Menuju konten utama

Myanmar Memanas, 18.500 Orang Rohingya Lari Ke Bangladesh

Konflik yang terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar memanas. Hal ini memaksa 18.500 orang Rohingya lari ke Bangladesh.

Myanmar Memanas, 18.500 Orang Rohingya Lari Ke Bangladesh
Pengungsi baru Rohingya duduk dekat kamp pengungsi sementara Kutupalang, di Cox Bazar, Bangladesh, Selasa (29/8/2017). ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

tirto.id - Setidaknya 18.500 orang muslim Rohingya lari ke Bangladesh dalam enam hari terakhir di tengah konflik Myanmar. Banyak dari mereka menderita sakit dan terkena luka tembak.

Menurut International Organization for Migration (IOM) pada Rabu (30/8/2017), Rohingya dikhawatirkan menjadi sasaran setelah pada 5 Agustus lalu kelompok bersenjata menyerang polisi dan pangkalan militer di negara bagian Rakhine.

“Sampai semalam, 18.500 orang telah menyeberang [ke Bangladesh],” kata juru bicara IOM untuk Asia-Pasifik, Chris Lom di Rakhine, Myanmar, seperti dikutip dari Al Jazeera.

Serangan tersebut, yang menyebabkan 110 orang terbunuh diklaim dilakukan oleh Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), sekelompok orang Rohingya yang tinggal di Arab Saudi setelah terjadi kekerasan komunal pada 2012 silam, demikian menurut International Crisis Group.

Berdasarkan keterangan kelompok pembela hak asasi manusia dan saksi mata, setelah serangan tersebut, tentara Myanmar membakar Rakhine dan menembaki warga sipil.

Puluhan orang dilaporkan terbunuh, namun hingga kini belum didapat angka pasti berapa orang yang menjadi korban.

Ketika muslim Rohingya sebagian besar telah melarikan diri ke Bangladesh, umat Buddha Rohingya mencari suaka di kota dan wihara yang terletak di selatan dan timur wilayah pertempuran.

Namun, Chris Lom mengatakan ia tidak bisa memastikan berapa jumlah orang yang telah berhasil sampai ke Bangladesh karena mereka yang sampai mungkin tidak mendaftar ke pemerintah setempat.

“Kami juga tahu banyak orang yang terjebak di perbatasan tapi kami tidak tahu ada berapa banyak,” kata Lom.

Bangladesh yang telah menampung 400.000 orang Rohingya dari Myanmar dalam satu tahun, menyatakan larangan bagi pendatang baru masuk ke Bangladesh dan mengembalikan sebagian orang yang tertangkap saat mencoba melewati perbatasan.

“Mereka [pengungsi dari Myanmar] dalam kondisi sangat depresi,” kata Sanjukta Sahany, pengelola kantor IOM di selatan kota Cox Bazar, dekat perbatasan.

“Kebutuhan yang paling utama adalah makanan, tenaga medis, dan tempat tinggal sementara. Mereka butuh setidaknya tempat untuk berteduh sementara,” lanjut Sahany.

Sahany mengatakan, sebagian dari mereka melarikan diri dengan luka embak dan luka bakar, bahkan banyak yang memberikan “tatapan kosong” saat diajak berkomunikasi.

“Orang-orang itu mengalami trauma yang begitu terlihat,” kata Sahany.

Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mengutuk keras serangan yang dilakukan tentara ARSA tersebut. PBB mendesak Myanmar untuk melindungi penduduk sipil tanpa diskriminasi dan meminta Bangladesh untuk menampung orang-orang yang melarikan diri.

Rakhine telah berada di bawh tekanan sejak Oktober tahun lalu ketika sekelompok pejuang kemerdekaan Rohingya menyergap pos perbatasan di Myanmar.

Hal itu memicu respons militer dan menyebabkan sekitar 87.000 orang Rohingya lari ke Bangladesh. Orang-orang ini membawa cerita mengerikan tentang pembunuhan, pemerkosaan, dan kebakaran di perdesaan.

Baca juga artikel terkait ROHINGYA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra