Menuju konten utama

Menentukan Waktu yang Tepat untuk Jadi Ibu

Jadi Ibu bukan pekerjaan mudah apalagi sembarang. Punya anak terlalu cepat tak baik karena masalah mental dan finansial yang mungkin belum matang. Terlalu tua pun akan mengancam kesehatan. Lantas kapan saat yang tepat?

Menentukan Waktu yang Tepat untuk Jadi Ibu
Ilustrasi seorang ibu muda. FOTO/Istock

tirto.id - Cindy Moreno baru bertemu pria yang akan jadi suaminya setelah lulus kuliah. Tak lama, saat usianya 27 tahun ia memutuskan menikahi pria itu. Waktu itu ia bekerja sebagai guru, sementara sang suami adalah tukang kayu. Keduanya memutuskan untuk punya anak secepat mungkin, tapi baru dua tahun kemudian Cindy mengandung. Akhirnya, pada umur 30, Cindy resmi jadi seorang Ibu.

Ia merasa beruntung baru menjadi ibu di usia yang relatif muda. Menjadi ibu yang baik, menurut Cindy perlu banyak pengorbanan. Ia sempat tak yakin mampu mengerjakan aktivitas seorang ibu di saat umur 20-an. Ia juga bersyukur karena punya masa muda yang memuaskan sebelum akhirnya jadi ibu.

Jennifer Glencer punya cerita lain. Ia dan suaminya suah pacaran sejak setahun selepas SMA. Mereka berdua memang punya cita-cita jadi orang tua muda. Menurutnya akan sangat menyenangkan jika punya energi lebih ketika anak-anaknya sudah remaja nanti. Anak pertama Jennifer lahir saat usianya 21 tahun.

Menurutnya, masa kehamilan juga jauh lebih mudah dilalui saat usia masih muda. Namun uang jadi salah satu masalah, ia dan suami jadi sulit menabung. Sebab seberapa pun uang yang didapat, akan dialokasikan ke kebutuhan anaknya. Saat ini, Jennifer bekerja sebagai pelayan dengan jam kerja malam empat kali seminggu untuk membantu keuangan keluarga. Ia bergantian dengan suaminya yang bekerja siang sebagai manajer, untuk urusan menjaga anak.

LeeAnn Easterlin punya kisah lain lagi. Ia baru jadi ibu ketika berumur 35 tahun. Sepanjang usia 20-an dan awal 30-an, LeeAnn fokus pada karier. Ia dan suami juga hobi jalan-jalan. Jadi, keliling dunia termasuk agenda yang mereka siapkan selagi masih muda. Menurutnya, kehamilannya tepat waktu, sebab ia dan sang suami sudah matang secara finansial dan emosional untuk mulai mengasuh anak. Tapi hal itu tak membuat LeeAnn mengesampingkan fakta kalau hamil di atas umur 35 tahun punya efek samping untuk ibu dan anak dari segi kesehatan. Beruntung, ia tak mengalami hal-hal yang sulit karena kematangan persiapan.

Kisah lain datang dari Allison Bell, seorang wanita karier dari Wall Street sempat berencana tak menikah. Namun takdir membawanya pada seorang pria baik yang berakhir di pelaminan bersamanya saat berusia 40 tahun. Sang suami ingin punya anak, tapi Allison sadar kalau umurnya sudah terlalu tua. Dengan konsultasi sana-sini, akhirnya mereka memutuskan mencoba.

Beruntung, kehamilan Allison lancar. Ia melahirkan Olivia, putrinya yang juga sehat walafiat. Di umur segitu, Allison juga merasa matang secara emosional dan finansial, sehingga memutuskan untuk tak lagi bekerja demi mengurus sang anak. Sayangnya, Olivia tak akan punya adik, sebab usia sang ibu yang justru akan kena masalah lebih banyak kalau memutuskan untuk hamil lagi.

Pengalaman perempuan-perempuan yang menjadi ibu pertama kali ini direkam dalam situs Parents.com, sebuah situs pendidikan bagi orang tua. Dari cerita Cindy, Jennifer, LeeAnn, dan Allison kita bisa melihat betapa beragamnya pilihan seorang perempuan tentang kapan dirinya siap menjadi ibu—lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Infografik Umur yang Tepat Untuk Jadi Ibu

Di usia muda, masalah psikologi dan finansial yang rentan belum siap dan matang untuk punya anak jadi kendala. Sementara dii usia tua, masalah kesehatan bisa jadi pengganjal utama. Adakah rentang umur yang tepat untuk jadi seorang Ibu?

John Mirowsky peneliti dari Oxford, Inggris, mengungkapkan umur terbaik secara biologis bagi perempuan untuk hamil adalah di awal usia 20-an. Alasannya jelas, di usia-usia tersebut kondisi tubuh perempuan terbaik untuk hamil. Melihat hal ini, keputusan Jennifer tampaknya jadi yang paling benar dari contoh empat kasus di atas.

Menurut Mirowsky, kematangan biologis tubuh perempuan untuk melahirkan biasanya terjadi lebih dulu 10 tahun sebelum dirinya matang secara sosial. Sosial yang dimaksudnya termasuk dalam faktor finansial dan emosional. Sistem hidup yang dijalani masyarakat era ini adalah faktor utama kenapa hal ini bisa terjadi.

Di abad 21, awal usia 20-an adalah waktu untuk mengenyam pendidikan dan mengejar karier jika ingin punya kehidupan mapan di usia tua. Maka tak heran kalau Jennifer akan mengalami masalah finansial jika memilih menghabiskan masa mudanya jadi seorang ibu.

Dalam artikel Huffington Post yang ditulis Robin Marantz Henig dan Samantha Henig, Mirowsky juga mengatakan: “Seorang perempuan yang melahirkan anak pertamanya di usia 34 tahun cenderung lebih muda 14 tahun secara kesehatan, ketimbang perempuan yang melahirkan anak pertamanya di usia 18.”

Penelitian dari Max Planck Institute bulan lalu juga mengeluarkan hasil yang serupa: anak-anak yang lahir dari ibu yang lebih tua punya kemampuan kognitif lebih baik dari ibu yang masih muda. Kemampuan ini meliputi kemampuan akademis dan kesehatan di hidupnya kelak.

Hal ini disebabkan, secara umum, perempuan yang menunda kehamilan seringnya—biasanya adalah perempuan yang lebih terdidik, secara finansial lebih siap, dan punya hubungan atau pernikahan yang lebih stabil ketimbang perempuan yang menikah lebih muda.

Namun, fakta bila perempuan di atas usia 35 tahun akan mengalami kesulitan saat hamil tidak bisa dikesampingkan. Oleh sebab itu, menurut Royal College Obstetricians and Gynaecologists dari Inggris, usia 20-35 adalah saat terbaik bagi kesehatan tubuh perempuan untuk hamil. Apakah Anda atau pasangan Anda termasuk yang mengalaminya?

Baca juga artikel terkait IBU atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Suhendra