tirto.id - Bitcoin, mata uang digital dengan teknologi kriptografi, kembali mencengangkan dunia. Pekan ini, nilai satu Bitcoin setara dengan $8.117,62 atau Rp 109.884.230. Besarnya harga Bitcoin itu, salah satunya disebabkan oleh mekanisme permintaan dan penawaran yang terjadi. Bitcoin, memiliki nilai yang menjulang, selepas ia menjadi idola mata uang digital banyak orang.
“Kita harus tahu pembentukan harga Bitcoin. Pembentukan harganya berdasarkan demand dan supply. Ketika ada demand dan supply baru terbentuk suatu harga. Artinya kalau demand-nya bertambah, harganya naik. Demand-nya berkurang, harganya turun,” ucap Oscar Darmawan, CEO Bitcoin Indonesia menjelaskan bagaimana harga Bitcoin terbentuk.
Sistem pembentukan harga Bitcoin mirip seperti apa yang terjadi pada investasi di bidang emas ataupun saham. Keuntungan terjadi manakala harga jual lebih tinggi daripada harga beli. Satoshi Nakamoto, pencipta Bitcoin yang hingga saat ini belum diketahui sosok sebenarnya, menjadi salah satu sosok pemilik Bitcoin terbesar. Ia diduga memiliki 980.000 Bitcoin. Jika mengkomparasikan dengan harga Bitcoin saat ini, keuntungan investasi yang dimiliki Nakamoto kini telah menyentuh angka lebih dari $7,9 miliar. Uang sebesar itu menempatkan Nakamoto berada di posisi ke-202 sebagai orang paling kaya sejagat versi Majalah Forbes. Ia unggul dibandingkan sosok Jay Y. Lee, pemimpin de facto Samsung.
Menambang Bitcoin
Bitcoin, selayaknya emas, diperoleh melalui dua cara: membeli atau menambang. Cara pertama merupakan yang termudah untuk memperoleh Bitcoin. Orang tinggal mendatangi bursa penjualan Bitcoin ataupun individu-individu pemilik Bitcoin untuk kemudian melakukan proses transaksi jual-beli. Sementara menambang, selayaknya emas, membutuhkan tenaga dan kemampuan tertentu untuk memperolehnya.
Menambang Bitcoin, meskipun sering diidentikkan dengan menambang emas, secara mendasar memiliki cara kerja yang sangat berbeda. Dalam kasus emas, menambang diartikan sebagai proses mengambil emas dari suatu tempat tertentu. Namun, untuk kasus Bitcoin, menambang diartikan sebagai imbalan yang diberikan Bitcoin atas bantuan yang diberikan si penambang.
Imbalan yang diberikan Bitcoin, berhubungan dengan cara kerja mata uang digital itu. Bitcoin, sebagai mata uang digital, memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan mata uang konvensional. Jika mata uang konvensional dikendalikan atau diatur suatu insitusi bernama bank, Bitcoin, diberdayakan melalui komunitas.
Sekitar 10 menit sekali, Bitcoin merilis informasi terkait transaksi terakhirnya. Rilisan informasi itu, tercetak dalam bentuk cryptographic hash, suatu tanda tangan digital unik yang terdiri dari beberapa digit numerik atas suatu data digital. Data digital dalam kasus ini merupakan transaksi Bitcoin yang terjadi. Angka “1000” misalnya, memiliki hash “40510175845988f13f6162ed8526f0b09f73384467fa855e1e79b44a56562a58”.
Penambang Bitcoin, melalui perangkat komputer atau mesin khususnya, diberdayakan oleh Bitcoin untuk menebak nilai input dari cryptographic hash yang dirilis Bitcoin. Ini dilakukan untuk memvalidasi apakah transaksi Bitcoin yang dilakukan merupakan transaksi sebenarnya ataukah tidak. Suatu mesin yang digunakan untuk menambang, menjadikan transaksi pertama Bitcoin berikut cryptographic hash-nya, sebagai patokan untuk menebak input dari cryptographic hash yang kemudian dirilis Bitcoin. Atas bantuan validasi yang diberikan ini, Bitcoin, melalui algoritma yang tertanam di dalamnya, memberikan imbalan.
Bitcoin yang ditambang, akan semakin sulit hari demi harinya. Ini terjadi, selain semakin banyak saingan, karena Bitcoin mematok batas dirinya sendiri di angka 21 juta keping Bitcoin. Bitcoin, tak akan bertambah jumlahnya selepas mencapai angka 21 juta kelak.
Menambang Bitcoin, jelas bukan perkara mudah dan murah. Selain menggunakan komputer atau laptop rumahan, menambang Bitcoin, kini diwadahi dengan mesin khusus bernama ASIC atau Application Specific Integrated Circuit. ASIC merupakan chip khusus yang dibuat untuk pekerjaan spesifik, dalam hal ini menambang Bitcoin.
Salah satu kelompok penambang Bitcoin terbesar ialah sebuah kelompok yang berlokasi di Ordos, Cina. Merujuk laporan yang diterbitkan Quartz, kelompok penambang dengan 50 pekerja itu, menjalankan 21 ribu mesin khusus untuk menambang Bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Jumlah kekuatan mesin penambang itu, merepresentasikan 4 persen kekuatan pemrosesan di jaringan Bitcoin.
Meroketnya Nvidia
Selain para penambang maupun investor, melejitnya Bitcoin juga berpengaruh secara positif bagi dua raksasa teknologi yang selama ini dikenal menciptakan produk kartu grafis atau GPU (Graphic Processing Unit). Umumnya, kartu grafis banyak dicari kalangan pecinta game komputer maupun penikmat video. Kartu grafis dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan visual komputer. Dalam kasus Bitcoin, kartu grafis kini populer digunakan untuk menambang uang digital itu.
Mengutip situsweb Bitcoin, populernya kartu grafis sebagai alat penambang Bitcoin memiliki sebab. Pertama, penambang Bitcoin tidak bisa mengandalkan CPU (central Processing Unit) untuk menambang. Ini terjadi karena CPU merupakan otak utama komputer. Kekuatannya tak bisa dioptimalkan untuk mengurusi hal-hal terkait menambang Bitcoin. Kekuatan CPU, terbagi untuk mengurusi segala komponen komputer.
Alasan kedua dipilihnya kartu grafis karena ia, secara umum, hanya dirancang untuk satu tujuan tertentu saja. Kartu grafis, seperti disinggung di atas, ditujukan untuk mempercantik tampilan visual. Secara umum, Laptop bahkan tak memasang kartu grafis khusus. Kerja khusus kartu grafis itu, kemudian dimodifikasi untuk, secara khusus, menambang Bitcoin.
Atas demam aksi penambangan Bitcoin, Nvidia dan AMD, sebagai perusahaan pencipta kartu grafis menjaring keuntungan yang cukup signifikan. Sebagaimana diwartakan Fortune, Nvidia dikatakan mengalami peningkatan pendapatan tahun demi tahun sebesar 56 persen. AMD, sebagai kompetitor Nvidia, mengalami peningkatan pendapatan sebesar 18 persen.
Merujuk data Nasdaq, dalam tiga bulan terakhir, terjadi peningkatan nilai per lembar saham dari Nvidia, perusahaan pemimpin pasar soal kartu grafis. Di akhir Bulan Agustus 2018 lalu, selembar saham Nvidia dihargai $169,44. Sebulan setelahnya, nilai selembar saham Nvidia meningkat menjadi $178,77. Pada akhir bulan Oktober, selembar saham Nvidia kembali meningkat menjadi $206,81. Dan hingga tanggal 20 November kemarin, harga per lembar saham Nvidia menyentuh angka $214,08.
“(Dunia mata uang digital kripto) merupakan pasar yang sangat penting yang akan terus berkembang seiring berjalannya waktu,” ucap Jen-Hsun Huang, Chief Executive Nvidia pada CNBC. “Sangat jelas bahwa mata uang baru akan masuk ke pasar, dan sangat jelas bahwa GPU fantastis bagi kriptografi,” tambahnya.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti