Menuju konten utama
Ramadhan 2025

Kultum Ramadhan Hari ke-12: Menahan Hawa Nafsu saat Puasa

Kultum Ramadhan hari ke 12 mengangkat tema seputar menahan hawa nafsu saat puasa.  Simak contoh teks kultumnya berikut ini yang disusun ringkas.

Kultum Ramadhan Hari ke-12: Menahan Hawa Nafsu saat Puasa
Ilustrasi marah besar. Emosi sangat marah bagian dari hawa nafsu yang tidak terkendali. Materi kultum Ramadhan hari ke 12 bisa mengupas mengenai menahan hawa nafsu saat puasa. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Tema kultum Ramadhan hari ke-12 ini mengangkat tema cara menahan hawa nafsu ketika sedang puasa. Teks yang disediakan bisa menjadi referensi saat mengisi kultum tarawih atau pada momen lainnya.

Setiap manusia memiliki hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecintaan seseorang pada sesuatu sampai akhirnya kecintaan tersebut menguasai hatinya. Hawa nafsu yang tidak terkendali akan membawa seseorang cenderung untuk melanggar syariat Allah.

Untuk itulah, materi ceramah Ramadhan hari ke 12 mengingatkan kembali pada jamaah untuk mampu mengendalikan nafsunya ketika berpuasa. Hawa nafsu tanpa kendali yang membuat seseorang melakukan perbuatan dosa, akan menjadikan pahala puasanya rusak.

Kultum Singkat Ramadhan tentang Menahan Hawa Nafsu saat Puasa

Berikut contoh teks kultum Ramadhan hari ke 12 yang dapat menjadi referensi untuk disampaikan pada jemaah:

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Innal hamda lillah, nahmaduhu wanasta’inuhu wanastaghfiruh, wana’udzu billahi min syururi anfusina, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdihillahu falaa mudhilla lah, wamayyudhlil falaa haadiya lah. Asyhadu alla ilaaha illallah wahdahu laa syarika lah, wa asyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh. Allahumma shalli wasallim wabarik ’ala sayyidina muhammadin wa ’ala alihi wa sahbihi ajma’in. amma ba’du.

Segala puji hanya diperuntukkan bagi Allah. Dia-lah satu-satunya zat yang Maha Menciptakan dan paling berhak diibadahi. Melalui karunia-Nya pula, saat ini kita bisa merasakan nikmat iman dan Islam.

Selawat dan salam semoga tercurah bagi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dari beliau, kita semua bisa merasakan indahnya Islam dalam mengatur segala aspek kehidupan.

Semoga pula keselamatan turut dianugerahkan Allah bagi keluarga beliau, sahabat, dan semua umat Islam di dunia sampai dunia ini berakhir. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk mendapatkan syafaat dari beliau dan menjadi penghuni surga nan abadi. Amin.

Jemaah rahimakumullah...

Setiap manusia memiliki hawa nafsu yang merupakan sebuah fitrah bagi dirinya. Nafsu bisa dibawa untuk tujuan baik, namun tidak jarang menjadikan seseorang terjerumus pada perbuatan yang dilarang syariat. Oleh sebab itu, nafsu perlu dikendalikan dan tidak boleh dituruti tanpa batas.

Makna hawa nafsu adalah kecintaan pada sesuatu yang membuat rasa cinta ini menguasai hati. Adanya hawa nafsu membuat orang memiliki kecondongan jiwa mengikuti hal yang disukainya, namun akan menutup mata pada syariat apabila dipenuhi berlebihan.

Misalnya, seseorang yang lapar akan memiliki nafsu untuk makan. Makan yang terkendali yaitu secukupnya sebatas agar tubuhnya mampu tegak untuk melakukan berbagai aktivitas. Namun, nafsu makan tanpa kendali menjadikan seseorang menjadi rakus yang membuatnya melahap apa pun meski perut sudah kepenuhan.

Hawa nafsu termasuk pula persoalan emosi. Seseorang wajar akan marah saat sesuatu berjalan tidak sesuai dengan keinginannya. Namun, kemarahan yang tidak terkendali menjadikannya mudah dikuasai setan sehingga ia cenderung melakukan perbuatan merusak.

Kehadiran nafsu pada manusia bukan sesuatu yang tercela. Hanya saja, hawa nafsu yang tidak dikendalikan, membuatnya menjadi hal yang dicela.

Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa (4/189) mengatakan, "Seseorang yang mengikuti hawa nafsu adalah seseorang yang mengikuti perkataan atau perbuatan yang dia sukai dan menolak perkataan atau perbuatan yang dia benci dengan tanpa dasar petunjuk dari Allâh Azza wa Jalla.”

Jemaah rahimakumullah...

Hawa nafsu menjadi perhatian pula saat kita menjalankan ibadah puasa, termasuk di bulan Ramadhan. Saat berpuasa, kita tidak hanya dituntut untuk menahan haus dan lapar, tapi juga diajarkan agar menahan diri dari hawa nafsu. Cakupannya luas termasuk terkait nafsu terhadap harta, kebutuhan biologis, kekuasaan, dan lainnya.

Jika kita mampu menahan diri dan menahan hawa nafsu tersebut, maka puasa dapat membentuk pribadi menjadi lebih sabar. Seseorang menjadi lebih peka terhadap kondisi dan situasi yang ada di sekitarnya.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan umatnya bahwa mengikuti hawa nafsu bisa membawa pada kehancuran. Beliau bersabda:

"Tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan. Adapun tiga perkara yang membinasakan adalah: kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri. Sedangkan tiga perkara yang menyelamatkan adalah takut kepada Allâh di waktu sendirian dan dilihat orang banyak, sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan, dan (berkata/berbuat) adil di waktu marah dan rida. (Hadits ini diriwayatkan dari Anas, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin Abi Aufa, dan Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Status hadis dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahihah, no. 1802 dengan banyak jalur periwayatannya)

Dengan demikian, kita mesti mampu menahan hawa nafsu saat puasa atau pada hari-hari lainnya. Wejangan dari Nabi Muhammad menjadi petunjuk jelas bahwa hawa nafsu tidak untuk dituruti secara liar.

Jemaah rahimakumullah...

Lantas, bagaimana cara kita agar mampu menundukkan hawa nafsu di bulan puasa? Islam mengajarkan kita mengenai berbagai amalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah. Dengan semakin dekat pada Allah, maka hawa nafsu pun bisa diredam.

Misalnya, kita dapat menjalankan ibadah salat, zikir, sedekah, infak, tadarus, dan lainnya. Semua amalan ini saat dikerjakan ketika puasa bisa meredam berbagai gejolak hawa nafsu. Kalau pun semua yang ada di dunia tampak indah di matanya, Allah akan melindunginya dari hawa nafsu yang menyesatkan.

Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 14:

"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."

Oleh sebab itu, tidak ada upaya lebih baik selain mendekatkan diri pada Allah dalam meredam hawa nafsu. Sebab, sebaik-baiknya tempat kembali dari upaya menjauhi kemaksiatan yaitu mengikuti apa pun yang diajarkan Allah dalam Al-Qur'an atau pun yang disunahkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam melalui hadis.

Demikian kultum yang saya sampaikan. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu selama menjalankan ibadah puasa dan menjaga kita darinya pada hari-hari lainnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Baca juga artikel terkait KULTUM RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Edusains
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar