tirto.id - Pakar gizi Prof dr Siti Fatimah Muis SpG (K) mengatakan, anak yang kekurangan gizi sejak dalam kandungan berpotensi lahir "stunting" atau bertubuh pendek.
"Saat ini kasus stunting masih tinggi di Indonesia. Problemnya kekurangan gizi berkepanjangan," kata Siti Fatimah di Semarang pada Sabtu, (4/6/2016).
Siti juga meluruskan bahwa persepsi di masyarakat jika anak bertubuh pendek dipengaruhi faktor keturunan dari orang tua, adalah salah. Menurutnya perkembangan tubuh anak bisa dioptimalkan dengan pemenuhan gizi, bahkan sejak dalam kandungan.
"Di masyarakat ada anggapan orang tua yang bertubuh pendek wajar jika anaknya juga pendek. "Stunting ini bukan diturunkan, tetapi anggapan ini yang membuatnya seolah-olah diturunkan," katanya.
Siti menjelaskan, parameter pencegahan "stunting" sebenarnya bisa dilihat saat ibu hamil karena kondisi janin di perut membutuhkan pemenuhan gizi optimal hingga 1.000 hari sejak kehidupan pertama.
Artinya, sejak dalam kandungan hingga anak berusia 2-2,5 tahun harus benar-benar dijaga pemenuhan gizinya.
"Penjagaan gizi yang baik selama kehamilan bisa mencegah dan menghilangkan generasi stunting,” ujarnya sembari mencontohkan bahwa Brazil dan Thailand sudah berhasil menghilangkan generasi "stunting" sejak 5-10 tahun yang lalu.
Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, lanjut dia, wajib diberikan minimal sampai bayi berusia enam bulan, tetapi banyaknya ibu yang bekerja terkadang melupakan pemberian ASI eksklusif.
"Di atas usia enam bulan, pemberian ASI bisa diteruskan sampai anak berusia dua tahun sesuai anjuran WHO. Akan tetapi, perlu diberikan makanan tambahan. Boleh juga diberikan susu formula," katanya.
Penulis: Rima Suliastini
Editor: Rima Suliastini