Menuju konten utama

Pakar Politik Khawatirkan Netralitas TNI-Polri di Pilkada Jateng

Sejak era Orde Baru, Jateng dikenal sebagai daerah yang kuat dengan politisasi birokrasi. Terlebih, ada akademi polisi dan militer.

Pakar Politik Khawatirkan Netralitas TNI-Polri di Pilkada Jateng
Kapolda Jateng Irjen Pol. Ahmad Luthfi saat pembukaan Program Pembinaan Dan Pemulihan Profesi Terhadap Anggota Polri Yang Sedang Menjalani Hukuman dan Masa Pengawasan Tahun 2021, di Pusat Pendidikan Binmas Lemdiklat Polri di Banyubiru, Kabupaten Semarang, Senin. (FOTO/Humas Polda Jateng)

tirto.id - Pakar Ilmu Politik UGM, Mada Sukmajati, melontarkan kekhawatirannya soal netralitas aparatur sipil negara (ASN) dan TNI-Polri dalam gelanggang Pilkada Jawa Tengah (Jateng) 2024. Hal ini disampaikan Mada merespons rilis survei Indikator Politik Indonesia soal bursa nama-nama bakal cagub Jateng jelang Pilkada 2024.

Pasalnya, ada nama Kapolda Jateng, Irjen Ahmad Luthfi, yang digadang-gadang bakal berlaga dalam Pilkada Jateng mendatang.

Jateng, kata Mada, dikenal sejak era Orde Baru sebagai daerah yang kuat dengan politisasi birokrasi. Terlebih, ada akademi polisi dan militer di Jawa Tengah yang rawan dimobilisasi untuk kepentingan elektoral.

“Saya agak khawatir jika kemudian, mobilisasi terkaiit isu netralitas ASN dan TNI-Polri akan dikembangkan di Pilkada Jawa Tengah dengan konteks seperti itu tadi,” kata Mada dalam konferensi pers rilis survei Indikator Politik Indonesia yang diikuti reporter Tirto, Minggu (7/7/2024).

Konteks dan “tradisi” politik itu tentunya akan dipertimbangkan pula oleh elite parpol untuk menentukan cagub yang akan diusungnya dalam Pilkada Jateng 2024.

Saya tidak tahu apakah status pak Ahmad Luthfi sebagai Kapolda Jateng juga terkait dengan elektabilitasnya. Karena kalau iya, maka ada kemungkinan potensi sebagaimana indeks kerawanan pilkada [yang dirilis] Bawaslu,” jela Mada.

Selain itu, Jawa Tengah juga kental dengan politik aliran. Pasalnya, ada dua kekuatan besar di Jateng, yakni kubu nasionalis dan Nahdliyyin.

Menurut Mada, kubu nasionalis direpresentasikan oleh Gerindra dan PDIP yang dominan di Jateng. Adapun Nahdliyyin direpresentasikan oleh PKB.

Riwayat pimpinan di Jawa Tengah sering kali kombinasi antara nasionalis dan NU. Itu di periode sebelumnya ada Pak Ganjar dan Gus Yasin,” tutur Mada.

Efek ekor jas diperkirakan juga cukup menentukan dalam Pilkada Jateng. Residu Pemilu 2024 lalu bisa jadi masih mempengaruhi jalannya Pilkada Jateng.

Pertarungan antara PDIP dan Jokowi mungkin masih akan terjadi di Pilkada Jateng.

Cuma intensitasnya sejauh apa kita belum tahu. Dan bagaimana Gerinda memposisikan diri di tengah ini masih belum tahu,” pungkas Mada.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Flash news
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Fadrik Aziz Firdausi