tirto.id - Dalam rangka menyambut Ramadhan 1442 hijriah, tentu ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, salah satunya menyambut datangnya bulan suci ini dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Hari ini, 9 April 2021 merupakan Jumat terakhir di bulan Syaban (26 Syaban 1442 Hijriyah). Sya'ban adalah pintu gerbang menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.
Bagi kaum laki-laki muslim yang sudah balig, pada hari Jumat diwajibkan untuk melaksanakan shalat Jumat dan khutbah merupakan salah satu syarat sah dalam sholat Jumat.
Dalam buku Ahmad Zarkasih Rukun dan Syarat Sah Khutbah Jumat Menurut Madzhab al-Syafi'iyah (2020: 11) disebutkan, tujuan khutbah itu adalah sebagai nasihat sekaligus peringatan untuk mentaati perintah Allah SWT serta menjauhi larangannya.
Bertepatan dengan menyambut bulan puasa tahun 2021, berikut ini naskah khutbah Jum'at menyambut Ramadhan yang dikutip dari laman NU Online:
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Sebentar lagi tamu kita yang mulia bernama bulan Ramadan akan segera tiba. Tamu terhormat yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita.
Kenapa dikatakan demikian? Tak lain karena di dalam bulan Ramadan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya.
Nilai ibadah dilipatgandakan, doa-doa dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup. Ramadan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya.
Rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya. Namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya tapi tidak mengambil sesuatu darinya, yakni dengan menggunakannya sebagai momen meningkatkan kualitas ibadah dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan akhir dari puasa Ramadan ini, yakni derajat ketakwaan dapat kita raih.
Untuk itulah, Rasulullah SAW tak lupa berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadan datang, sebagaimana hadis yang diriwayatkan an-Nasa'i dari Abu Hurairah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ. فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ...... (سنن النسائي الجزأ 7 ص. 256: 2079)
Dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anh beliau berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda: "Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan.(HR. An-Nasa'i)
Selain itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita sebuah doa yang dipanjatkan menjelang datangnya Ramadhan, yakni :
Allâhumma bâriklanâ fî Rajaba wa Sya'bâna, wa ballighna Ramâdlana
Artinya: Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan (usia) kami berjumpa Ramadhan) (HR. Ahmad dan Bazzar).
Oleh karena itu, marilah kita sambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh suka cita "Marhaban Ya Ramadan (selamat datang bulan Ramadhan), kami sambut kedatanganmu dengan penuh suka cita."
Dalam bahasa Arab, bulan disebut dengan "syahr"(الشَّـهْرُ) yang bermakna "terkenal" atau populer. Orang Arab biasanya menamai bulan sesuai dengan keadaan di mana bulan itu berlangsung.
Karena pada masa turunnya perintah puasa adalah musim panas yang terik, maka bulan itu dinamai "Ramadan" yang akar katanya dari "Ramidha" (رَمِضَ) yang berarti "sangat panas, membakar" disebabkan panas matahari yang luar biasa menyinari pasir-pasir gurun. Ada juga pengertian lain yaitu "batu (karang) yang membakar."
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Pengertian di atas sesuai dengan makna filosofis bulan Ramadan, yaitu membakar dosa-dosa yang pernah dilakukan dengan menahan makan dan minum dan apa-apa yang membatalkannya.
Rasulullah SAW, bersabda:
"Dinamakan bulan Ramadhan karena ia cenderung membakar dosa-dosa."
Persiapan Menyambut Ramadhan
Berikut ini enam dari beberapa sikap terpuji yang dilakukan para ulama saleh terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadan yang pantas diteladani:
1. Menyambut Ramadan dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan (usia) kami berjumpa Ramadan."
Seolah mereka juga memohon: "Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan."
Sampai kepada Ramadan adalah kebahagiaan yang luar biasa bagi mereka, karena pada bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira.
Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat menyambut Ramadan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadan dengan tangis.
2. Menyambut Ramadan dengan pengetahuan yang dalam.
Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna.
Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya.
Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fikih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa.
Persepsi dan pengetahuan yang utuh tentang bulan Ramadan akan menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah Ramadan disebabkan oleh ketidaktahuan kita.
Persepsi yang utuh tentang keutamaan Ramadan akan mendorong tumbuhnya motivasi dari dalam diri untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya.
Persiapan-persiapan yang bisa dilakukan adalah dengan banyak bertanya, belajar dan membaca. Orang akan mampu mengerjakan sesuatu dengan sempurna dan riang gembira jika ia tahu dengan pasti apa alasan, tujuan dan manfaat di balik sesuatu yang ia kerjakan.
3. Menyambut dengan doa.
Bulan Ramadan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk perbuatan jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam Lailatul Qadar dan tantangan-tantangan lainnya.
Keterbatasan manusia mengharuskannya untuk selalu berdoa agar optimis melalui bulan Ramadan.
4. Menyambut dengan tekad dan rencana yang matang untuk mengisi Ramadan.
Orang-orang saleh terdahulu selalu merencanakan pengisian bulan Ramadan dengan cermat dan optimis.
Di antaranya berapa kali dia akan mengkhatamkan membaca Al-Quran, berapa kali shalat malam, berapa akan bersedekah dan memberi makan orang berpuasa, berapa kali kita menghadiri pengajian dan membaca buku agama.
Itulah rencana yang benar mengisi Ramadan, bukan hanya sekadar merencanakan menu makan dan pakaian kita untuk Ramadan, tapi lebih diarahkan ke perencanaan yang matang untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan suci.
5. Persiapan Ruh dan Jasad Rasulullah SAW dan orang-orang shalih tidak pernah menyia-nyiakan keutamaan Ramadhan sedikit pun.
Rasulullah dan para sahabat memperbanyak puasa dan bersedekah pada bulan Sya'ban sebagai latihan sekaligus tanda kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan. Anas bin Malik r.a. berkata:
"Ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya'ban, mereka sibuk membaca Alquran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa."
Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya'ban untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa.
Dengan kondisi seperti ini, maka ketika memasuki bulan Ramadan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya dapat langsung menyambut Ramadan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan.
Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali berpuasa, seperti lemas, demam dan sebagainya.
Rasulullah SAW senantiasa melakukan puasa sunnah bulan Sya'ban, bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan beliau kadang melakukannya sebulan penuh. Dalam sebuah hadits disebutkan:
أَخْرَجَ النَّسَائِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ اِبْن خُزَيْمَةَ عَنْ أُسَامَة بْن زَيْدٍ قَالَ " قُلْت يَا رَسُول اللَّه لَمْ أَرَك تَصُومُ مِنْ شَهْر مِنْ الشُّهُور مَا تَصُوم مِنْ شَعْبَان ، قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاس عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَان ، وَهُوَ شَهْر تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَال إِلَى رَبّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ " (فتح الباري لابن حجر (باب صوم شعبان), الجزأ السادس, ص : 238)
Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya: "Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan Sya'ban ini? Beliau saw menjawab: "Itulah bulan yang dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah Rabbul 'Alamin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa." (HR An-Nasa-i).
6. Persiapan materi.
Hal terakhir untuk menyambut Ramadhan adalah persiapan finansial atau materi. Persiapan materi di sini tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan mahal bahkan kadang terkesan berlebihan.
Tapi finansial/materi yang diperuntukkan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. Ramadan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan, pelipur lara).
Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat bila ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekedar sebiji kurma dan seteguk air.
Kedermawanan Rasulullah SAW pada bulan Ramadan sangat besar. Digambarkan dalam beberapa riwayat bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah SAW kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya.
Semoga kiranya kita memperoleh rahmat, hidayat serta kekuatan untuk dapat mempersiapkan diri secara maksimal, menyambut Ramadan besok, amin, amin, amin ya Rabbal 'alamin.
Editor: Fitra Firdaus