Menuju konten utama

Menlu Belum Dapat Konfirmasi Kematian WNI di Marawi

Pemerintah Indonesia sebelumnya menerima informasi mengenai dugaan adanya beberapa warga asing, termasuk WNI, yang terbunuh selama operasi militer di Marawi.

Menlu Belum Dapat Konfirmasi Kematian WNI di Marawi
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan keterangan pers terkait perkembangan WNI terdampak operasi militer Marawi di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (30/5). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

tirto.id - Kementerian Luar Negeri mengaku belum menerima konfirmasi mengenai dugaan ada WNI yang tewas saat terjadi operasi militer di kota Marawi, Filipina. Pernyataan itu dikemukakan langsung Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

"Saya belum dapat konfirmasi (mengenai kematian WNI) karena kami juga belum mendapat konfirmasi dari otoritas Filipina," kata Marsudi di Jakarta, Selasa (30/5/2017).

Pemerintah Indonesia sebelumnya menerima informasi mengenai dugaan adanya beberapa warga asing, termasuk WNI, yang terbunuh selama operasi militer yang berlangsung di kota Marawi pada 25 Mei.

Kementerian Luar Negeri juga menerima informasi tentang penemuan satu paspor Indonesia, namun Marsudi tidak dapat menyebutkan identitas pemilik paspor tersebut.

Paspor tersebut sekarang dipegang pihak militer Filipina (Armed Forces of the Philippines/AFP) untuk diselidiki lebih lanjut.

Retno menerangkan, Kementerian Luar Negeri masih terus berkomunikasi secara intensif dengan otoritas setempat di Filipina dan perwakilan Indonesia di kota Davao dan Manila untuk memantau perkembangan di Marawi.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga sebenarnya telah mengirim satu tim untuk membantu evakuasi WNI dari Marawi menyusul adanya baku tembak antara tentara Filipina dan kelompok bersenjata di Marawi.

Namun, upaya evakuasi tersebut belum memungkinkan untuk dilaksanakan karena pemerintah Filipina masih memberlakukan situasi gawat darurat militer dan operasi militer di Marawi.

Sebanyak 16 orang WNI sekarang ini berada di wilayah Filipina selatan. Enam WNI berada di Municipality Sultan Naga Dimaporo, Provinsi Lanao del Norte, sementara 10 WNI lainnya yang adalah jemaah tabligh berada di Marawi, Provinsi Lanao del Sur.

"Kami telah berkomunikasi dengan 16 WNI itu. Mereka meminta untuk dievakuasi," ujar Marsudi sebagaimana dikutip dari Antara.

Namun, dia menambahkan, keamanan dan keselamatan para WNI itu prioritas utama sehingga pemerintah Indonesia tidak dapat melaksanakan evakuasi tanpa adanya kerja sama dan dukungan dari otoritas di Filipina.

Kepolisian Indonesia terus berkoordinasi dengan kepolisian setempat di Filipina untuk membantu mengawasi dan memastikan keselamatan para WNI di Marawi.

Pihak Konsulat Jenderal Indonesia di Davao juga terus menjalin komunikasi dengan Kepolisian Provinsi Lanao del Sur di Marawi untuk memberikan perlindungan bagi WNI.

Pada Selasa Malam (23/5/2017), Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, memberlakukan darurat militer di Mindanao, menyusul baku tembak antara tentara Filipina dengan kelompok bersenjata di Kota Marawi.

Dilaporkan media massa Filipina, baku tembak terjadi ketika polisi dan tentara bergerak untuk melaksanakan perintah penahanan seorang pemimpin kelompok Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon.

Kelompok Maute kemudian menyerbu Kota Marawi sebagai bentuk respon atas rencana penahanan itu.

Baca juga artikel terkait PERTEMPURAN DI MARAWI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari