Menuju konten utama

Pengamat: Pilkada 2017 Belum Optimal Sasar Pemilih Pemula

"Pilkada ini tidak dikesankan sebagai sesuatu yang menggembirakan sehingga bisa menarik pemuda berpartisipasi. Bahkan kebutuhan anak muda juga luput dari konten kampanye," kata pakar komunikasi politik.

Pengamat: Pilkada 2017 Belum Optimal Sasar Pemilih Pemula
Ilustrasi. Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyapa nelayan saat berkampanye di kawasan Cilincing, Jakarta, Rabu (8/2). Dalam kampanyenya Anies mendukung dan mengajak nelayan untuk menolak reklamasi Teluk Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Pakar komunikasi politik menilai kampanye yang dilakukan hampir sebagian besar calon kepala daerah pada Pemilihan Kepala Daerha (Pilkada) 2017 belum optimal menyasar kalangan pemilih pemula sebab menggunakan pemilihan bahasa yang tidak sesuai dengan jiwa kaum muda serta terlalu mengakomodasi kepentingan kelompok tertentu.

Hal tersebut disampaikan oleh Kuskrido Ambardi, Pakar komunikasi politik Universitas Gadjah Mada, dalam diskusi "Analisis Demografis tentang Pilkada di Indonesia: Sebuah Pandangan dari Medan Pertempuran" di UGM, Yogyakarta, Kamis (9/2/2017).

"Kontennya [kampanye] terlalu serius seolah-olah hanya menjadi urusan orang dewasa jika dilihat dari segi bahasa dan isu yang diangkat," kata Kuskrido, seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Menurut dia, jika masing-masing calon kepala daerah dapat mengelola suara pemilih pemula dengan baik, maka mereka akan cukup memiliki suara potensial tambahan yang mampu menutup selisih suara untuk memenangkan Pilkada 2017.

Meski demikian, sesuai hasil pengamatan yang dilakukan, sering kali bahasa yang digunakan dalam kampanye hanya berkutat pada bahasa formal yang jauh dari kebiasaan kaum muda, jelas Kuskrido.

"Pilkada ini tidak dikesankan sebagai sesuatu yang menggembirakan sehingga bisa menarik pemuda berpartisipasi. Bahkan kebutuhan anak muda juga luput dari konten kampanye," kata dia.

Kuskrido menambahkan, pada Pilkada tahun ini sebagian calon kepala daerah beserta tim sukses juga cenderung tergoda menggunakan isu yang berbau Suku, Agama, Ras dan Golongan (SARA) serta mengakomodasi kepentingan kelompok tertentu dalam kampanye. Hal itu dapat mengakibatkan kalangan pemilih pemula atau mengambang semakin apatis untuk berpartisipasi.

Seperti yang terjadi di Jakarta, menurut dia, alih-alih mampu mendorong kalangan pemuda menjadi pemilih yang sehat dan objektif, isu yang bermuatan sentimen kelompok tertentu dalam Pilkada justru berpotensi menimbulkan perpecahan satu sama lain. "Tidak menguntungkan justru membuat satu sama lain saling bermusuhan," kata dia.

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2017 atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Politik
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara