tirto.id - Pada 1916 lalu, sebagai bagian dari perayaan ulang tahun kemerdekaan yang ke-100, Argentina menggelar Copa America edisi pertama (saat itu dikenal dengan South American Championship). Saat itu mereka mengundang Brasil, Uruguay, dan Chili untuk ikut berpartisipasi. Dari tanggal 2 hingga 17 Juli, empat negara tersebut bersaing dalam format setengah kompetisi.
Turnamen tersebut ternyata berlangsung menarik. Di pertandingan pembuka, yang dilangsungkan di Stadion G.E.B.A, Argentina, Uruguay berhasil mengalahkan Chili dengan skor cukup telak, 4-0. Sebagai tuan rumah, Argentina pun tak mau kalah. Di pertandingan pertama mereka, Chili, yang hanya memiliki waktu istirahat tiga hari, kembali menjadi tumbal. Argentina menghempaskan mereka dengan skor 6-1. Alberto Marcovecchio dan Aberto Ohaco, dua penyerang Argentina, masing-masing mencetak dua gol, sementara dua gol lainnya dicetak melalui titik penalti oleh J.D Brown.
Setelah Brasil hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan Chili, Argentina dan Uruguay menjadi tim yang berpeluang besar untuk meraih gelar. Namun, setelah Argentina hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan Brasil sementara Uruguay berhasil mengalahkan Brasil 2-1, Uruguay menjadi favorit. Asalkan mereka mampu menang atau menahan imbang tuan rumah Argentina di pertandingan terakhir, mereka akan pulang dengan menggondol gelar.
Pertandingan final yang sempat ditunda selama satu hari karena kerusuhan yang dipicu oleh tingkah polah penggemar Argentina dan Uruguay tersebut kemudian berlangsung secara sengit. Sebagai tuan rumah, Argentina tentu saja tak ingin mengecewakan pendukungnya. Uruguay pun tak mau kalah. Dengan permain keras yang menjadi khasnya, mereka ingin mengukir namanya dengan tinta emas dalam gelaran paling bersejarah di Amerika Selatan tersebut.
Pada akhirnya, Uruguay berhasil memenangkan gelar setelah menahan Argentina dengan skor 0-0. Selain itu, Isabelino Gradin, penyerang mereka, juga berhasil menjadi top skorer dengan torehan tiga gol.
Menariknya, kesuksesan Uruguay di Argentina tersebut tidak berhenti di situ. Hector Rivadia Gomez, Presiden Federasi Sepakbola Uruguay (AUF) punya ide menyatukan sepakbola Amerika Selatan. Ide ini ternyata juga diterima oleh petinggi federasi Argentina, Chili, dan Brasil.
Setelah melalui pertukaran gagasan yang cukup panjang, mereka kemudian sepakat untuk mendirikan federasi sepakbola di Amerika Selatan. Ide ini resmi dideklarasikan pada 9 Juli 1916. Federasi sepakbola tertinggi di Amerika Selatan ini kemudian diberi nama CONMEBOL, kependekan dari Confederacion Sudamericana de Futbol.
Awal Langkah CONMEBOL
Setelah disahkan lewat kongres yang dilakukan pada 15 Desember 1916, CONMEBOL diatur oleh komite eksekutif. Komite itu terdiri presiden, tiga wakil presiden, sekretaris jenderal, bendahara, dan enam direktur. Fungsi komite tersebut, antara lain, mengatur adanya turnamen resmi dan mendikte negara-negara anggota tentang aturan yang harus dipenuhi. Hector Gomez, otak di balik berdirinya CONMEBOL, kemudian dipilih sebagai presiden pertamanya.
Karena dimulai dari pergelaran Copa America, CONMEBOL kemudian menggarap Copa Amerika secara serius. Sejak edisi pertama hingga tahun 1929, Copa America hampir selalu digelar setahun sekali (hanya absen 1918 dan 1928). Namun, karena Uruguay dan Argentina sempat bersitegang dalam gelaran Piala Dunia 1930 yang digelar Uruguay, Copa America sempat mandek dan baru digelar lagi pada tahun 1935. Sejak saat itu, Copa America diadakan secara rutin. Bahkan untuk mengembangkan sayapnya, pada tahun 2016 lalu Copa America digelar untuk pertama kalinya di luar Amerika Selatan, yakni di Amerika Serikat.
Semaraknya gelaran Copa America lalu menjadi salah satu perhatian bagi federasi sepakbola negara-negara di Amerika Selatan lainnya untuk bergabung dengan CONMEBOL. Dimulai dari Paraguay yang bergabung pada tahun 1921, secara perlahan negara-negara lain ikut bergabung. Peru ikut bergabung pada tahun 1925. Satu tahun setelahnya, Bolivia menyusul. Pada tahun 1952, Venezuela menjadi anggota CONMEBOL kesepuluh. Dan sejak saat itu, CONMEBOL tidak pernah lagi mengalami perubahan jumlah anggota.
Tidak hanya fokus untuk menggarap Copa America, pada tahun 1960 CONMEBOL juga menciptakan kompetisi antar klub di Amerika Selatan. Kompetisi itu diberi nama Copa Libertadores. Karena kompetisi tersebut melibatkan klub-klub terbaik di Amerika Selatan, kompetisi itu sering disebut sebagai Liga Champions-nya Amerika Selatan.
Sampai saat ini, federasi sepakbola yang bermarkas di Paraguay tersebut sudah memiliki 23 kompetisi di semua level, klub dan negara, sepakbola laki-laki dan sepakbola wanita.
Salah Satu Federasi Sepakbola Terkuat di Dunia
Dibandingkan dengan dengan federasi sepakbola di zona lainnya, seperti UEFA, AFC, hingga CONCACAF, CONMEBOL memang memilki jumlah anggota paling sedikit. Meski begitu, prestasi CONMEBOL ternyata hanya kalah dari UEFA.
Di Kancah Piala Dunia Antarklub FIFA yang mulai digagas pada tahun 2000, klub-klub asal Amerika Selatan berhasil mengganggu dominasi klub-klub Eropa. Dalam 13 edisi, mereka berhasil meraih empat gelar, melalui Sao Paolo (Brasil), Internacional (Brasil), dan dua gelar Corinthians (Brasil). Dan dalam 13 edisi tersebut, klub-klub asal Amerika Selatan hanya tiga kali gagal melangkah ke babak final.
Sedangkan dalam gelaran Piala Dunia, negara-negara Amerika Selatan dan Eropa bersaing cukup ketat dalam perebutan gelar. Sementara negara-negara Eropa mengoleksi 11 gelar, negara-negara Amerika Selatan berhasil mengumpulkan 9 gelar. Meski begitu, rekor pengoleksi gelar terbanyak Piala Dunia sejauh ini masih dipegang oleh Brasil, salah satu pencetus berdirinya CONMEBOL. Negara kelahiran Pele dan Socrates tersebut berhasil mengoleksi lima gelar Piala Dunia (1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002).
Selain Brasil, Uruguay dan Argentina menjadi negara Amerika Selatan lainnya yang juga pernah mengoleksi gelar Piala Dunia. Uruguay pernah meraih gelar pada 1930 dan 1950, Argentina meraih gelar pada Piala Dunia 1978 dan Piala Dunia 1986.
Sayangnya, baru-baru ini wakil Amerika Selatan dipastikan gagal menambah koleksi gelar Piala Dunia. Di Piala Dunia 2018, Brasil dan Uruguay, dua wakil terakhir Amerika Selatan, kalah di babak perempat-final. Sementara itu, Eropa dipastikan akan menambah gelar. Itu artinya, UEFA akan menjauh dan CONMEBOL harus segera memperbaiki diri untuk kembali mengejar ketertinggalannya.
Editor: Nuran Wibisono