Menuju konten utama

Kronologi Pendakian Gunung Cartenz yang Tewaskan 2 Pendaki WNI

Elsa dan Lilie meninggal saat hendak turun setelah mendaki Puncak Cartenz. Bagaimana kronologi peristiwa ini?

Kronologi Pendakian Gunung Cartenz yang Tewaskan 2 Pendaki WNI
Dua pendaki meninggal dunia dalam pendakian Puncak Carstensz Pyramid, Kabupaten Mimika, Papua, Sabtu (1/3/2025). Kedua pendaki bernama Lilie Wijayanti Poegiono (kiri) dan Elsa Laksono (kanan) meninggal karena hipotermia atau suhu tubuh turun drastis di bawah suhu normal. FOTO/x.com/Andreas Harsono

tirto.id - Dua orang pendaki dilaporkan tewas di puncak Gunung Cartenz, Papua Tengah, pada Sabtu (1/3/2025) akibat terserang acute mountain sickness, yakni hipotermia. Kedua pendaki tersebut yakni Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, keduanya merupakan alumni SMA Dempo Malang tahun 1984.

Jenazah korban bernama Elsa diketahui telah dievakuasi dengan helikopter Komala Indonesia ke Timika, Papua Tengah, pada hari ini Minggu (2/3/2025). Sementara evakuasi jenazah Lilie, menurut rencana, akan dilakukan pada Senin (3/3/2025).

Elsa dan Lilie tergabung dalam misi Seven Summits ke puncak Gunung Cartenz bersama belasan orang pendaki lainnya. Kematian Elsa dan Lilie diduga dipicu oleh cuaca buruk berupa hujan salju disertai hujan deras dan angin kencang yang terjadi di gunung dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo, telah membenarkan insiden pendakian yang tewaskan dua pendaki wanita ini. “Naasnya, pendaki Octries (pemandu) menginformasikan bahwa, 2 (dua) orang ibu-ibu tersebut yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia," jelasnya.

Elsa dan Lilie, dua pendaki kelahiran 1965 ini merupakan bagian dari belasan rombongan yang mendaki Puncak Cartenz. Mereka tiba di Basecamp Yellow Valley Carstensz Pyramid pada 27 Februari 2025 untuk melaksanakan aklimatisasi dan latihan teknis hingga Teras Satu.

Puncak Cartenz

Puncak Cartenz atau Cartenz Pyramide adalah salah satu puncak yang dianggap tertinggi yang ada di pegunungan Jaya Wijaya dan merupakan puncak tertinggi di Indonesia, bahkan di Australia dan Oceania. FOTO/puncakkab.go.id

Pada Jumat (28/2/2025), rombongan yang terdiri dari lima orang pemandu, tujuh orang pendaki lokal, enam orang pendaki internasional, dan 2 pendaki Taman Nasional Lorentz mulai berangkat dari Basecamp Yellow Valley menuju Puncak Cartenz pada pukul 04.00 WIT.

Tujuh orang pendaki lokal tersebut yakni Lilie Wijayantie, Elsa Laksono, Indira Alaika, Saroni, Ludy Hidayanto, Fiersa Besari, dan Furki Rahmi Syahroni.

Pukul 10.51 WIT, para pendaki dilaporkan telah melakukan penyeberangan di Jembatan Tyrollean. Para pendaki tersebut diketahui telah seluruhnya mencapai puncak pada pukul 14.00 WIT. Itu merupakan komunikasi terakhir menggunakan Handy Talky (HT) karena daya baterai sudah lemah.

Malam hari, 19.30 WIT, dua orang pendaki turun lebih dulu dan menyampaikan bahwa pendaki bernama Indira mengalami hipotermia di dekat puncak saat perjalanan turun. Sekitar 1 jam kemudian, tim basecamp menyusun upaya penyelamatan. Pendaki lain yang merupakan pemandu lokal tiba di basecamp pada pukul 20.45 WIT dengan gejala hipotermia. Dia meminta bantuan untuk segera menyelamatkan pendaki lain yang masih berada di atas.

Pukul 21.48, pemandu bernama Yustinus berusaha naik menuju Summits Ridge, lokasi di mana Indira, Alvin, dan Saroni berada. Namun, Yustinus yang membawa perlengkapan emergensi tidak sanggup melanjutkan pendakian dan berhenti di Teras Besar karena cuaca yang memburuk. Di sana Yustinus bertemu Ludy dan akhirnya mendampingi Ludy hingga sampai ke basecamp sementara perlengkapan emergensi ditinggalkan di Teras Besar.

Pukul 22.33 WIT, pemandu asal Nepal bernama Dawa Gyalje Sherpa naik untuk menyelamatkan pendaki lain. Ia berhenti di Teras Dua untuk membantu Lilie dan Elsa, yang kemudian meninggal dunia. Sementara Fiersa Besari dan Furky berhasil tiba dengan selamat di basecamp pada pukul 22.48 WIT.

Dua pemandu lokal bernama Poxy dan Damar mencoba mendaki ke Teras Dua untuk membantu pada Sabtu dini hari pukul 00.07. Namun pukul 02.07 WIT, Poxy dan Damar berkomunikasi dengan pemandu bernama Octries untuk menginformasikan ke basecamp bahwa Lilie dan Elsa telah meninggal dunia di Teras Dua.

Pemandu lokal lain bernama Huda naik menuju Summits Ridge untuk menolong Indira, Alvin, dan Saroni. Namun pada pukul 04.51, Huda mengabarkan bahwa dirinya tidak sanggup melanjutkan pendakian ke titik Summits Ridge, namun perlengkapan emergensi sudah disimpan di bawah Summits Ridge.

Sabtu pagi pukul 08.38 WIT, dibentuklah dua tim penyelamat. Tim 1 (rescue) terdiri dari tiga orang pemandu internasional bernama Garret Madison, Tashi Sherpa, dan Ben Jones. Mereka kembali mendaki untuk menyelamatkan Indira, Alvin, dan Saroni di Summits Ridge. Sementara Tim 2 (evakuasi) yang terdiri dari dr. Adna dan Meidi menuju Teras Dua untuk mengevakuasi Elsa dan Lilie.

Evakuasi jenazah pendaki Puncak Carstensz

Petugas membawa kantong berisi jenazah pendaki Puncak Carstensz Pyramid yang berhasil dievakuasi di Helipad Bandara UPBU Mozes Kilangin Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Minggu (2/3/2025). Polres Mimika menyebut dua orang meninggal dunia dalam pendakian Puncak Carstensz Pyramid yaitu atas nama Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono. ANTARA FOTO/HO/Polda Papua Tengah/sgd/nym.

Pukul 10.24 WIT, Tim 1 melaporkan bahwa Indira, Alvin, dan Saroni masih hidup namun dalam kondisi kritis. Pertolongan pertama telah diberikan dengan cara mengganti pakaian, memberikan isotonik, makanan, dan obat-obatan. Sekitar satu jam kemudian, tim rescue dan tiga survivor ini melakukan perjalan turun ke Basecamp Yellow Valley. Mereka akhirnya tiba di basecamp pada pukul 14.30 WIT.

Sementara Tim 2 berhasil mengevakuasi jenazah korban atas nama Elsa pada pukul 16.41 WIT. Jenazah kedua atas nama Lilie akan dievakuasi pada tanggal 2 Maret dini hari.

Baca juga artikel terkait PENDAKI GUNUNG atau tulisan lainnya dari Auliya Umayna Andani

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Auliya Umayna Andani
Penulis: Auliya Umayna Andani
Editor: Rina Nurjanah