tirto.id - Pertempuran Kursk adalah salah satu babak paling dikenang dalam sejarah Perang Dunia Kedua. Ia menandai ketidakberhasilan serangan Nazi Jerman terhadap pasukan Soviet, setelah keduanya juga terlibat Pertempuran Stalingard. Di palagan yang disebut terakhir, Jerman pun kalah meski berkoalisi dengan Italia, Hungaria, Rumania, dan Kroasia.
Wilayah Kursk, Uni Soviet, memang berada di hadapan front terdepan dari garis wilayah Nazi saat itu. Perang dimulai pada 5 Juli 1943 pagi hari pukul 5.30, saat pasukan Hitler memulai serangan yang dinamai Operasi Citadel. Dengan kekuatan besar—sembilan divisi infanteri dan satu divisi Panzer lengkap dengan senjata penyerangan, tank berat termasuk jenis Tiger dan kapal perusak—pasukan Jerman merangsek ke depan, mengepung dari sisi utara dan selatan.
Di sisi selatan, seperti dicatat Lloyd Clark dalam buku Kursk: The Greatest Battle Eastern Front 1943, ada celah di perbatasan, bekas pemboman awal Jerman, yang dimanfaatkan untuk menggempur pasukan Soviet di Kursk. Satuan tank Tiger segera dipindahkan untuk menyerang melalui celah ini dan ternyata tentara merah Soviet telah menyediakan 90 tank jenis T-34 untuk melayani serangan Jerman.
Selama tiga jam pertempuran, tentara merah kehilangan 42 tanknya, sedangkan Jerman kehilangan 2 tank Tiger dan 5 lainnya rusak. Serangan balik dari Soviet masih dapat dikalahkan barisan tentara Jerman di sabuk pertama, tapi menunda cukup lama bergeraknya pasukan di sabuk berikutnya.
Di hari pertama ini, Korps Panzer XLVII telah mampu menembus 9,7 km ke dalam pertahanan tentara merah. Tentara merah kehilangan 1.287 pasukannya yang tewas dan hilang, 5.921 lainnya cidera.
Hari-hari berikutnya, Soviet merespons dengan serangan balik di bawah arahan Marsekal Konstantin Rokossovsky meski jumlahnya belum signifikan dan belum diluncurkan operasi serangan balasan yang besar. Peran unit-unit tank dalam jumlah besar sangat dilibatkan dalam saling serang melumpuhkan.
Sementara serangan di sisi selatan yang dilancarkan lebih pagi yaitu pukul 4 dimulai dengan pemboman yang ditunaikan oleh Angkatan Darat Panzer Hoth ke-4. Dari kubu Soviet, Korps Angkatan Pengawal Senapan ke 22 dan 23 siap menghadang dan bertempur. Tiga lapis sabuk pertahanan juga disiapkan Soviet guna memperlambat dan melemahkan kekuatan lapis baja milik Jerman.
Tanggal 12 Juli, giliran Uni Soviet resmi memulai serangan balik besar terhadap Jerman yang dinamai Operasi Kutuzov. Keputusan melawan Operasi Citadel ini diambil terutama karena pasukan Jerman sudah menunjukkan kekuatan yang menonjol di Kota Orel, meski di sisi utara Jerman melemah.
Front Bryansk di bawah komando Markian Popov menyerang sisi timur Orel. Front Barat yang diperintahkan oleh Vasily Sokolovsky sisi utara, dipimpin oleh Korps Angkatan Pengawal ke-11 di bawah Letnan Jenderal Hovhannes Bagramyan dengan dukungan Korps Tank 1 dan 5. (Frieser, The Eastern Front 1943–1944: The War in the East and on the Neighbouring Fronts).
Di sisi selatan, baru pada 12 Agustus Soviet meluncurkan serangan yang dinamai Operasi Polkovodets Rumyantsev yang dimaksudkan untuk menurunkan Korps Panzer ke-4 dan memperluas kekuasaan angkatan darat Soviet di bagian selatan. Serangan ini membuahkan hasil: kota Kharkov direbut kembali pada 23 Agustus. Sejatinya serentetan serangan di sisi selatan telah berlangsung sejak 3 Agustus dan terus membesar dengan keberhasilan Soviet merebut kota Belgorod pada 5 Agustus.
Setelah serentetan serangan Soviet ini, Jerman harus mengakui kekalahan. Mereka dipukul mundur untuk kembali ke wilayahnya seperti saat semula memulai serangan. Menurut Encyclopaedia Britannica, serangan Jerman terhadap Soviet di Kursk ini sejatinya dirancang untuk merencanakan serangan mendadak di sisi utara dan selatan dengan harapan dapat menghancurkan pasukan Soviet di tonjolan wilayah Kursk tersebut.
Namun, pihak Soviet sudah menduga sebelumnya bahwa wilayah Kursk akan menjadi titik serangan sporadis Jerman, sehingga negara ini mempersiapkan berbagai pasukan dan unit perang termasuk ribuan tank-tank tempur.
Hal paling menonjol lainnya dari rangkaian Pertempuran Kursk ini adalah jumlah unit tank yang digunakan oleh kedua belah pihak. Selama Operasi Citadel, Jerman mengerahkan 2.465 tank yang aktif beroperasi, sedangkan Soviet sebanyak 4.938. Ketika Soviet melancarkan serangan balasan, negara ini melibatkan 8.200 tank, sedangkan Jerman mengerahkan 2.699.
Soal kerugian pasukan, sejarawan militer Rusia Grigoriy Krivosheyev yang dikutip buku The Battle for Kursk, 1943: The Soviet General Staff Study karya Glantz & Orenstein menyebut ada 177.877 korban di pihak Soviet selama peperangan berlangsung.
Di pihak Jerman, menurut Frieser berdasarkan catatan arsip Jerman, Operasi Citadel menelan 54.182 korban dengan 9.036 diantaranya terbunuh, 1.960 dilaporkan hilang, dan 43.159 luka-luka. Sebanyak 13.215 orang terbunuh dalam Operasi Kutuzov yang dilancarkan Soviet, 60.549 luka-luka dan 11.300 hilang yang diperkirakan terbunuh atau tertangkap. Sementara selama Operasi Polkovodets Rumyantsev menelan 25.068 korban tewas, termasuk 8.933 orang tewas dan hilang.
Akhirnya, pada 30 Agustus 1943 Angkatan Bersenjata Jerman secara penuh mundur pulang kampung. Arsip sejarah Second World War History menyebut Tentara Jerman jatuh mundur sejauh Sungai Dnieper. Angkatan Darat Soviet membentuk sekitar 5 jembatan yang melintasi Sungai Dniepr, guna menjaga agar orang-orang Jerman tetap berada di posisinya untuk sementara waktu.
Penulis: Tony Firman
Editor: Maulida Sri Handayani