tirto.id - Penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah memaksimalkan potensi setiap siswa dan meningkatkan pengalaman belajarnya.
Metode ini sekarang menjadi pilihan utama dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Oleh karena itu, para guru perlu menguasai strategi pembelajaran berdiferensiasi di kelas.
Contoh pembelajaran berdiferensiasi di kelas akan tersaji di artikel ini. Namun, pengajar perlu memahami dahulu metode ini sebelum menjadikan contoh-contoh tersebut sebagai referensi cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Apa Itu Pembelajaran Berdiferensiasi?
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi adalah metode mengajar yang menggunakan teknik bervariasi karena mempertimbangkan keberagaman peserta didik.
Karena setiap siswa bisa berbeda satu sama lain, penggunaan satu teknik mengajar akan sulit menghasilkan hasil pembelajaran yang maksimal.
Keberagaman peserta didik itu terjadi karena perbedaan gaya belajar, minat, hingga latar belakang pemahaman atau pengetahuannya terhadap suatu pelajaran.
Siswa kelas 1 SD yang sudah sering diajak belajar berhitung oleh orang tua atau guru TK, tentu akan lebih mudah mempelajari materi penambahan dan pengurangan. Sebaliknya, kondisi berbeda bisa terjadi pada siswa kelas 1 SD yang sama sekali belum mendapatkan pengetahuan berhitung sebelum masuk sekolah dasar.
Contoh lainnya, sebagian siswa mungkin mudah menyerap pengetahuan dari mendengar dan menyimak. Namun, siswa yang lain justru lebih gampang memahami pelajaran saat melihat gambar dan ilustrasi.
Ada juga siswa yang lebih mampu memahami materi yang disampaikan dengan praktik. Perbedaan ini terjadi karena pada faktanya setiap anak memiliki gaya belajar masing-masing.
Tinggi-rendahnya minat anak pada tiap pelajaran juga bisa memengaruhi kemampuannya dalam menyerap pengetahuan. Masih ada sejumlah faktor lain yang menyebabkan kondisi setiap peserta didik bisa berbeda satu sama lain, termasuk pendidikan di keluarga.
Agar keberagaman kondisi peserta didik tadi tidak menghambat proses murid menyerap pengetahuan, guru perlu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Tentu saja, penerapan metode ini perlu didasari pemahaman pada karakteristik setiap murid.
Mengamati perkembangan setiap siswa dengan jeli dan aktif berinteraksi dengan mereka menjadi tugas guru dalam strategi penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Harapannya, cara guru mengajar dapat diselaraskan dengan kemampuan dan kebutuhan tiap peserta didik.
Tujuan pembelajaran berdiferensiasi adalah menciptakan kesetaraan belajar untuk semua peserta didik di kelas. Jika semua peserta didik mendapatkan kesempatan belajar dengan baik secara setara, kesenjangan antara mereka yang berprestasi dan tidak bisa dipangkas atau setidaknya dikurangi.
Karakteristik Pembelajaran Berdiferensiasi
Di buku How to Differentiate Instruction in a Mixed Ability Classroom (2001), Tomlinson menjelaskan, pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas agar memenuhi kebutuhan belajar setiap peserta didik.
Guru secara proaktif perlu memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Sebab, setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama.
Terdapat beberapa karakteristik pembelajaran berdiferensiasi yang utama, yaitu:
1. Proaktif
Pembelajaran berdiferensiasi lebih proaktif. Sebab, model pengajaran ini berangkat dari asumsi setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga guru merancang banyak cara dalam mengajar.2. Berfokus pada kualitas
Pembelajaran berdiferensiasi lebih berfokus pada kualitas, alih-alih kuantitas. Penilaiannya berkelanjutan dan tidak hanya berpusat pada nilai akhir, tetapi juga proses pembelajaran.Jadi, dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, guru perlu mengutamakan masa depan belajar setiap peserta didik. Tidak sekadar berfokus pada raihan nilai ujian.
3. Teknik mengajar bervariasi
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi memerlukan penggunaan berbagai pendekatan terhadap konten, proses, dan produk yang sesuai dengan kebutuhan murid. Guru perlu memperbanyak keragaman teknik mengajar, bahan ajar, hingga media pembelajaran.4. Berpusat pada siswa
Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada peserta didik. Artinya, pertimbangan dalam memilih strategi pembelajaran didasari oleh kondisi peserta didik. Maka, guru perlu aktif menanggapi dan merespons kebutuhan murid. Proses pembelajaran juga harus mengajak murid terlibat aktif di dalamnya.5. Manajemen kelas efektif
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat menghasilkan manajemen kelas yang efektif. Pembelajaran berdiferensiasi cenderung variatif, tidak hanya mengandalkan metode pengajaran individu, melainkan juga berpasangan atau berkelompok. Metode ini akan mendorong guru lebih meningkatkan kemampuan dalam mengelola kelas.Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi
Sebelum menerapkan cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, para guru penting untuk mengetahui sejumlah prinsip dasar dari metode ini.
Setidaknya ada tujuh prinsip penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, yakni:
- Guru mengomunikasikan dengan siswa, materi apa yang penting dipelajari sehubungan dengan kurikulum pembelajaran.
- Guru merespons perbedaan siswa.
- Semua siswa berpartisipasi dalam tugas.
- Guru dan siswa berkolaborasi dalam proses pembelajaran.
- Guru menerapkan diskusi dengan fleksibel bersama siswa, baik berkelompok maupun dalam kelas besar.
- Guru dan siswa lebih proaktif, alih-alih reaktif.
- Ruang, waktu, dan materi belajar disediakan sesuai kebutuhan siswa.
Strategi Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi
Agar pembelajaran berdiferensiasi bisa berjalan dengan baik, guru perlu memahami cara belajar siswa. Itu bisa dilihat melalui profil belajar, meliputi: preferensi belajar, struktur keluarga, hobit favorit, minat, hasil asesmen, skor membaca, gaya kognitif, preferensi inteligen, preferensi lingkungan belajar, dan kelancaran membaca.
Pembelajaran diferensiasi yang didasarkan pada profil belajar siswa ini memungkinkan peserta didik mampu belajar secara natural dan efisien. Guru juga bisa memaksimalkan kemampuan struggling learners atau para murid yang kemampuannya di bawah rata-rata.
Dilansir laman Balai Guru Penggerak, cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang maksimal memerlukan setidaknya 4 strategi berikut:
1. Diferensiasi konten
Materi yang diajarkan kepada murid perlu memancing kesiapan belajar murid dari segi visual, auditori, dan kinestetik atau bahkan kombinasi dari ketiganya. Strategi ini untuk menyesuaikan aktivitas mengajar dengan tipe gaya belajar murid.Murid dengan gaya belajar visual akan lebih mudah menyerap materi berupa gambar atau video. Lain halnya dengan siswa dengan gaya belajar auditori yang bisa dengan gampang menyimak dan memahami penjelasan guru secara lisan.
Sementara itu, bagi murid pemilik gaya belajar kinestetik, partisipasi secara fisik dalam praktik dan proses pembelajaran akan membantu mereka lebih cepat menguasai materi pelajaran
Konten atau materi pembelajaran juga perlu disesuaikan dengan kapasitas pengetahuan para murid. Sebagian murid mungkin sudah memiliki pengetahuan tentang materi yang diajarkan, sementara yang lain hanya tahu Sebagian atau malah belum mengetahuinya sama sekali.
2. Diferensiasi proses
Strategi ini dilakukan dengan menyediakan kegiatan berjenjang, pertanyaan pemandu atau tantangan, agenda individual murid, variasi waktu dan kegiatan, serta membentuk kelompok secara fleksibel.Strategi diferensiasi proses menuntut guru memahami minat, kemampuan, dan level pengetahuan dari masing-masing muridnya. Dengan begitu, guru bisa memberikan instruksi yang tepat pada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Cara belajar masing-masing siswa sering kali bersifat khas dan unik. Keunikan ini dipengaruhi oleh minat, gaya belajar, level pengetahuan, hingga karakteristik pribadi. Memahami karakteristik belajar setiap murid di awal proses pembelajaran akan membantu guru merancang proses belajar yang bervariasi. Keberagaman proses belajar ini akan membuat semua siswa bisa menyerap materi secara efektif.
Guru pun perlu menyesuaikan proses pembelajaran dengan capaian kemampuan setiap siswa. Pengajar sebaiknya tidak memaksakan semua muridnya mencapai level yang sama hanya untuk mengejar tenggat Waktu penyampaian materi.
3. Diferensiasi produk
Maksud dari diferensiasi produk adalah keberagaman metode asesmen untuk menilai capaian murid dalam menguasai materi pelajaran. Metode penilaian terbaik adalah yang sesuai dengan minat intelektual peserta didik. Minat ini tentu bisa berbeda-beda di antara setiap siswa.Sebagai contoh, cara yang terbaik untuk menguji kemampuan murid dengan gaya belajar kinestetik adalah melalui ujian yang berkaitan dengan praktik. Untuk murid dengan gaya belajar auditori bisa memakai penilaian lisan (verbal).
Level pengetahuan bisa pula menjadi pertimbangan guru menerapkan metode penilaian yang bervariasi. Murid yang tidak memiliki dasar pemahaman terhadap materi pelajaran sebelum kelas dimulai mungkin tidak bisa menjawab pertanyaan sebaik siswa lain.
Dengan pendekatan diferensiasi produk, peserta didik akan mendapatkan bermacam-macam pilihan untuk menunjukkan capaian belajar mereka. Kesimpulannya, ujian atau asesmen tidak bertujuan menguji kepintaran siswa atau malah mengidentifikasi siapa murid paling pandai, tetapi untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar peserta didik.
4. Diferensiasi lingkungan
Membedakan lingkungan belajar dan mengelolanya adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan oleh guru. Dengan begitu, siswa dapat mendemonstrasikan materi dengan gaya mereka sendiri.Strategi keempat ini perlu mendapat perhatian karena lingkungan belajar bisa membawa dua jenis dampak, yakni mendukung proses pembelajaran atau malah menghambatnya.
Untuk mewujudkan lingkungan belajar yang mendukung siswa, desain ruang kelas harus diatur secara fleksibel agar membikin nyaman setiap peserta didik. Ruang kelas pun perlu dirancang mendukung kerja kelompok dan kolaborasi di antara murid, sekaligus bisa pula menyamankan peserta didik yang lebih suka belajar secara individual.
Berbagai faktor lingkungan, mulai dari tingkat kebisingan, pencahayaan, suasana, ukuran ruang, pengaturan papan dan gambar, hingga penataan meja-kursi di kelas perlu diatur agar mendukung proses belajar semua murid.
Dikutip dari buku The Five Dimensions of Differentiation Instruction (2018), selain empat dimensi di atas, ada satu tambahan lain yaitu komitmen guru menerapkan pembelajaran diferensiasi di kelas harus betul-betul serius.
Tips Cara Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi
Cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi akan bergantung pada berbagai faktor, terutama kondisi kelas dan peserta didik.
Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, guru perlu memastikan adanya sejumlah hal berikut:
- Komunitas belajar yang proaktif
- Setiap anggota kelas saling menghargai
- Murid merasa aman secara fisik dan psikis
- Adanya harapan bagi pertumbuhan
- Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan
- Adanya keadilan dalam bentuk karya nyata
- Menentukan tujuan pembelajaran
- Memetakan kebutuhan belajar murid (kesiapan belajar, minat, profil belajar)
- Menentukan strategi dan alat penilaian yang akan digunakan
- Menentukan kegiatan pembelajaran (konten, proses, produk.
Contoh Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi
Contoh pembelajaran berdiferensiasi di kelas bisa dilihat dalam sejumlah bentuk praktik mengajar. Supaya lebih mudah dipahami berikut tersaji daftar contoh dan bukan contoh pembelajaran berdiferensiasi:
1. Contoh pembelajaran berdiferensiasi
a. Perencanaan pembelajaran
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi butuh perencanaan cermat. Contoh pembelajaran berdiferensiasi di level perencanaan adalah sebagai berikut:- Guru mampu mengidentifikasi potensi dan kebutuhan belajar siswa
- Di awal kelas, guru menggelar pre-test untuk menilai pemahaman awal siswa
- Guru mempelajari data prestasi setiap murid
- Guru merancang pendekatan mengajar yang dinamis agar sesuai kondisi siswa
- Guru mengamati cara belajar siswa untuk mengevaluasi strategi mengajar
- Guru menentukan tujuan dan target capaian pembelajaran secara fleksibel.
b. Metode pembelajaran
Pembelajaran berdiferensiasi perlu melibatkan penggunaan berbagai metode mengajar dan materi yang sesuai dengan kondisi siswa. Contoh pembelajaran berdiferensiasi di level ini adalah:- Guru menggunakan video, gambar, ilustrasi permainan interaktif, atau kegiatan kelompok sebagai materi pembelajaran untuk mengakomodasi keberagaman peserta didik.
- Guru mengklasifikasikan murid berdasarkan jenis gaya belajar dan minat mereka
- Guru menyampaikan materi dengan cara lisan, praktik, diskusi, dan lainnya.
- Guru mendorong siswa mengeksplorasi materi lewat proyek seni, presentasi lisan, diskusi kelas, penulisan esai, dan lain sebagainya.
- Guru berfokus pada perkembangan proses belajar siswa.
c. Asesmen (penilaian)
Contoh pembelajaran berdiferensiasi di level asesmen bisa dilihat dalam metode guru saat menyiapkan materi ujian, yakni sebagai berikut:- Guru membuat soal dengan tingkat kesulitan bervariasi sesuai kapasitas siswa (ada soal dengan kompleksitas tinggi, menengah, dan sederhana)
- Guru merancang metode penilaian bervariasi sesuai gaya belajar dan minat siswa
- Guru melakukan penilaian untuk mendukung proses belajar yang berkelanjutan.
- Guru mendeskripsikan nilai ujian dalam bentuk penjelasan kemampuan dari setiap muridnya.
d. Pelibatan pihak lain
Pembelajaran berdiferensiasi di kelas memerlukan kolaborasi dengan pihak lain. Berikut contoh penerapan pembelajaran diferensiasi dalam konteks kolaborasi:- Guru berbagi sumber daya pembelajaran dengan pengajar lain'
- Guru berbagi pengalaman dan strategi mengajar dengan pengajar lain
- Guru menyediakan informasi memadai dengan kemampuan siswa untuk pengajar lain
- Guru melibatkan orang tua/wali untuk turut mendukung proses belajar siswa
- Guru mendorong orang tua/wali memahami karakteristik belajar siswa
- Guru mendatangkan pengajar tamu yang bisa menjadi inspirasi bagi peserta didik.
2. Bukan contoh pembelajaran berdiferensiasi
a. Perencanaan pembelajaran
- Guru membuat rancangan pembelajaran berdasarkan komponen materi saja.
- Guru menganggap semua peserta didik berada di level yang sama.
- Guru merancang metode pembelajaran sesuai dengan keinginannya.
- Guru menentukan tujuan dan target capaian pembelajaran secara ketat.
b. Metode pembelajaran
- Guru cuma memakai 1-2 jenis materi pembelajaran, seperti hanya mengandalkan buku teks dan LKS (lembar kerja siswa).
- Guru mengajar dengan mengandalkan presentasi lisan sebagai metode utama.
- Guru hanya mengandalkan soal untuk mendorong siswa mengeksplorasi materi.
- Guru berfokus mengejar capaian nilai ujian siswa yang maksimal.
c. Asesmen (penilaian)
- Guru membuat satu jenis soal ujian untuk asesmen.
- Guru merancang metode penilaian hanya dengan ujian soal pilihan ganda/esai.
- Guru menilai hasil belajar siswa hanya angka nilai hasil ujian.
d. Pelibatan pihak lain
- Guru enggan berbagi sumber daya mengajar maupun pengalaman dengan guru lain.
- Guru menganggap tugas mengajar tanggung jawab masing-masing pengajar.
- Guru menempatkan orang tua/wali sekadar sebagai penerima raport siswa.
- Guru enggan mengandalkan pihak lain untuk mendukung proses pembelajaran.
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Fadli Nasrudin
Penyelaras: Addi M Idhom