Menuju konten utama

Menengok Masa Lalu Stephen Hawking dalam The Theory of Everything

Menengok masa lalu Stephen Hawking dalam film The Theory of Everything.

Menengok Masa Lalu Stephen Hawking dalam The Theory of Everything
Fisikawan Stephen Hawking duduk di podium saat acara the Breakthrough Starshot di New York. REUTERS/Lucas Jackson

tirto.id - The Theory of Everything adalah film biografi bergenre drama dan romantis. Film yang dirilis pada 26 November 2014 di Amerika Serikat ini disutradarai oleh James Marsh.

Film ini didasarkan pada buku karangan Jane Hawking yang berjudul “Travelling to Infinity: My Life with Stephen” yang diluncurkan pada tahun 2008.

Dalam proses produksinya, film ini diperkirakan menghabiskan dana sekitar 15 juta dolar AS. Pemutaran di Amerika Serikat berhasil mendatangkan keuntungan sekira 35,8 juta dolar AS.

Keuntungan berlipat juga datang dari pemutaran global, yaitu sekitar 123,7 juta dollar AS.

Film hasil kerja sama Working Title Films yang berasosiasi dengan Dentsu Motion Pictures dan Fuji Television Network ini mendapat animo yang baik dari masyarakat dunia. The Theory of Everything telah tayang di lebih dari 50 negara di seluruh dunia.

Sinopsis The Theory of Everything

Film ini berpusat pada kisah cinta antara Stephen Hawking (Eddie Redmayne), seorang fisikawan termahsyur, dengan Jane Wilde (Felocity Jones), seorang doktor di bidang puisi Spanyol abad pertengahan. Keduanya bertemu saat berkuliah di Cambridge University.

Saat itu, Stephen yang masih menjadi seorang mahasiswa S3 di bidang kosmologi terlihat canggung ketika pertama kali bertemu dengan Jane.

Kehidupan mereka semula baik-baik saja. Namun keadaan berubah ketika Stephen didiagnosa mengidap penyakit langka bernama Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) yang menyerang syaraf motorik tubuhnya. Dokter memperkirakan sisa umurnya tinggal 2 tahun saja.

Mendengar keadaan ini, Stephen sempat merasa kecewa karena ia masih ingin menyelesaikan desertasinya tentang waktu. Ia juga pesimis dengan hubungannya dengan Jane. Namun Jane tidak menyerah dengan keadaan dan tetap menikahi Stephen.

Dari pernikahannya, Stephen dan Jane dikaruniai 3 orang anak, Robert, Lucy dan Timothy. Seiring waktu, tubuh Stephen semakin melemah hingga ia hanya bisa terduduk di kursi roda elektrik.

Jane yang bertahun-tahun mengurus suami serta anak-anaknya mulai kelelahan dan berniat mencari bantuan.

Bantuan datang dari seorang pelatih paduan suara gereja bernama Jonathan Jones (Charlie Cox). Pertemuannya dengan Jane di gereja membuat Jonathan dekat dengan keluarga Hawking dan ia sering membantu merawat Stephen.

Kedekatan ini juga menular pada hubungan personalnya dengan Jane. Hal inilah yang kelak merubah hubungannya dengan Stephen.

Aktor Eddie Redmayne sangat baik dalam membawakan perannya sebagai Stephen Hawking. Ia mampu meniru gestur dan ekspresi sang ilmuwan dengan sempurna.

Felocity Jones juga berhasil membawakan perannya sebagai Jane Hawking dengan sukses, terbukti dari banyaknya pujian yang mereka tuai dalam situs-situs film seperti Rotten Tomatoesdan IMDb.

Kesuksesan film ini semakin diakui dengan banyaknya penghargaan yang diraih. Sekitar 25 kemenangan dan 123 nominasi berhasil disabet oleh aktor serta kru film ini.

Penghargaan itu di antaranya adalah Academy Awards USA (2015) dengan Eddie Redmayne sebagai pemenang kategori Penampilan Terbaik oleh Pemeran Utama, serta Golden Globes USA (2015) dengan Eddie Redmayne sebagai pemenang kategori Aktor dengan Penampilan Terbaik dan Johann Johannsson sebagai pemenang kategori Score Orisinal Terbaik.

Situs pengulas film seperti IMDb dan Rotten Tomatoes tak ketinggalan merilis rating untuk film ini.

IMDb memberi nilai 7,7 dari skala 10, sementara Rotten Tomatoes memberi 80 persen pada Tomatometer yang didasarkan pada 270 suara. Skor penonton mencatat 84 persen yang didasarkan pada 75.927 ulasan pengguna.

Baca juga artikel terkait STEPHEN HAWKING atau tulisan lainnya dari Hana Afifah Nuraini

tirto.id - Film
Kontributor: Hana Afifah Nuraini
Penulis: Hana Afifah Nuraini
Editor: Dhita Koesno