tirto.id - Serangan Israel ke kompleks pengungsian warga Palestina di Rafah, Gaza, menyita perhatian global. Berdasarkan kronologi yang disampaikan otoritas setempat, serangan itu berlangsung pada Minggu (26/5/2024), menewaskan puluhan orang.
Serangan Israel ke Rafah terjadi setelah Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militernya di Rafah, Jumat (24/5/2024). Namun, Israel melanjutkan serangannya pada Minggu, yang mengakibatkan puluhan korban jiwa dan luka-luka.
Sejumlah pemimpin negara lantas mengutuk serangan Israel ke kamp pengungsi Palestina di Rafah. Beberapa perwakilan negara yang mengecam aksi Israel menyerang Rafah termasuk Brasil, Australia, Selandia Baru, Meksiko dan Venezuela.
Dilansir dari Antara, Kementerian Luar Negeri Brasil menyatakan bahwa tindakan militer Israel di daerah yang padat penduduk sipil ini melanggar hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional. Israel juga dinilai mengabaikan perintah sementara dari Mahkamah Internasional.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menyebut serangan Israel ini memiliki dampak yang mengerikan dan tidak dapat diterima. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters meminta Israel untuk mendengarkan seruan komunitas internasional dan mematuhi perintah Mahkamah Internasional.
Hal serupa juga disampaikan Kementerian Luar Negeri Meksiko. Mereka menyerukan gencatan senjata dan solusi politik serta bantuan kemanusiaan sesuai perintah Mahkamah Internasional.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengecam tindakan Israel, menyebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai "Herodes zaman modern" yang tidak mengindahkan Mahkamah Internasional.
Kementerian Luar Negeri Palestina yang berbasis di Tepi Barat mengutuk "pembantaian yang keji" oleh Israel. Mesir juga mengutuk "pengeboman tenda-tenda orang-orang yang mengungsi", sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.
Kronologi Israel Serang Kompleks Pengungsian Palestina
Dilansir dari Al Jazeera Israel menyerang kompleks pengungsian Palestina pada malam hari, Minggu (26/5/2024). Serangan ini terjadi di sebuah kompleks pengungsian sebelah utara Kota Rafah, sebuah daerah yang disebut Tel al-Sultan yang dinyatakan sebagai “zona aman”.
Serangan Israel menyebabkan banyak tempat penampungan terbakar dengan penghuninya masih di dalamnya. Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa Israel menjatuhkan tujuh bom seberat 900 kg dan juga rudal ke kamp pengungsian.
Tentara Israel mengklaim bahwa mereka menggunakan "amunisi presisi". Mereka berdalih bahwa kebakaran terjadi karena sebuah tangki bahan bakar di dekatnya meledak.
Di sisi lain, Badan Verifikasi Sanad Al Jazeera berhasil mendapatkan gambar-gambar fragmen yang diyakini sebagai persenjataan yang digunakan dalam serangan tersebut.
Foto-foto yang diperoleh lembaga tersebut menunjukkan ekor bom berdiameter kecil GBU-39/B, yang diproduksi oleh Boeing. GBU-39/B memiliki mesin jet yang diambil dari peluru kendali M26.
Pemerintah Israel tidak mengeluarkan perintah untuk mengevakuasi daerah tersebut sebelum menyerang. Akibatnya, menurut Philippe Lazzarini, komisaris jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), banyak orang “dilaporkan mati terbakar” dalam serangan ini.
Dikutip dari Reuters, para korban selamat mengatakan bahwa saat serangan menghantam kawasan Tel Al-Sultan, kebanyakan dari mereka sedang bersiap-siap untuk tidur. Kawasan ini menjadi tempat berlindung bagi ribuan orang setelah pasukan Israel memulai serangan darat di sebelah timur Rafah lebih dari dua minggu yang lalu.
“Kami sedang berdoa... dan kami sedang menyiapkan tempat tidur anak-anak kami untuk tidur. Tidak ada yang aneh, kemudian kami mendengar suara yang sangat keras, dan api meletus di sekitar kami,” kata Umm Mohamed Al-Attar, seorang ibu Palestina.
Setelah serangan itu, video-video mengerikan beredar, termasuk seorang pria yang memegang mayat seorang anak kecil tanpa kepala.
Selain itu, rekaman video yang diperoleh Reuters menunjukkan api berkobar dalam kegelapan dan orang-orang berteriak panik. Sekelompok pemuda berusaha mengangkut lembaran-lembaran atap seng dan sebuah selang dari sebuah truk pemadam kebakaran mulai memadamkan api.
Update Jumlah Korban di Rafah dan Palestina
Pejabat kesehatan di Gaza yang dikelola oleh Hamas mengatakan bahwa lebih dari setengah korban tewas di Rafah adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua. Jumlah korban kemungkinan besar akan meningkat karena banyak yang mengalami luka bakar parah.
Semetara itu, dalam laporan Al Jazeera dijelaskan bahwa total korban serangan Rafah, pada Selasa (28/5/2024), sedikitnya berjumlah 45 orang.
Adapun total korban luka-luka sulit untuk diidentifikasi karena rumah sakit tempat korban dibawa telah ditutup setelah serangan pesawat tak berawak di pintu masuk yang menewaskan dua anggota staf.
Jumlah korban yang tewas akibat serangan di Rafah menambah panjang daftar korban jiwa warga Palestina akibat serangan Israel sejak tahun lalu.
Dinukil dari situs Anadolu Ajansi, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan jumlah korban tewas di Gaza akibat serangan Israel yang terus menerus telah mencapai 36.050 orang. Sedikitnya 81.026 orang juga terluka akibat serangan tersebut.
“Pasukan Israel menewaskan 33 orang dan melukai 383 orang lainnya dalam tujuh ‘pembantaian’ terhadap keluarga-keluarga dalam 24 jam terakhir,” kata Kementerian Kesehatan, pada Senin (27/5/2024).
Israel telah melanjutkan serangan brutalnya di daerah Palestina sejak 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di daerah tersebut.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dipna Videlia Putsanra & Yonada Nancy