Menuju konten utama

Patroli Diperketat Cegah Masuknya Militan ISIS ke Indonesia

Menko Polhukam menyatakan telah memperkuat patroli maritim dan darat untuk membendung kemungkinan adanya penerobosan militan ISIS ke Indonesia.

Patroli Diperketat Cegah Masuknya Militan ISIS ke Indonesia
Pasukan pemerintah terlihat saat melakukan serangan terhadap pemberontak dari kelompok Maute, yang telah mengambil alih sebagian besar kota Marawi, di kota Marawi, selatan Filipina, Kamis (25/5). ANTARA FOTO/REUTERS/Romeo Ranoco

tirto.id - Patroli di wilayah laut dan darat Indonesia telah diperkuat guna mencegah anggota gerakan militan negara Islam (ISIS) dari Filipina, masuk ke Tanah Air. Hal itu dipaparkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto.

"Kita perkuat patroli maritim, perkuat juga posisi di darat. Saya sudah berbincang dengan Panglima TNI dan Kapolri untuk dapat membendung kemungkinan adanya penerobosan ke Indonesia," ujar Menko Polhukam di Jakarta, Senin (29/5/2017).

Mantan Panglima TNI ini juga menyatakan dukungannya terhadap Pemerintah Filipina, yang mengambil tindakan keras terhadap kelompok bersenjata Maute, yang terafiliasi dengan ISIS.

"Kita dukung sepenuhnya pihak Filipina untuk segera melakukan satu serangan-serangan sistematis untuk memperkecil kemungkinan basis ISIS di Filipina Selatan itu," katanya menjelaskan.

Terkait keanggotaan ISIS, Wiranto menerangkan kemungkinan adanya Warga Negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan organisasi radikal tersebut sangat besar.

Apalagi, seperti dikutip Antara, Wiranto melanjutkan, saat ini ISIS telah menerapkan konsep divergensi, yakni mengundang dan mendatangkan simpatisan dari berbagai negara, untuk dimasukkan ideologi mereka, dan dilatih bertempur.

Selain itu, ISIS juga diketahui telah menyebarkan aktivis mereka ke seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara, ujar Wiranto.

"Tercatat 500 orang dari Indonesia yang berangkat ke Syria untuk bergabung dalam konsep di sana. Boleh jadi aktivis ISIS ini telah disebar, dan yang ada di Filipina saat ini termasuk dari Indonesia," tuturnya pula.

Oleh karena itu, menurut Wiranto, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah ditugaskan mencari tahu jumlah WNI yang terlibat dengan kelompok bersenjata tersebut, melalui sejumlah laporan dari negara-negara lain.

"Tapi yang penting adalah bagaimana kita dapat membendung, jangan sampai basis itu menjalar ke Indonesia," jelas Wiranto.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberlakukan darurat militer di Mindanao, pada Selasa malam (23/5/2017), menyusul baku tembak antara tentara Filipina dengan kelompok bersenjata Maute di Marawi, Filipina.

Media lokal Filipina sebelumnya melaporkan baku tembak terjadi ketika polisi dan tentara bergerak untuk melaksanakan perintah penahanan seorang pemimpin kelompok Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon.

Kelompok Maute kemudian menyerbu Kota Marawi sebagai bentuk respons atas rencana penahanan tersebut.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Hukum
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari