tirto.id - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menilai musuh terbesar dunia pers saat ini, khususnya pers daring melalui jalur media sosial, adalah para buzzer yang ia anggap tidak bertanggungjawab. Ia berharap pers tidak terbawa pada suasana yang kontroversial dan menjurus ke konflik sosial.
“Pers Indonesia secara khusus dalam dinamika politik kebangsaan saat ini penting menjalankan fungsi checks and balances sebagaimana menjadi DNA media massa sepanjang sejarah di negeri manapun,” kata Haedar, lewat keterangan tertulisnya dalam rangka Hari Pers Nasional, Selasa (9/1/2021) kemarin.
Kata dia, dalam usaha mencerdaskan bangsa, fungsi pers niscaya menjadi pranata sosial yang mengedukasi elite dan warga bangsa agar menjadi insan yang berpikir jernih, objektif, moderat, cerdas, beretika, dan berdaya kritis.
Ia menambahkan bahwa pers bertanggungjawab atas pesan dan informasi yang disuarakannya ke ruang publik secara objektif dan profesional, serta tidak masuk dalam pusaran politik partisan maupun kepentingan lainnya yang dapat meluruhkan fungsi utama pers.
“Pers Indonesia bersama-sama komponen bangsa dituntut hadir menegakkan kebenaran, keadilan, kedamaian, persatuan, dan kemajuan bagi bangsa dan negara. Seraya menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat meresahkan, memecah persatuan, dan konflik antarkomponen bangsa. Fungsi integrasi sosial sangat diharapkan dari pers Indonesia saat ini,” jelas Haedar.
Terakhir, Haedar berpesan jangan biarkan dunia kebangsaan dan kenegaraan di tanah air tercinta timpang tanpa fungsi kritis pers yang konstruktif demi masa depan Indonesia yang demokratis dan berkemajuan.
“Pers dituntut proaktif mengakselerasi dinamika kehidupan kebangsaan agar Indonesia menjadi negara maju di era dunia modern abad ke-21,” tutup Haedar.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Bayu Septianto