tirto.id - Mutasi virus corona D614G juga disebut mutasi "G" adalah variasi dari strain asli virus corona yang pertama kali dilaporkan di kota Wuhan, Cina pada Desember 2019. Sejak diketahui, virus tersebut bermutasi beberapa kali.
Meski begitu, menurut Professor Gavin Smith dari Singapore’s Duke-NUS’ Emerging Infectious Diseases Programme, vaksin akan tetap efektif melawan mutasi jenis ini karena tidak menargetkan bagian dari genom yang terkena.
Protein lonjakan memiliki "tangkai" dan "kepala". Antibodi dari vaksin menempel di kepala untuk mencegah virus menginfeksi sel manusia.
Namun, karena mutasi untuk D614G terjadi pada “tangkai”, hal ini tidak akan mempengaruhi cara kerja vaksin, kata Smith.
Sebuah studi yang dipublikasikan Bette Korber, ahli biologi teoritis di Los Alamos National Laboratory menemukan, strain tersebut juga tidak lebih mematikan dibandingkan dengan yang lain.
Tidak ada bukti yang menunjukkan jenis D614G lebih mematikan. Strain tersebut menjadi dominan karena mereka yang memiliki strain tersebut telah memasuki negara-negara di mana penyebaran virus tidak terkontrol dengan baik.
Fakta tersebut juga ditegaskan Tim Laboratorium Diagnostik COVID-19 Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM. Tim meyakini virus SARS-CoV-2 dengan mutasi D614G masih bisa diatasi dengan vaksin COVID-19 yang saat ini tengah disiapkan.
"Penelitian terbaru mengatakan bahwa kita tidak perlu khawatir karena vaksin apapun ternyata bisa memberikan perlindungan dari virus yang sudah mengalami mutasi ini," kata Ketua Laboratorium Diagnostik COVID-19 FK-KMK UGM dr Titik Nuryastuti saat jumpa pers di Kampus UGM Yogyakarta, Rabu (2/9/2020), seperti dikutip Antara News.
Menurut dia, meski mutasi D614G sudah menyebar hampir di seluruh pelosok dunia, berdasarkan urutan keseluruhan genom (Whole Genome Sequencing/WGS) virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ini masih bisa ditangani oleh vaksin yang kini sedang dikembangkan.
"Jadi mungkin nanti vaksin yang akan dirilis ini saya kira masih tetap efektif," kata dia.
Selain itu, Titik menyebutkan hingga saat ini belum ada bukti penelitian yang menyimpulkan bahwa mutasi itu mampu memperparah kondisi pasien yang terjangkit COVID-19.
"Tidak perlu kita berasumsi terlalu jauh mengaitkan dengan keparahan klinis pasien. Tapi memang transmisi (penularan) dari strain yang bermutasi ini lebih tinggi," kata dia.
Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM, dr Gunadi mengatakan mutasi merupakan salah satu cara mahluk hidup untuk bertahan hidup, termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang bermutasi dengan varian D614G.
D614G telah tersebar hampir di seluruh pelosok dunia, yaitu 77,5 persen dari total 92.090 isolat mengandung mutasi D614G.
Sedangkan, di Indonesia sendiri sebanyak 9 dari 24 isolat yang dilaporkan di GISAID mengandung mutasi D614G. Sepertiganya terdeteksi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Presiden RI Joko Widodo Pada Selasa (1/9/2020) menyampaikan pengembangan Vaksin Merah Putih hingga saat ini sudah mencapai 30-40 persen, dan vaksin tersebut diperkirakan dapat diproduksi pada pertengahan 2021.
Vaksin Merah Putih dikembangkan oleh konsorsium domestik berdasarkan strain virus yang ditemukan di Indonesia.
"Direncanakan dapat diuji klinis pada awal tahun depan. Insyaallah ini siap produksi di pertengahan 2021," kata Presiden.
Editor: Agung DH