Menuju konten utama

Tahapan Pembelajaran Bermakna dalam Kurikulum Merdeka

Bagaimana tahapan pembelajaran bermakna dalam Kurikulum Merdeka? Apa definisi pembelajaran bermakna?

Tahapan Pembelajaran Bermakna dalam Kurikulum Merdeka
Kampus Mengajar. youtube/Kampus mengajar

tirto.id - Tahapan Pembelajaran Bermakna dalam Kurikulum Merdeka

Tahapan pembelajaran bermakna dalam kurikulum merdeka penting dipahami oleh pendidik. Proses tersebut bertujuan mendorong peserta didik mengontruksikan pengetahuannya sendiri.

Kurikulum Merdeka yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) lebih berfokus pada peserta didik. Konten pembelajarannya dibuat secara variatif agar siswa punya cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Penerapan Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan menjadi salah satu langkah yang dilakukan guna mentransformasi pendidikan demi terwujudnya sumber daya manusia yang memiliki profil pelajar pancasila.

Namun, pada tahun-tahun awal kebijakan tersebut dibuat, Kurikulum Merdeka tidak langsung diterapkan secara menyeluruh. Hal ini dilakukan sesuai kebijakan Kemendikbud Ristek yang memberi keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam mengimplementasikan kurikulum itu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kemendikbud, terdapat 143.265 lokasi yang telah menerapkan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota, terhitung per 13 Juli 2022.

Dengan pelaksanaan Kurikulum Merdeka ini, pendidik diberikan keleluasaan memilih berbagai perangkat ajar sehingga proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

Hal itu sesuai dengan prinsip dan tujuan utama Kurikulum Merdeka, yakni agar pendidikan Indonesia lebih berorientasi pada murid, memprioritaskan tumbuh kembang anak secara utuh, serta mementingkan pengembangan kompetensi dan karakternya.

Tahapan Pembelajaran Bermakna dalam Kurikulum Merdeka

Pembelajaran bermakna (meaningful learning) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang memiliki signifikansi dengan pengalaman keseharian dari peserta didik. David Ausubel, dalam buku The Psychology of Meaningful Verbal Learning (1963), menjelaskan bahwa pembelajaran bermakna dimulai dari mengasosiasikan fenomena, pengalaman, dan fakta-fakta dalam skema yang telah dipelajari.

Terciptanya pembelajaran bermakna dapat mendorong para peserta didik mengonstruksikan pengetahuannya sendiri dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya ke pengetahuan baru yang akan dipelajari.

Pembelajaran bermakna memiliki beberapa tahapan atau langkah-langkah yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap Pengaturan Awal

Pada tahap ini, pendidik melakukan penyelarasan antara konsep lama yang sudah dimiliki oleh peserta didik dan konsep baru yang akan dipelajari.

Oleh karena itu, pendidik harus memetakan sejauh mana pengetahuan peserta didik terhadap suatu topik pembelajaran. Pemetaan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan retorika atau spesifik.

Setelah pemahaman awal terhadap suatu materi terpetakan, pendidik dapat menyampaikan materi pengantar dengan konsep baru. Sebagai catatan, cara penyampaiannya diharapkan lebih kreatif dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.

2. Tahap Diferensiasi Progresif

Pada tahap diferensiasi progresif ini pendidik menyampaikan konsep secara terstruktur, mulai dari yang umum hingga khusus.

Tujuannya adalah agar siswa mendapatkan pengetahuan yang utuh terkait suatu topik pelajaran. Setelah gambaran besar itu dipahami, akan lebih mudah guru dalam menyampaikan cabang dari suatu materi.

3. Tahap Belajar Superordinat

Pada tahap belajar superordinat, peserta didik akan mengalami proses diferensiasi konsep. Dalam hal ini, peserta didik akan mulai membedakan antara konsep utama atau superordinat dan konsep khusus atau subordinat.

Dalam proses pemahaman tersebut siswa bisa memanfaatkan sumber materi apa saja sebagai penunjang. Tidak hanya terbatas pada bacaan yang diberikan guru.

4. Tahap Penyesuaian Integratif

Tahap akhir dari pembelajaran bermakna adalah penyesuaian integratif. Guru dapat membantu peserta didiknya dalam menghadapi pertentangan kognitif yang dialami.

Pertentangan kognitif merupakan sesuatu yang lumrah sebab siswa telah memperoleh konsep berbeda terkait topik pembelajaran tertentu.

Proses tersebut dapat diketahui dengan melakukan asesmen formatif terhadap proses yang dilalui, baik dalam bentuk tanya jawab, tes tulis, maupun menyampaikan kesimpulan pembelajaran. Dengan begitu, pendidik dapat memetakan sejauh mana pemahaman peserta didik, serta membantu mereka dalam memantapkan pemahaman konsep yang baru dipelajari.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Ririn Margiyanti

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ririn Margiyanti
Penulis: Ririn Margiyanti
Editor: Fadli Nasrudin