Menuju konten utama
Ramadhan 2022

Kultum Ramadhan 2022 Hari ke-12: Menahan Hawa Nafsu saat Puasa

Kultum Ramadhan singkat 2022 hari ke-12 bertema perang melawan hawa nafsu saat puasa.

Kultum Ramadhan 2022 Hari ke-12: Menahan Hawa Nafsu saat Puasa
Ilustrasi. tirto.id/SAbit

tirto.id - Tema ceramah kultum Ramadhan singkat 2022 hari ke-12 yakni cara menahan hawa nafsu ketika sedang berpuasa.

Puasa yang dijalankan umat Islam pada bulan Ramadhan merupakan kewajiban dan termasuk rukun Islam ketiga.

Menjalankan ibadah puasa artinya adalah menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkannya yang dimulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.

Kultum Singkat Ramadhan 2022

Saat berpuasa, kita tidak hanya dituntut untuk menahan haus dan lapar, tapi juga mengajarkan agar dapat menahan diri dari hawa nafsu baik terhadap harta, kebutuhan biologis ataupun kekuasaan.

Jika kita mampu menahan diri dan menahan hawa nafsu tersebut, maka ini dapat membentuk pribadi menjadi lebih sabar dan peka terhadap kondisi dan situasi yang ada di sekitar kita.

Seperti dikutip laman Kanwil Kemenag Kalsel, menahan nafsu untuk tidak makan minum, memberikan sesuatu yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan orang lain adalah salah satu bentuk menahan diri sekaligus menumbuhkan kepekaan sosial sebagai wujud dari transformasi sosial.

Selain itu, puasa Ramadhan juga merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap pribadi muslim dan mukmin tanpa memandang status sosialnya, miskin atau kaya.

Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi yang menyandang status miskin untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan sepanjang ia memenuhi syarat wajib berpuasa.

Jadi, dengan berpuasa seorang hamba diharapkan mampu mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya sekaligus menutut hamba menjadi pribadi yang sabar, karena puasa menuntut kesabaran.

Dilansir laman UAD, cara mengendalikan nafsu yang paling efektif dan ampuh ialah dengan berpuasa, di samping dengan melakukan zikir, salat, sedekah dan sebagainya.

Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu berarti dapat memenangkan jihad al-akbar (jihad yang lebih besar).

Hawa nafsu ini yang menjadi indikator apakah seseorang itu baik ataukah jahat. Atau bisa juga menjadi ukuran menilai seseorang, apakah secara penampilan dan hakikat membela yang benar ataukah secara penampilan/ hakikat membela yang salah.

Hawa nafsu memiliki banyak kategori, namun di antara nafsu yang lebih berisiko adalah nafsu syahwat kepada lawan jenis. Seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالۡبَـنِيۡنَ وَالۡقَنَاطِيۡرِ الۡمُقَنۡطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالۡفِضَّةِ وَالۡخَـيۡلِ الۡمُسَوَّمَةِ وَالۡاَنۡعَامِ وَالۡحَـرۡثِ‌ؕ ذٰ لِكَ مَتَاعُ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ‌ۚ وَاللّٰهُ عِنۡدَهٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ

Zuyyina linnaasi hubbush shahawaati minannisaaa'i wal baniina walqanaatiiril muqantarati minaz zahabi walfiddati walkhailil musawwamati wal an'aami walhars; zaalika mataa'ul hayaatid dunyaa wallaahu 'indahuu husnul ma-aab

Artinya: "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik," (QS. Ali Imran: 14).

Ayat ini menjelaskan, ada beberapa hal yang dapat menghalangi seseorang mengambil pelajaran dari peristiwa di atas.

Yaitu dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan dan sulit untuk dibendung, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan yang bagus dan terlatih, hewan ternak, dan sawah ladang, atau simbol-simbol kemewahan duniawi lainnya.

Itulah kesenangan hidup di dunia yang bersifat sementara dan akan hilang cepat atau lambat, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik, yaitu surga dengan segala keindahan dan kenikmatannya.

Baca juga artikel terkait KULTUM RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom