Menuju konten utama

Luwak White Koffie Bisa Terbakar, tapi Tak Berarti Berbahaya

Kandungan dalam kopi krimer gula bersifat mudah terbakar. Tapi, produk ini layak dikonsumsi oleh masyarakat.

Luwak White Koffie Bisa Terbakar, tapi Tak Berarti Berbahaya
Kompilasi percobaan membakar serbuk Luwak White Koffie. FOTO/Youtube

tirto.id - “Beneran ada bubuk mesiunya, ya.”

“Bahan kimia ini. Racun.”

“Kalau kena usus bagaimana itu?”

“Peringatan, buat yang doyan minum kopi. Pilih-pilih kopi, coy.”

Dalam kompilasi video berdurasi tiga menit yang diunggah di akun Youtube City Network, beberapa orang melontarkan perkataan di atas usai melihat bubuk Luwak White Koffie yang terbakar saat dituangkan ke api. Selain Luwak White Koffie, salah seorang di sebuah video juga menaburkan bubuk kopi merek ABC di atas api. Namun, kopi yang disebut kedua ini tak terbakar seperti kopi keluaran PT Java Prima Abadi itu. Gara-gara hal inilah mereka merasa bahwa Luwak White Koffie tak layak untuk dikonsumsi.

Adanya rekaman tersebut lantas memunculkan video lain di media sosial yang menjelaskan alasan mengapa Luwak White Koffie mudah terbakar. Ridwan Tresna Nugraha lewat akun Facebooknya mengatakan bahwa semua serbuk minuman yang mengandung krimer akan bereaksi apabila terkena panas. Hal ini dikarenakan bahan krimer mengandung minyak nabati yang bersifat sensitif terhadap api.

“Kalau saya pribadi menyimpulkan ternyata kopi atau apapun itu yang mengandung krimer akan terjadi reaksi yang sama. Jadi kesimpulannya kalau menurut saya tidak ada bubuk mercon,” katanya.

Simpulan itu ia temukan setelah dirinya menuangkan serbuk beberapa produk minuman di atas korek api yang menyala. Produk dengan bahan kopi bubuk dan gula hanya memercikkan api kecil. Sebaliknya, kopi yang mengandung krimer terbakar dan menimbulkan api yang besar. Video buatan Ridwan tersebut hingga Senin (1/10/2018) telah dibagikan oleh lebih dari 100.000 pengguna Facebook.

Penjelasan Ahli

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Kopi cap Luwak atau Luwak White Koffie adalah minuman serbuk kopi gula yang mengandung komposisi kopi bubuk instan, krimer nabati, dan gula. Serbuk yang dimiliki Luwak White Koffie, dalam hal ini, berbobot ringan serta berpartikel halus. Badan POM mengatakan bahwa bentuk serbuk inilah yang menyebabkan produk pangan tersebut dapat terbakar atau menyala jika disulut dengan api.

Selain itu, Badan POM menjelaskan serbuk Luwak White Koffie mengandung minyak dan memiliki kadar air yang rendah. Kondisi ini juga menjadi faktor lain mengapa kopi ini bereaksi ketika terkena panas api. Badan POM mengatakan bahwa umumnya produk pangan yang mempunyai rantai karbon atau ikatan antar-atom karbon, kadar air rendah, dan berbentuk tipis serta berpori bisa terbakar apabila disulut dengan api.

Badan POM lebih lanjut menjelaskan bahwa bahan pangan lain seperti terigu, kopi bubuk, merica bubuk, kopi instan, pati jagung, dan susu bubuk juga bersifat mudah terbakar. Meski begitu, bahan-bahan tersebut dijamin aman dikonsumsi apabila telah mendapatkan sudah memiliki nomor izin edar BPOM RI.

Apa yang dikatakan Badan POM di atas sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan Dosen Teknik Kimia Swiss German University, Irvan Kartawiria. Lewat akun Youtube Kimiasutra, ia mengatakan bahwa semua bubuk yang terbuat dari bahan alami seperti tepung terigu, tepung kanji, krimer, dan susu bubuk pada dasarnya bisa menyala atau terbakar. Menurutnya, ada tiga elemen pendukung terjadinya bakaran atau ledakan, yakni bahan bakar, oksigen, dan panas. Bahan pangan di atas dalam hal ini berperan sebagai bahan bakar yang apabila terkena api bisa memunculkan reaksi.

Ketika dihubungi Tirto lewat telepon, Irvan menjelaskan bahwa kopi krimer gula seperti Luwak White Koffie mengandung karbohidrat dan lemak. Karbohidrat dikandung oleh bahan kopi dan gula, sedangkan lemak ada pada bahan krimer. Kedua kandungan ini pada dasarnya merupakan bahan yang bisa terbakar.

“Jadi sebetulnya pada dasarnya kalau bahan mengandung lemak dan karbohidrat sebenarnya memang terbakar. Apalagi kalau dia kering. Kalau dibuat jadi bubuk atau tepung begitu, dia lebih mudah lagi terbakar, karena [luas] permukaannya jadi [lebih besar], karena dia butirannya jadi lebih kecil. Bayangkan kalau seratus gram tapi bentuknya butir-butir. Makanya terbakar lebih besar,” katanya.

Infografik Heboh Luwak White Coffee Terbakar

Dosen Teknik Pangan Politeknik Santo Paulus Surakarta Binardo Adiseno, di sisi lain, juga mengatakan bahwa faktor kadar air dan rantai karbon menjadi alasan mengapa serbuk kopi krimer gula mudah terbakar. Ia mengatakan bahwa produk serbuk yang kadar airnya di bawah 7 persen akan bereaksi terhadap api. Selain itu, bahan pangan yang mempunyai unsur rantai karbon dalam karbohidrat dan lemak turut bersifat gampang terbakar.

“Produk dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti tepung mudah terbakar. Dalam kasus ini, rantai karbon terdapat pada gula (karbohidrat) pada kopi. Kenapa kopi krimer gula lebih besar nyala, di situ ada kandungan krimer nabati. Nah, kalau dilihat strukturnya, maka lemak dan minyak sudah pasti berupa rantai hidrokarbon,” katanya saat dihubungi Tirto.

Irvan lantas menjelaskan bahwa bubuk atau tepung yang butirannya halus seperti debu memiliki potensi terbakar lebih besar dan cepat. Apabila ia tersuspensi atau terhambur di sebuah ruangan tertutup dan terkena panas api maka ledakan debu atau dust explotion bisa terjadi.

Adanya kemungkinan terjadi ledakan debu ini lebih lanjut membuat industri makanan seperti permen, gula, rempah-rempah, tepung, dan pati mesti berhati-hati. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) Amerika Serikat menyebutkan bahwa ada empat faktor yang menyebabkan ledakan debu terjadi, yakni oksigen, panas, bahan bakar, proses dispersi, ruangan tertutup. OSHA pun merekomendasikan harus ada langkah penilaian terhadap bahan material, ruangan, dan sistem operasional.

OSHA pun mengatakan bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk mengontrol debu agar tak terbakar. Salah satu yang dapat dipraktikkan adalah menerapkan pemeriksaan debu yang berbahaya. Selain itu, pemberlakuan sistem pengoleksian debu berikut filter juga bisa membantu mengontrol persebaran debu. OSHA pun menjelaskan bahwa perusahaan mesti memberikan akses ke semua area tersembunyi agar pengawasan terhadap debu bisa dilakukan.

Baca juga artikel terkait BPOM atau tulisan lainnya dari Nindias Nur Khalika

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nindias Nur Khalika
Editor: Maulida Sri Handayani