Regu lapangan sudah memiliki 3 bola tangkap berturut–turut saat tidak terjadi pertukaran (dalam satu babak).
b. Jika sudah pukulan terakhir dari pembebas, ruang bebas bisa "dibakar" oleh regu lapangan atau pukulan terakhir dari pembebas salah atau luncas.
c. Pelari pada waktu masuk ke dalam ruang bebas , lari terlanjur melampaui garis batas belakang ruang bebas.
d. Pemain dari regu pemukul ada yang keluar dari ruang bebas tidak untuk memukul.
e. Pelari keluar dari batas lapangan permainan.
f. Apabila kayu pemukul pada waktu dipukulkan terlepas dari tangan pemukul.
30. Memperlambat permainan dengan sengaja dilarang, dan wasit wajib memperingatkan regu yang melakukannya bersangkutan.
31. Jika larangan di atas diulangi lagi, wasit berhak menjatuhkan hukuman sebagai berikut:
a. Bila regu pemukul yang melakukannya, hukumannya adalah pertukaran bebas.
b. Kalau regu lapangan yang melakukannya, maka pelari yang berada di tiang bebas boleh langsung dengan bebas kembali masuk ke ruang bebas. Kalau tidak ada pemain pemukul yang berada pada tiang pertolongan ataupun pada tiang bebas regu pemukul mendapatkan nilai tambahan.
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Addi M Idhom