Menuju konten utama

Musik Reggae Jadi Warisan Budaya Dunia UNESCO

"Reggae secara tradisional berbicara untuk orang yang kurang mampu sambil menawarkan harapan untuk dunia di mana cinta dan rasa hormat adalah yang terpenting"

Musik Reggae Jadi Warisan Budaya Dunia UNESCO
Gedung UNESCO. FOTO/Istimewa

tirto.id - Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaganya UNESCO menambahkan musik reggae ke daftar kekayaan budaya internasional. Musik asal Jamaika itu dianggap telah bersuara banyak mengenai keadilan.

Mengutip dari situs webnya, UNESCO mengatakan reggae merupakan suara orang-orang terpinggirkan, dianut dan dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat, termasuk kelompok etnis dan agama. Reggae tidak pernah berubah sejak kemunculannya di Karibia tahun 1990

“Kontribusinya terhadap isu internasional seperti isu ketidakadilan, perlawanan, cinta dan kemanusiaan serta tetap membawa musik ke fungsi dasar sosialnya seperti kendaraan atau sarana untuk bersuara mewakili semua orang, kritik sosial dan memuji Tuhan,” tulis UNESCO.

Proses pengakuan musik reggae itu tidak terlepas dari usaha Jamaika yang terus membujuk PBB. Jamaika, tempat jenis musik ini dilahirkan, terus mengajukan agar tradisi musik mereka diakui sebagai kekayaan dunia.

"Ini adalah musik yang kami ciptakan yang telah merambah seluruh penjuru dunia," kata Olivia Grange, menteri budaya Jamaika.

Dilansir dari The Guardian, Dave Rodigan, presenter BBC Radio 1Xtra mengatakan masuknya reggae sebagai kekayaan dunia adalah hal yang fantastis.

“Pengumuman UNESCO adalah berita fantastis untuk reggae yang secara tradisional berbicara untuk orang yang kurang mampu sambil menawarkan harapan untuk dunia di mana cinta dan rasa hormat adalah yang terpenting,” ujar Dave.

Artis Reggae, Hollie Cook juga menambahkan bahwa politisi dapat melihat pesan perdamaian, cinta dan persatuan dalam reggae yang kuat, dan menggambarkan dampak budayanya. Menurut Hollie reggae adalah contoh yang bagus tentang bagaimana imigrasi memiliki pengaruh yang besar dan positif dalam masyarakat kita.

Karena Reggae Telah Mewabah ke Seluruh Dunia

Imigrasi dari Jamaika ke Inggris pascaperang menyebabkan genre musik ini berkembang. Presenter BBC Radio 6 Music Don Letts mengatakan tentang signifikansi abadi reggae.

“Jika Anda melihat peta dunia, Jamaika adalah pulau kecil yang menghabiskan ratusan tahun di bawah pemerintahan kolonial. Ironisnya, pada abad 21, ia secara kultural telah menjajah planet ini,” jelasnya.

CNN menulis bahwa musik reggae saat ini tampaknya ada di mana-mana ke pantai-pantai Asia Tenggara dan kamar asrama di Boston seperti halnya di tanah airnya, Jamaika.

Hal ini tidak terlepas dari pengaruh musisi-musisinya yang mencapai pengakuan internasional seperti Toots, Maytals dan Bob Marley. Hari ini siapa yang tidak mengenal Bob Marley, dengan album terkahirnya, Exodus yang menjadi salah satu album terbaik sepanjang masa.

“Budaya pulau ini yang dicirikan oleh seni, bahasa, tarian, dan sikapnya terus menangkap imajinasi orang-orang secara global. Percobaan sonik yang dibuat di studio Jamaika kini menjadi bagian dari jalinan musik kontemporer. Jamaika adalah bukti kekuatan budaya untuk bertindak sebagai alat untuk perubahan sosial pada tingkat akar rumput,” jelas Letts.

Pendaftaran warisan budaya dunia oleh UNESCO telah dilakukan mulai 2008. Hal ini dilakukan sebagai bagian untuk menjaga warisan budaya yang bentuknya bukan fisik. Warisan ‘tak benda’ seperti instrument, artefak, objek, dan ruang budaya yang terkait ini diakui telah merepresentasi komunitas, kelompok dan dalam beberapa kasus individu.

Tujuannya adalah untuk menjaga, memastikan rasa hormat, meningkatkan kesadaran dan menyediakan kerjasama dan bantuan internasional. Reggea menambah daftar warisan tak benda yang sebelumnya telah diisi oleh seni batu kering Walling, gelendong penombak Slovenia, gulat Chidaoba Georgia, olahraga lempar Irlandia, upacara meriah dari peternak kuda Kazakh dan lainnya.

Baca juga artikel terkait WARISAN BUDAYA DUNIA atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Musik
Penulis: Febriansyah
Editor: Yantina Debora