Menuju konten utama

Pengertian Bullying hingga Kasus Anak SD Meninggal Setubuhi Kucing

Anak SD meninggal setubuhi kucing, kasus bullying di sekolah, pengertian bullying, penyebab bullying, definisi bullying, cara mencegah bullying.

Pengertian Bullying hingga Kasus Anak SD Meninggal Setubuhi Kucing
Ilustrasi Bullying. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kata "Anak SD" ramai menjadi perbincangan warganet dan jadi trending topik di Twitter hingga Jumat (22/7/2022) pagi.

Ramainya kata "anak SD" di Twitter menyusul kasus meninggalnya seorang anak SD usai mendapat perundungan atau bully dari teman-teman sekolahnya hingga dipaksa untuk memperkosa seekor kucing.

Setidaknya hingga Jumat pagi sudah lebih dari 7.900 tweet yang mengandung kata "anak SD" di Twitter. Sebagian besar warganet prihatin dan mengecam kasus bullying yang menimpa anak SD hingga berujung depresi dan meninggal dunia.

Kronologi kasus anak SD di-bully, dipaksa memperkosa kucing hingga depresi dan meninggal

Warganet dihebohkan dengan pemberitaan seorang anak SD yang kerap di-bully bahkan dipaksa untuk memperkosa seekor kucing hingga akhirnya depresi dan meninggal dunia pada Kamis (21/7/2022).

Korban tersebut berinisial FH (11) yang merupakan siswa kelas VI di sebuah SD di daerah Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat.

FH meninggal dunia di RSUD SMC Tasikmalaya pada Minggu (17/7/2022) usai mendapat perawatan selama tiga hari lantaran mengeluhkan sakit ditenggorokan serta tak bisa makan.

Sebelum kejadian tersebut, FH kerap di-bully oleh beberapa teman sekolahnya. Bully atau perundungan yang sering FH terima salah satunya adalah pemukulan.

Namun, kondisi FH semakin memburuk dan diduga depresi usai sebuah video berisi adegan saat ia memperkosa kucing viral. Menurut cerita, FH dipaksa oleh sejumlah teman sebayanya untuk melakukan kekerasan terhadap kucing tersebut. Para pelaku juga yang merekam kejadian tersebut menggunakan ponsel, lalu menyebarluaskannya.

Usai mengetahui video tersebut orang tua FH lantas menanyakan kebenarannya pada FH. Lantas, FH mengaku bahwa ia dipaksa dan dipukuli oleh para pelaku agar mau melakukan pemerkosaan tersebut.

Setelah video tersebut viral FH mulai tampak murung, mengeluhkan sakit tenggorokan hingga tak lagi bisa makan dan minum sampai akhirnya dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia.

Kejadian ini lantas membuat warganet geram dan meminta polisi mengusut tuntas serta tak memberi ampun terhadap pelaku bully yang diduga menyebabkan FH depresi hingga meninggal dunia.

Apa itu bullying?

Bullying adalah pola perilaku, bukan insiden yang biasanya terjadi sekali-kali atau berulang kali. Sering kali, anak-anak yang melakukan bullying berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisinya.

Sedangkan anak-anak yang paling rentan menghadapi risiko untuk di-bully adalah anak-anak yang berasal dari masyarakat terpinggirkan, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, anak-anak dengan penampilan atau ukuran tubuh yang berbeda, anak-anak penyandang disabilitas, atau anak-anak migran dan pengungsi.

Bullying dapat terjadi baik secara langsung atau online. Bully yang terjadi secara langsung biasanya berawal dari ejekan atau hinaan yang dilakukan oleh teman sekolah maupun teman bermain, Kemudian aksi bully bisa berlanjut dengan kata-kata kasar, umpatan, pemukulan hingga intimidasi.

Sedangkan cyberbullying atau bully secara online sering terjadi melalui media sosial, SMS / teks atau pesan instan, email, atau platform online tempat anak-anak berinteraksi.

Apa saja dampak bullying?

Bullying dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi anak-anak dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Selain efek fisik dari bullying, anak-anak dapat mengalami masalah kesehatan mental dan emosional, termasuk depresi dan kecemasan, yang dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba dan penurunan prestasi di sekolah.

Anak Anda tentu memiliki hak atas lingkungan sekolah yang aman dan asri serta menghargai harkat martabat mereka. Konvensi Hak-Hak Anak menyatakan bahwa semua anak memiliki hak atas pendidikan, dan perlindungan dari semua bentuk kekerasan fisik, mental, kerusakan, atau perlakuan salah.

Tanda anak menjadi korban perundungan atau bullying

Ada beberapa tanda Anak menjadi korban bullying atau perundungan, di antaranya,

1. Adanya tanda fisik pada tubuh anak seperti memar yang tidak dapat dijelaskan, goresan, patah tulang dan luka dalam penyembuhan.

2. Anak merasa takut pergi ke sekolah atau mengikuti acara sekolah.

3. Anak menjadi lebih cemas, gelisah, atau sangat waspada.

4. Anak cenderung memiliki beberapa teman di sekolah atau di luar sekolah. Kehilangan teman secara tiba-tiba atau menghindari situasi sosial.

5. Pakaian, alat elektronik, atau barang-barang pribadi lainnya yang dimiliki anak hilang atau hancur.

6. Seringkali meminta uang lebih untuk alasan yang mungkin kurang jelas atau mencurigakan.

7. Prestasi anak menjadi rendah.

8. Anak akan memiliki banyak alasan untuk menolak berangkat sekolah atau dan bisa jadi akan lebih sering menelepon dari sekolah untuk meminta pulang lebih cepat.

9. Anak akan mencoba terus menerus ingin dekat orang dewasa.

10. Anak tidur tidak nyenyak dan mungkin mengalami mimpi buruk.

11. Anak akan mengeluh sakit kepala, sakit perut atau penyakit fisik lainnya.

12. Sering tertekan setelah menghabiskan waktu online atau memainkan telepon genggam atau komputer (tanpa penjelasan yang masuk akal).

13. Menjadi sangat tertutup terutama dalam hal aktivitas online.

14. Anak akan menjadi lebih agresif atau memiliki ledakan kemarahan yang tiba-tiba.

Apa yang harus dilakukan jika menjadi korban bullying?

Psikolog UPT PPA pada Dinas P3APPKB Provinsi Kalimantan Tengah, Rensi, M.Psi., mengatakan, berikut beberapa langkah atau cara yang bisa dilakukan orarng tua jika anak menjadi korban bullying,

1. Segera melaporkan kepada guru jika anak menjadi korban bullying di sekolah.

Jika bully terjadi di lingkungan sekolah, ada baiknya Anda mengkomunikasikan kasus bully yang diterima anak Anda kepada guru atau wali kelasnya agar kasus tersebut juga mendapat perhatian dari pihak sekolah.

2. Lakukan pendekatan dan mengajak anak untuk bicara.

Cobalah untuk melakukan pendekatan dan mengajak anak berbicara tentang apa yang ia alami. Jadilah pendengar yang baik dan berikan pelukan atau perhatian lebih saat anak Anda bercerita.

3. Ajarkan anak untuk dapat membela diri secara verbal.

Mulai ajarkan pada anak soal bagaimana ia harus membela diri secara verbal saat ia menerima bully, berikan contoh kalimat pada anak Anda seperti "enggak apa-apa badanku kurus, yang penting aku sehat" atau kalimat lainnya yang menjadi bentuk perlawanan dan pertahanan diri saat anak di-bully.

4. Latih anak untuk melawan terutama jika bullying yang ia terima membahayakan dirinya.

Saat anak di-bully, ajarkan padanya untuk berani melawan, termasuk berani berteriak dan berkata tidak. Berikan pemahaman pada anak bahwa semua orang sama dan setara sehingga anak lebih berani untuk melawan terutama saat bully yang ia terima sudah mulai membahayakannya.

5. Menciptakan pola pengasuhan yang positif.

Ciptakan pola pengasuhan yang positif, salah satunya adalah mencoba untuk menghilangkan kalimat negatif seperti "kamu bodoh, kamu tolol" dan lain sebagainya saat berkomunikasi dengan anak.

6. Bantu membangun kepercayaan diri anak Anda.

Dorong anak Anda untuk mengikuti kelas atau bergabung dengan kegiatan yang ia sukai di lingkungan Anda atau di sekolahnya. Ini juga akan membantu membangun kepercayaan diri serta menambah teman dengan minat yang sama.

Cara mencegah bullying pada anak

Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya bully pada anak Anda terutama saat ia berada di sekolah,

1. Jaga keamanan anak Anda.

Anda sebaiknya mulai dengan menjaga keamanan anak Anda baik secara langsung atau online dengan memastikan mereka mengetahui masalah terkait bully.

2. Ajari anak-anak Anda tentang bullying.

Begitu mereka tahu apa itu bullying, anak-anak Anda akan dapat mengidentifikasinya dengan lebih mudah, apakah itu terjadi pada mereka atau orang lain.

3. Bicaralah secara terbuka dan sering kepada anak-anak Anda.

Semakin sering Anda berbicara dengan anak-anak Anda tentang bullying, semakin nyaman mereka memberi tahu Anda jika mereka melihat atau mengalaminya.

Periksa anak-anak Anda setiap hari dan tanyakan tentang waktu mereka di sekolah dan aktivitas mereka secara online, menanyakan tidak hanya tentang kelas dan kegiatan mereka, tetapi juga tentang perasaan mereka.

4. Bantu anak Anda agar menjadi panutan yang positif.

Ada tiga pihak yang terlibat dalam bullying yaitu korban, pelaku, dan saksi. Bahkan jika anak-anak bukan korban bullying, mereka dapat mencegah bullying dengan bersikap positif, hormat, dan baik kepada teman sebayanya.

Jika mereka menyaksikan bullying, mereka dapat membela korban, menawarkan dukungan, dan atau mempertanyakan perilaku bullying yang terjadi.

5. Jadilah teladan.

Tunjukkan pada anak Anda bagaimana memperlakukan anak-anak lain dan orang dewasa dengan kebaikan dan rasa hormat, serta melakukan hal yang sama kepada orang-orang di sekitar Anda, termasuk cobalah membela ketika orang lain diperlakukan dengan tidak baik.

Anak-anak melihat orang tua mereka sebagai contoh bagaimana cara berperilaku, termasuk mem-posting secara online.

6. Jadilah bagian dari pengalaman online mereka.

Biasakan diri Anda dengan platform yang digunakan anak Anda, jelaskan kepada anak Anda bagaimana dunia online dan dunia offline terhubung, dan peringatkan mereka tentang berbagai risiko yang akan mereka hadapi secara online.

Baca juga artikel terkait KASUS BULLYING DI SEKOLAH atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Hukum
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya