Menuju konten utama

Nikmat Melupakan Bikin Kita Bahagia

Kemampuan menyimpan banyak memori seringkali dianggap sebagai keunggulan seseorang. Namun melupakan pun membawa efek yang baik.

Nikmat Melupakan Bikin Kita Bahagia
Ilustrasi. Nikmatnya melupakan. Foto/iStock

tirto.id - Memiliki ingatan kuat kerapkali mengesankan sisi unggul dari seorang manusia. Mereka yang mampu menyimpan dengan baik cerita-cerita seputar pengalaman, menghafal rumus dan teori, serta mengumpulkan aneka pengetahuan dalam pelbagai bidang nyaris bikin orang lain berdecak kagum. Mengingat banyak hal, pendeknya, bakal membawa banyak manfaat.

Sebaliknya, melupakan dipersepsikan sebagai kekurangan. Mereka yang alpa akan detail atau kejadian tertentu terkadang dibilang tak perhatian, kurang peduli, bahkan disarankan menjalani latihan-latihan mengasah ingatan atau mengonsumsi suplemen tertentu. Padahal, ibarat sebuah kabinet, otak seseorang mempunyai kapasitas dalam menyimpan berkas-berkas memori.

Bayangkan bila Anda tengah mencari satu berkas di tengah tumpukan dokumen di dalam sebuah kabinet. Proses memilah dan menemukan bisa makan waktu. Begitupun kerja otak. Pada saat-saat tertentu, ada berkas memori yang mesti dibersihkan.

Keadaan lupa tak hanya terjadi tanpa disengaja. Riset menunjukkan bahwa kondisi ini pun dapat diciptakan dengan intensi seseorang. Ambil contoh ketika seseorang diminta untuk mengingat tiga dari enam gambar yang tersedia. Ia akan menyeleksi dengan sadar gambar-gambar mana saja yang penting atau diinginkan untuk diingat.

Williams et. al. (2013), yang melakukan studi mengenai keuntungan melupakan, menyatakan bahwa menyeleksi hal-hal yang diingat bikin seseorang lebih fokus. Selain itu, macam-macam informasi mengenai hal-hal yang diingat pun akan lebih mudah diserap dan diolah. Dampaknya, ia bisa mengembangkan dan mengaplikasikan pengetahuan seputar hal yang diingatnya itu.

Dalam studi yang dilansir Science Daily, melupakan dapat membantu seseorang beradaptasi dengan situasi baru. Segala pengalaman dan pengetahuan tak relevan, yang disimpan dalam memori seseorang, akan dibuang oleh otak. Aktivitas melupakan ini pun meninggalkan ruang kosong dalam pikiran yang siap diisi dengan informasi baru yang lebih memfasilitasi seseorang untuk beradaptasi dalam lingkungan anyar.

Infografik Nikmat melupakan

Studi dari Storm dan Patel (2014), yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory, and Cognition, menunjukkan efek positif lain dari melupakan. Pikiran kreatif juga dimungkinkan dengan aktivitas ini.

Para partisipan yang terlibat dalam eksperimen tersebut pertama-tama disuguhi sejumlah peralatan rumah tangga dan informasi mengenai kegunaannya. Setelah itu, mereka diberi waktu semenit untuk memikirkan kegunaan lain peralatan rumah tangga yang mereka lihat. Hasilnya, partisipan cenderung melupakan kegunaan peralatan rumah tangga sebagaimana tercantum dalam informasi yang disuguhkan kepada mereka. Alih-alih, macam-macam kegunaan peralatan rumah tangga yang mereka sebutkan berasal dari pikiran mereka sendiri setelah dengan sengaja melupakan informasi yang diberikan kepada mereka. Semakin sedikit informasi yang partisipan ingat, semakin kreatif jawaban-jawaban yang terlontar.

Manfaat lain dari melupakan adalah menyembuhkan seseorang dari trauma dan mencegah depresi akut. Berdasarkan hasil penelitian, orang-orang yang berjuang keras melupakan kata-kata dalam eksperimen itu cenderung menunjukkan gejala depresi. Mereka juga cenderung suka merenungi masa lalu dan sering terlintas pikiran-pikiran tak diinginkan dalam kepalanya.

Sejumlah pengalaman setiap individu sangat mungkin menjadi ingatan-ingatan menyakitkan. Maka proses melupakan pun penting. Ia adalah proses pencarian kebahagiaan, demikian Marianne Janack, profesor dan ketua departemen Filsafat Hamilton College, New York.

Sayangnya, menurut Janack, banyak orang lebih memilih menderita dengan menganggap bahwa menyimpan sebanyak-banyaknya memori jauh lebih baik dibanding latihan melupakan.

Baca juga artikel terkait PSIKOLOGI atau tulisan lainnya dari Patresia Kirnandita

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Patresia Kirnandita
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Fahri Salam