Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Mengapa Jatim & Jateng Disebut Kunci Kemenangan Pilpres 2024?

Secara karakteristik Jatim dan Jateng dinilai memiliki kesamaan, sehingga dianggap sebagai wilayah penentu kemenangan pilpres.

Mengapa Jatim & Jateng Disebut Kunci Kemenangan Pilpres 2024?
Ilustrasi Partai Politik Peserta Pemilu. tirto.id/Ecun

tirto.id - Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah digadang-gadang menjadi kunci kemenangan partai politik pada Pilpres 2024. Terlebih dua provinsi di Pulau Jawa tersebut menjadi lumbung suara terbesar kedua dan ketiga setelah Jawa Barat. Namun, Jabar lebih kompetitif karena dalam empat periode pemilu terakhir, parpol pemenang di Jawa Barat selalu berbeda.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Jatim pada 2023 sebanyak 41.416.407 jiwa. Sementara Jateng penduduknya mencapai 37.032.410 jiwa pada 2022.

Di Jatim sebanyak 31.402.838 masyarakat masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2024. Jumlah tersebut merupakan hasil dari Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Tingkat Provinsi Jawa Timur Pemilu 2024 pada Selasa, (27/6/2023).

Jumlah tersebut terdiri dari daftar reguler dan daftar pemilih pada lokasi khusus. Untuk pemilih reguler sejumlah 31.300.483 pemilih tersebar di 120.250 Tempat Pemungutan Suara (TPS), masing-masing terdiri dari 15.427.242 pemilih laki-laki dan 15.873.241 pemilih perempuan.

Sedangkan pemilih pada lokasi khusus berjumlah 102.355 yang tersebar di 416 TPS. Masing-masing terdiri dari 68.314 laki-laki dan 34.041 pemilih perempuan. Sehingga dari rincian tersebut total DPT di Jawa Timur yaitu 15.495.556 pemilih laki-laki dan 15.907.282 pemilih perempuan yang tersebar di 38 Kabupaten/Kata, 666 Kecamatan, 8.494 Desa/Kelurahan, dan 120.666 TPS.

Sementara di Jateng pada Pemilu 2024, masyarakat yang masuk dalam DTP 2024 sebanyak 28.289.413 jiwa. Rinciannya: pemilih perempuan 14.175.520 dan laki-laki 14.113.893. Pemilih tersebut tersebar di 117.299 tempat pemungutan suara. Adapun jumlah desa/kelurahan sebanyak 8.563, jumlah kecamatan sebanyak 576 serta jumlah kab/kota sebanyak 35.

Pengamat politik dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar mengatakan, Pulau Jawa secara populasi memang terbesar dan menjadi kunci atau menentukan suara kemenangan dalam pilpres. Utamanya di tiga besar provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

“Jawa ini kan 50 sekian persen hampir setengah lebih persen penduduk [yang terdaftar di] DPT ada di Pulau Jawa. Jadi Jawa secara keseluruhan memang kunci kemenangan,” ujar dia saat dihubungi reporter Tirto, Senin (11/9/2023).

Dia menilai secara karakteristik Jatim dan Jateng memiliki kesamaan, sehingga dianggap sebagai wilayah penentu kemenangan pilpres. Kesamaan dimaksud misalnya di Jatim memiliki kultural seperti Mataraman dan Tapal Kuda yang beririsan dengan masyarakat Jateng.

“Jatim dan Jateng mungkin karena karakternya hampir sama. Walaupun sebetulnya tidak bisa disamakan banget. Bahkan Jatim itu ada sebagian karakternya mirip Jateng, makanya disebut Mataraman," katanya.

Secara umum, kata dia, karakteristik lain yang mungkin memiliki kesamaan yakni kultur keagamaan. Basis tradisional yang identik dengan NU dan nasionalis antara Jateng dan Jatim sama-sama kuat.

“Secara ekonomi juga agak mirip dan nasionalisme juga begitu. Ini basis-basis yang mungkin dikatakan satukan antara Jatim-Jateng,” kata dia.

Dari sisi pertarungan partai politik, pemegang suara terbesar pada dua wilayah itu juga sama, yakni PDIP dan PKB. Meskipun dalam konteks Jateng, suara PKB sebagai runner up masih jauh dari perolehan suara parpol berlambang kepala banteng.

Jateng misalnya menjadi lumbung suara terbesar PDIP pada Pemilu 2019. Berdasarkan data KPU, PDIP mampu meraup 27,05 juta suara (19,33 persen) suara sah nasional. Dari jumlah suara tersebut, Jawa Tengah menyumbang 5,77 juta suara atau sekitar 21,32 persen suara sah nasional yang diraih PDIP di Pemilu 2019.

Perolehan suara terbesar PDIP berikutnya berasal dari Jawa Timur, yakni sebanyak 4,32 juta suara, diikuti Jawa Barat sebanyak 3,51 juta suara, DKI Jakarta sebanyak 1,63 juta suara, Sumatera Utara sebanyak 1,4 juta suara.

Sementara di Jatim, PDIP juga berhasil meraih suara terbanyak pada Pemilu 2019. Menurut data KPU, PDIP berhasil meraup 4,32 juta suara sah di Jawa Timur. Posisi PDIP ditempel ketat oleh PKB. Pada Pemilu 2019, PKB berhasil menorehkan 4,2 juta suara, diikuti Gerindra 2,41 juta suara.

Dari 16 partai politik yang ikut kontestasi Pemilu 2019 di Jawa Timur, sebanyak delapan partai berhasil meraih suara di atas empat persen, sedangkan delapan partai lainnya meraih suara kurang dari 4 persen.

“Pemenangnya mirip-mirip irisan PDIP, PKB. Di antara itu,” kata Usep.

Pertemuan PDIP Perindo

pertemuan antar kedua partai dan penandatanganan kerja sama antara PDIP dan Perindo, Jakarta, Jumat (9/6/2023).tirto.id/adrian pratama taher

Prediksi Suara PDIP dan PKB pada 2024 di Jatim dan Jateng

Usep memproyeksikan khusus di 2024, partai berlambang banteng hitam bermoncong putih itu masih akan unggul di beberapa daerah di Jateng. Sehingga sangat rasional bila Jateng dijuluki sebagai 'kandang banteng'.

Menurut Usep, meski PDIP di Jatim dan Jabar kuat, tapi yang disebut sebagai kendang banteng hanya Jawa Tengah. “Itu karena kemenangannya mutlak. Jadi tidak ada saingan,” kata dia.

Memang secara politik, kata dia, Jateng dan Jatim di 2024 masih belum bisa digeser. Secara partai PDIP masih berpotensi unggul di dua wilayah itu. “Walaupun beda di Jateng kemenangannya mutlak besar. Di Jatim mungkin ada saingan lain yaitu PKB,” katanya.

Usep mengatakan, baik PKB dan PDIP sebenernya punya irisan sama, di mana pemilih dua partai itu sebenarnya tidak saling ngeblog satu sama lain. Artinya bisa dipertukarkan walaupun ada yang berat ke PKB dan sebaliknya juga ke PDIP.

“Keduanya beririsan karena, kan, soal kebangsaan itu orang NU juga tidak bisa dipertanyakan lagi kebangsaannya, dan orang PDIP yang punya nasionalisme tinggi itu juga secara religiusitasnya itu lebih condong ke Islam tradisional ke NU," tutupnya.

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin mengamini bahwa Jateng menjadi lumbung suara PDIP. Sementara di Jatim investasi PKB lebih banyak dengan kekuatan NU-nya.

“Bisa saja PDIP menang di Jateng, PKB menang di Jatim. Kalau tadi skema cawapresnya Cak Imin mulus berpasangan dengan Anies. Saya melihat potensi di Jatim masih berpotensi tinggi, begitu juga PDIP menang di Jateng cukup tinggi," ujarnya.

Sementara itu, Pengamat Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati justru mengingatkan, isu misalnya konflik Wadas di Jawa Tengah dan juga kerenggangan relasi PKB-PBNU serta keluarga Gus Dur bakal berdampak pada kedua parpol tersebut.

“Tapi saya pikir peluang itu masih ada bagi kedua partai untuk bisa mendominasi kedua wilayah basis tersebut,” kata Wasisto kepada Tirto.

Deklarasi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar

Sejumlah pendukung mengangkat poster bergambar bakal calon presiden Anies Baswedan dan bakal calon wakil presiden Muhaimin Iskandar saat Deklarasi Capres-Cawapres 2024 di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/9/2023). ANTARA FOTO/Moch Asim/nym.

Jatim Bakal Didominasi PKB?

Analis politik dari Universitas Jember, M. Iqbal menilai, Jawa Timur adalah daerah yang dinamis, tetapi kultur masyarakat masih kental didominasi nahdliyin. Hal itu tidak lepas dari prediksi jumlah nahdliyin atau warga NU yang mencapai 65 persen dari populasi warga Jawa Timur.

“Sebelas daerah pemilihan di Jatim praktis jadi arena persaingan yang sengit. Maka, para elite parpol pasti saling merebut suara warga NU di Jatim untuk mendongkrak total elektoral nasional," kata Iqbal kepada reporter Tirto.

Iqbal mengingatkan, Jatim itu menjadi satu episentrum kemenangan karena karakteristik warganya yang relatif homogen basis nahdliyin. Homogenitas yang dimaksud lebih pada aspek loyalitas "manut Kiai.” Bagi nahdliyin, kata dia, sosok kiai (dan nyai) bukan semata tokoh spiritualitas, tapi sekaligus pemengaruh sikap preferensi politik.

Berdasarkan data survei Arus Survei Indonesia (ASI), sebanyak 64,4 persen warga Provinsi Jawa Timur setuju tokoh NU sangat menentukan kemenangan dalam Pilpres 2024 mendatang jika dijadikan sebagai cawapres.

Sebagai informasi, Cak Imin berasal dari Jombang, Jawa Timur dan merupakan tokoh NU yang kuat. Ia merupakan cicit dari salah satu pendiri NU, KH Bisri Syansuri. Cak Imin juga memimpin PKB, partai yang lahir dari rahim NU, dengan jumlah pemilih sebesar 13,57 juta suara pada Pemilu 2019.

Meski begitu, suara NU tak serta merta bakal sepenuhnya beralih ke Anies jika menempatkan Cak Imin sebagai cawapres. Jika merujuk pada perkiraan jumlah warga NU di Indonesia sebesar 150 juta orang, perolehan suara PKB—partai yang dipimpin Cak Imin—pada Pemilu 2019, nyatanya hanya sebesar 13,57 juta suara.

Artinya, 90 persen atau mayoritas warga nahdliyin tidak memilih PKB pada pemilu. Suara warga NU selama ini tersebar di sejumlah parpol, tidak hanya di PKB.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Politik
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz