tirto.id - Kota Solo mendadak menjadi destinasi wisata religi karena hadirnya Masjid Raya Sheikh Zayed. Bangunan masjid ini terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Nusukan, Kota Solo.
Masjid ini merupakan duplikasi atau miniatur Sheikh Zayed Grand Mosque yang terletak di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi merupakan destinasi wisata religi.
Masjid Raya Sheikh Zayed dibangun dengan dua lantai dan dilengkapi empat menara serta satu kubah utama. Selain itu, masjid ini semakin nampak megah karena adanya 82 kubah lengkap dengan hiasan batu pualam putih.
Kemegahan masjid yang sering viral di media sosial itu ternyata juga menjadi daya tarik tersendiri bagi warga untuk datang termasuk di momen bulan puasa kali ini. Salah satu pengunjung, Bagas (18), warga Tanon Sragen, mengaku baru pertama kali berkunjung ke Masjid Raya Sheikh Zayed. Dia pun kagum serta menikmati suasana berbuka puasa.
"Baru pertama, sebelumnya cuma liat di medsos terus ngajak teman berlima tadi jam 15.30 WIB," ujar Bagas.
Masjid yang dibangun dalam waktu relatif singkat ini menjadi salah satu penyumbang meningkatnya jumlah wisatawan di Kota Solo. Dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo, kunjungan wisata pada tahun 2023 mencapai 4.013.688 wisatawan.
Tiga perempat dari jumlah wisatawan yang datang tersebut ternyata menyempatkan diri untuk melihat kemegahan masjid tersebut yakni sebanyak 3.023.000 wisatawan. Masjid ini dibangun dengan waktu relatif singkat dari dana hibah pemerintah UEA sebagai bentuk persahabatan antara Indonesia dengan UEA.
Tak sampai di situ saja, masjid dengan nuansa emas dan putih ini mampu menampung hingga 10.000 jemaah yang terbagi menjadi 4.000 jemaah di bangunan inti dan 7.000 jemaah di Selasar dalam sekali ibadah.
Keindahan arsitektur pun juga disajikan oleh masjid ini hingga mampu memanjakan pengunjung baik karena taman-taman yang mengelilinginya maupun desain interior di dalam masjid. Daya tarik masjid ini pun semakin bertambah dengan hibah sejumlah barang langsung dari berbagai pihak, salah satunya dengan adanya Al-Qur'an raksasa.
Lokasi Masjid Raya Sheikh Zayed pun mudah dijangkau oleh wisatawan karena berada dekat dengan terminal bus maupun stasiun kereta api serta pintu tol.
Tidak hanya itu, di bawah kepemimpinan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, Masjid Raya Sheikh Zayed bak dijadikan primadona wisata. Terbukti dengan disediakannya shuttle bus bagi para wisatawan yang ingin menuju masjid tersebut.
Ramadhan di Masjid Raya Sheikh Zayed
Sejak kehadirannya di Kota Solo, Masjid Raya Sheikh Zayed menjadi primadona wisata religi yang menyamai daya tarik dari Masjid Agung Keraton Kasunanan dan Masjid Al Wustho Pura Mangkunegaran, seperti pada ramadhan kali ini.
Hal itu bisa dibuktikan dari kedatangan wisatawan selama dua tahun terakhir. Masjid ini tidak pernah sepi pengunjung. Setiap hari rata-rata wisatawan baik dari dalam kota maupun luar kota bahkan mancanegara bisa mencapai belasan ribu.
Angka tersebut bisa dilihat dari jumlah makanan dan takjil yang disiapkan oleh pengurus masjid untuk para masyarakat yang datang jelang buka puasa tiap harinya.
"Pengurus menyiapkan menu buka puasa setidaknya rata-rata 7.600 porsi tiap hari di luar menu takjil yang disiapkan sebanyak 10.000 per hari selama bulan Ramadhan," ungkap Direktur Masjid Raya Sheikh Zayed, Munajat.
Munajat menuturkan menu makan tersebut selalu habis. Bahkan, dia mengakui pihaknya selalu membagi menu buka puasa dan takjil agar seluruh jemaah kebagian.
"Jumlah kedatangan jamaah selama Ramadhan ya bisa dihitung dari itu [pembagian menu buka puasa dan takjil]," ungkap Munajat.
Daya tarik Masjid Raya Sheikh Zayed semakin bertambah di mata wisatawan lantaran pengurus masjid mengadakan serangkaian acara selama bulan ramadhan. Mulai dari ngabuburit hingga salat tarawih yang dipimpin imam-imam yang didatangkan dari Uni Emirat Arab.
"Ya sore jelas ada kegiatan ngabuburit. Ada hiburannya, ada Hadrah, ada tari Saman, ada kolaborasi teman-teman difabel, ada penampilan dalang cilik, ada tari Aceh, ada tari Sufi dari 20 kelompok seni masyarakat," kata Munajat.
Tidak hanya itu, pihak masjid juga mengadakan lomba. Mulai dari fotografi, hingga mewarnai. Strategi tersebut dilakukan untuk memikat para jemaah hadir.
"Ada juga lomba-lomba yang diadakan seperti fotografi, lomba Da'i kecil, lomba mewarna untuk menambah daya tarik kedatangan jemaah ke masjid selama Ramadhan," ungkap Munajat.
Tak hanya ramadhan, Munajat menuturkan, jemaah atau wisatawan yang datang ke Masjid Raya Sheikh Zayed berasal dari berbagai daerah.
"Campur, kaya kemarin waktu tarawih habis tarawih itu ada kuis bahkan separuh yang dapat hadiah itu ada dari Bekasi, Sukabumi, Lamongan, Banyuwangi dan banyak dari luar-luar kota," kata Munajat.
Pedagang Kecipratan Berkah
Keberadaan Masjid Raya Sheikh Zayed ternyata menjadi berkah tersendiri bagi sejumlah masyarakat. Tak sedikit warga sekitar lingkungan masjid yang merasakan dampak adanya tempat ibadah nan megah tersebut. Termasuk soal pendapatan di momen Ramadhan.
Seperti halnya sejumlah pengusaha makanan skala kecil atau UMKM yang meraup berkah. Mereka dilibatkan oleh pengurus masjid untuk menyiapkan makanan berbuka puasa serta camilan takjil yang dibagikan kepada jemaah yang datang.
Munajat menerangkan, terdapat 90-an UMKM dari warga sekitar yang dilibatkan untuk menyiapkan takjil dan 22 UMKM yang dilibatkan untuk menyiapkan makanan buka puasa.
"Ada 90-an UMKM di sekitar masjid yang membantu menyiapkan takjil. Dan 22 UMKM yang membantu menyiapkan makan besar untuk buka puasa," terang Munajat.
Selain pengusaha UMKM, ada pula Sutinem, pedagang kelontong yang berada di sisi timur masjid yang mengaku cukup diuntungkan selama berdirinya MBZ. Dia mengaku sejak MBZ berdiri dan dibuka untuk umum paling tidak bisa mengantongi sampai Rp1 juta laba kotor per hari. Sementara pada saat ramadhan meski turun tetapi masih di kisaran Rp700 ribu per hari.
"Ya Alhamdulillah bisa dapat rezeki sampai Rp1 juta per hari dari jualan di sini sejak subuh pukul 05.00 WIB, sampai pukul 20.00 WIB. Tapi kalau puasa gini paling cuma Rp700 ribu per hari," ujar Sutinem berbincang dengan Tirto.
Penulis: Febri Nugroho
Editor: Intan Umbari Prihatin