tirto.id - “Ada Dua Jalan” adalah lagu yang sering dinyanyikan di Ibadah Anak atau Sekolah Minggu. Lagu “Ada Dua Jalan” dipublikasikan oleh kanal YouTube Multimedia GKJ Rewulu.
Lagu dengan durasi 1 menit 13 detik ini ditampilkan dengan gerak dan lagu.
Selain dari kanal YouTube Multimedia GKJ Rewulu, lagu “Ada Dua Jalan” juga dinyanyikan oleh komunitas Talenta Singers. Pada tahun 2017, Talenta Singers merilis lagu “Ada Dua Jalan” dengan genre gospel.
Lagu ini ada di dalam album 30 Lagu Sekolah Minggu, Vol. 1.
Tidak hanya ada lagu “Ada Dua Jalan”, di dalam album tersebut juga ada lagu lainnya. Lagu-lagu tersebut, seperti “Kingkong”, “Belalai Gajah”, dan “Si Semut”.
Lagu “Ada Dua Jalan” meminta umat Kristen untuk berhati-hati dan cermat dalam menentukan dua pilihan yang ada dalam hidup.
Lirik Lagu “Ada Dua Jalan”
Di dalam dunia ada dua jalan
Lebar dan sempit, mana kau pilih
Yang Lebar api, jiwamu mati
Tapi yang sempit, hidup berglory
Di dalam dunia ada dua jalan
Lebar dan sempit, mana kau pilih
Yang Lebar api, jiwamu mati
Tapi yang sempit, hidup berglory
Di dalam dunia ada dua jalan
Lebar dan sempit, mana kau pilih
Yang Lebar api, jiwamu mati
Tapi yang sempit, hidup berglory
Di dalam dunia ada dua jalan
Lebar dan sempit, mana kau pilih
Yang Lebar api, jiwamu mati
Tapi yang sempit, hidup berglory
Sejarah Sekolah Minggu
Sekolah Minggu adalah kegiatan ibadah anak-anak khususnya Indonesia yang diadakan pada hari Minggu saat berlangsung ibadah mingguan di gereja.
Biasanya kegiatan Sekolah Minggu diadakan di dalam sebuah Gereja atau di rumah jemaat dengan sebutan di luar kata "Sekolah Minggu".
Guru yang mengajar biasanya terdiri dari orang-orang Kristen atau Katolikyang sudah mengerti Alkitab. Biasanya diadakan pelatihan atau penataran sebelum bisa menjadi guru Sekolah Minggu.
Sekolah Minggu dimulai saat krisis ekonomi di Inggris pada abad ke-18. Robert Raikes yang adalah wartawan surat kabar di Inggris meliput berita mengenai keadaan tersebut.
Dalam tugasnya tersebut, Raikes menemui banyak anak-anak yang harus menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik sebagai buruh kasar. Mereka bekerja dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Pada hari Minggu mereka libur.
Anak-anak tersebut memiliki uang sendiri untuk mereka belanjakan, hasil dari upah mereka sebagai buruh. Hari Minggu mereka habiskan untuk bersenang-senang. Minum-minuman keras, berjudi, dan tindakan negatif lainnya.
Hati Raikes tergerak. Dia lantas membuka sebuah kelas di sebuah dapur kecil milik Meredith di kota Scooty Alley. Kelas tersebut dibuka setiap hari Minggu.
Awalnya anak-anak diajarkan sopan santun, kebersihan, membaca, menulis, dan sebagainya. Perkembangan selanjutnya mulai diajarkan ajaran-ajaran Alkitab.
Kelas ini berkembang. Dalam waktu empat tahun sekolah yang diadakan pada hari Minggu itu semakin berkembang bahkan ke kota-kota lain di Inggris.
Ketika Robert Raikes meninggal dunia pada tahun 1811, jumlah anak yang hadir di Sekolah Minggu di seluruh Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak.
Gerakan dari Inggris ini akhirnya menjalar ke berbagai tempat di dunia, termasuk negara-negara Eropa lainnya, hingga ke Indonesia.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Dipna Videlia Putsanra