tirto.id - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mencatat rumah sakit sebagai klaster terbesar penularan virus SARS-CoV-2. Setidaknya ada 24.400 orang tertular dari interaksi di tempat ini. Ditambah klaster puskesmas 220 orang, jumlah total klaster fasilitas kesehatan mencapai 24.620.
Dampaknya juga dirasakan tenaga kesehatan (nakes), mulai dari dokter hingga apoteker. Data yang dihimpun dari enam asosiasi profesi, setidaknya ada 245 nakes meninggal dan 6.720 positif Corona. Jumlah kasus positif belum termasuk dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), namun nakes meninggal terbanyak adalah dokter, jumlahnya 117, per 17 September 2020.
62 dokter meninggal adalah dokter umum (termasuk tiga guru besar); 53 dokter spesialis (termasuk empat guru besar); dan dua dokter residen. Provinsi dengan jumlah kematian dokter terbanyak ada di Jawa Timur (30), Sumatera Utara (21), DKI Jakarta (16), Jawa Barat (11), dan Jawa Tengah (8).
Ketua Umum Pengurus Besar IDI dr Daeng M Faqih mengatakan risiko penularan nakes tinggi karena mereka bersentuhan langsung dengan pasien Corona. Atas dasar itu pula ia meminta ada upaya lebih untuk meningkatkan perlindungan.
“Satgas sudah berusaha untuk itu. Satgas juga akan memberikan pemeriksaan PCR untuk nakes secara gratis. Ini tampaknya mulai berjalan. Ini sangat berarti bagi kami,” kata Daeng dalam dialog Satgas Penanganan COVID-19, Selasa (22/9/2020).
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmita mengatakan nakes akan mendapatkan tes Corona berbasis PCR secara gratis mulai 22 September.
“Kami berharap di daerah sembilan atau 10 yang sasaran utama penurunan kasus juga perlu PCR gratis untuk nakes,” kata Daeng.
Berikut jumlah nakes meninggal per 22 September:
- Dokter: 117
- Perawat: 85
- Bidan: 33
- Apoteker: 6
- Ahli Teknologi Laboratorium Medik: 4
- Total: 245
- Perawat: 3.019
- Bidan: 2.291
- Apoteker: 803
- Ahli Teknologi Laboratorium Medik: 492
- Dokter Gigi: 115
- Total: 6.720
Setelah dokter ada perawat. Menurut Ketum DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah, terdapat 85 perawat meninggal per 22 September. Mereka yang terinfeksi ada 3.019, terbanyak di DKI Jakarta (1.629); Jawa Timur (884); Sulawesi Selatan (350); dan Bali 156.
Menurut Hanif, sudah seharusnya data-data ini jadi peringatan bagi pemerintah untuk memperkuat perlindungan terhadap nakes.
Kabar lain datang dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Ketua Umum PDGI Sri Hananto Seno mengatakan ada 115 anggotanya positif Corona. Mereka tertular di rumah sakit, puskesmas, hingga kantor dinas kesehatan.
Ia mengatakan “profesi dokter gigi punya risiko tertinggi” di antara yang lain sebab “pasien atau masyarakat pasti buka masker.”
Dari 38.600 anggota PDGI, sekitar 34 ribu tetap membuka praktik mandiri, di rumah sakit, atau puskesmas. Sisanya, sekitar 4.000 dokter gigi, berhenti praktik.
Bidan hingga Apoteker
Nakes lain yang rawan tertular adalah bidan. Per 21 September, sudah ada 2.291 terinfeksi Corona. Dari jumah itu, 1.345 sembuh dan 22 meninggal.
Sekjen Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Ade Jubaedah mengatakan asosiasi berupaya menekan angka penularan dengan mewajibkan pasien membuat janji sebelum periksa. Dengan begitu kepastian kesehatan pasien bisa terlebih dulu dipastikan.
“Tapi tak kalah penting bidan siap dengan APD, semuanya sudah terlindungi. Ketika ada tanda-tanda persalinan baru datang ke tempat bidan,” katanya.
Apoteker juga tak luput dari COVID-19. Hingga 21 September, terdapat 803 apoteker positif, 283 kontak erat, 723 isolasi mandiri, 640 sembuh, dan 6 meninggal.
“Apa pun yang terjadi, apoteker harus tetap bersama masyarakat. Terutama mengawal penggunaan obat yang rasional dan mempunyai kemanfaatan dan aman untuk masyarakat,” kata Kabid Apoteker Advance dan Spesialis Ikatan Apoteker Indonesia Kerry Lestari Dandan.
Satu lagi yang barangkali kurang mendapat perhatian adalah tenaga laboratorium. Menurut Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (Patelki), dari 34 provinsi, pasien positif mencapai 492 orang. Sebagian besar sudah sembuh, empat meninggal, berada di DKI, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Aceh.
Ketum DPP Patelki NS Widodo mengatakan ahli teknologi laboratorium medik kerapkali kelelahan akibat memeriksa banyak sekali spesimen. Namun, toh mereka tetap bekerja, sebab “seberat apa pun, selelah apa pun, ini adalah perjuangan untuk kemanusiaan.”
Penulis: Zakki Amali
Editor: Rio Apinino