Menuju konten utama

Konser Guns N' Roses dan Keajaiban "November Rain"

Axl Rose menciptakan "November Rain" sejak 1983.

Konser Guns N' Roses dan Keajaiban
Kelompok band rock Guns N'Roses menerima Vanguard Award Michael Jackson Video untuk "November Rain" di acara MTV Video Music Awards di Los Angeles pada 9 September 1992. Di podium, Axl Rose, kiri, dan Memotong. Bergabung dengan mereka di panggung adalah, dari kiri, Duff McKagan, Gilby Clarke, Dizzy Reed dan Matt Sorum. AP / Kevork Djansezian

tirto.id - Dari ribuan pertunjukan dan konser Guns N' Roses yang pernah dimainkan Slash, ada salah satu yang amat berkesan baginya: Bogota, 29 November 1992.

“Konser malam itu amat magis, seperti salah satu momen yang susah kamu percayai akan terjadi, tapi benar-benar terjadi, dan kamu jadi bagian di dalamnya,” kenang Slash dalam buku biografinya, Slash (2007).

Malam itu, ujar gitaris bernama asli Saul Hudson ini, ada badai seharian sebelum Guns N' Roses konser. Satu tiang lampu roboh. Panggung harus didesain ulang. Badai itu juga merusak beberapa peralatan konser. Jelang konser, hujan tak berhenti. Di luar, penonton tetap antre, menunjukkan gairah rock yang teramat kuat—sama seperti gairah orang-orang Amerika Latin pada banyak hal: musik, makanan, seks, sastra. Saking kuatnya renjana itu, terjadi kericuhan. Polisi mulai melempar gas air mata untuk membubarkan kerumunan.

Guns N' Roses naik panggung pukul 11 malam. Mendadak, hujan berhenti. Terdengar magis dan susah dipercaya? Tak perlu kaget. Ini Kolombia, tanah yang melahirkan realisme magis. Band yang dibentuk di Los Angeles ini bermain apik. Satu jam pertama terlewati, 10 lagu dimainkan.

Saatnya mengendurkan gas sejenak. Piano dikeluarkan. Setelah intro “It’s Alright” dari Black Sabbath dimainkan, mereka langsung memainkan “November Rain”. Saat itulah keajaiban Kolombia ala Gabriel Garcia Marquez hadir dalam bentuk yang paling nyata.

“Ketika kami mulai lagu itu, benar-benar tepat ketika kami mulai, langit seperti terbuka dan menurunkan hujan lagi. Hujannya deres banget, turun dalam kabut gelap yang bercampur dengan uap yang muncul dari lautan penonton. Aku susah payah melihat penonton yang serupa lautan siluet. Suasana saat itu amat dramatis dan sangat indah: seolah kami dan mereka adalah satu.”

Berdiri Sejak 1983

Selain didiagnosis menderita bipolar afektif dan obsesif kompulsif, Axl Rose juga dikenal sebagai seorang perfeksionis. Hal itu bisa dilihat dari setidaknya dua hal: Chinese Democracy dan “November Rain”. Jika yang pertama adalah album yang diperam sejak 1997 dan baru dirilis pada 2008 serta menelan biaya pembuatan sekitar 13 juta dolar tapi hasilnya dianggap biasa-biasa saja; yang kedua adalah salah satu lagu rock terbaik sepanjang masa.

Axl Rose punya ide menulis “November Rain” sejak 1983. Kala itu, Guns N' Roses bahkan belum terbentuk. Axl menuliskan musiknya versi piano. Liriknya makin berkembang sejak dia tinggal di Hell House—semacam markas bagi personel Guns N' Roses untuk hura-hura dan menjalani hidup penuh kesia-siaan. Di sana pula, sering mampir Del James, seorang biker asal New York yang juga seorang wartawan dan sastrawan.

“Axl senang berkawan dengan Del, menganggapnya pintar, dan Del juga bisa sabar mendengarkan cerita Axl. Mereka sering menulis bareng. Del juga menulis ide cerita untuk video klip kami, dan menulis cerita pendek yang menginspirasi Axl menulis ‘November Rain’,” kata Slash.

Cerita pendek yang dimaksud Slash adalah “Without You”, sebuah kisah yang tak singkat-singkat banget tentang obsesi, kebahagiaan sumir, mimpi buruk, dan kehilangan. Bagian ini tampak betul dalam video klip yang dibintangi oleh Stephanie Seymour, model super yang kala itu jadi kekasih Axl.

Setahun sebelum merekam Appetite for Destruction, Guns N' Roses membuat demo “November Rain” di Studio Sound City dengan dibarengi Manny Charlton, gitaris band Nazareth, salah satu band favorit Axl. Versi demo itu gila-gilaan panjangnya: 18 menit. Versi demo ini hanya Axl bernyanyi sembari diiringi piano.

Ketika semua lagu untuk Appetite selesai direkam, ternyata Guns N' Roses over produktif. Ada 30 lagu yang siap diperas untuk jadi satu album. Selain “November Rain”, ada pula lagu-lagu seperti “Don’t Cry”, “Mr. Brownstone”, juga “Sweet Child O Mine”. Tom Zutaut selaku perwakilan dari label kemudian mengusulkan --setengah memaksa-- agar album ini menjadi album hard rock, karenanya cukup punya satu lagu ballad. Suara mayoritas memilih “Sweet Child O Mine”.

Axl mengalah, sesuatu yang sama langkanya seperti badak bercula satu.

Ketika Appetite meledak, diikuti GNR Lies yang juga laris manis, ini artinya band punya daya tawar makin tinggi. Ini memberi dorongan agar Axl menjalankan proyek jangka panjangnya, “November Rain”, yang kemudian juga diikuti oleh album dobel sensasional mereka, Use Your Illusion I dan II.

Disadari atau tidak, “November Rain” adalah salah satu penanda awal perbedaan arah musikal antara Axl dan personel Guns N' Roses lain. Di album ini, Axl menunjukkan obsesi terhadap musik yang megah: bersandar pada piano macam idolanya, Elton John; ada alat gesek dan vokal latar, hingga eksperimen gagal yang melibatkan rap dan synth—lagu “My World” itu salah satu sampah dunia abad 20 dan selamanya akan meninggalkan coreng di muka personel Guns.

Perubahan musikalitas Axl ini mau tidak mau harus diikuti oleh para personel lain. Di satu sisi, ini amat bagus untuk menarik keluar semua kemampuan musikal personel lain. Slash menganggap lagu macam “Estranged”, “Breakdown”, dan “November Rain” adalah lagu yang keren, namun susah dikerjakan.

“Lagu-lagu itu berpondasi pada piano, dan karenanya butuh gitar dan bass yang amat presisi. Lagu-lagu itu amat brengsek kerennya, tapi ya susah digarap,” ujar gitaris yang identik dengan Gibson Les Paul ini.

Di sisi lain, hal seperti ini menimbulkan ketidaksukaan personel lain. Steven Adler adalah yang paling kesal, dan pada akhirnya ditinggal, karena obsesi Axl terhadap kemegahan. Semua bermula ketika Slash, Steven, dan Duff berkumpul di Chicago untuk menggarap album baru usai GNR Lies. Axl dan Izzy yang ditunggu tak kunjung datang. Selagi menunggu, trio bengal itu sudah menajamkan lagu yang direncanakan untuk direkam. Setelah tujuh minggu, Axl akhirnya datang. Mereka hanya punya sisa dua hari di Chicago. Ketika tiga orang personel ini akan menunjukkan perkembangan lagu yang mereka garap, Axl menatap mereka seolah-olah habis disiksa.

“Jelas dan tegas, Axl tak tertarik dengan materi kami! Dia hanya ingin merekam lagu baru yang dia kerjakan selama ini, ‘November Rain’. Dia duduk dan memainkan piano lagu itu untuk kami. Aku membatin, ya ini lagu bagus, tapi segitu doang? Axl hanya punya dua versi lagu itu. Sedangkan Duff, Slash, dan aku punya tiga puluh lagu, siap direkam, tapi Axl tak peduli sama sekali,” ujar Steven di buku biografinya, My Appetite for Destruction (2010).

Sedangkan Izzy? Dia sama sekali tidak muncul. Sementara Steven, drummer yang senyumnya selalu hangat itu, dipecat beberapa minggu setelah adegan Chicago itu.

Slash dan Adegan Ikoniknya

Ketika “November Rain” akhirnya resmi lahir seiring dirilisnya Use Your Illusion, puja-puji berhamburan. Axl bernyanyi seperti mengenang masa kecil yang pahit, kala ia begitu akrab dengan kegetiran dan kehilangan, sesuatu yang terus mengekor hingga entah kapan.

Benar belaka bahwa ini adalah lagu tentang asmara dan patah hati. Namun ia bukan lagu patah hati biasa, ia adalah saga gelap tentang kehilangan dan lubang yang tak akan pernah bisa ditambal, tentang kerapuhan, juga tentang upaya menguatkan diri melalui mantra, “So never mind the darkness, we still can find a way. Cause nothing last forever, even cold November Rain.”

Segala pujian ini menempatkan “November Rain” dalam senarai lagu rock penanda zaman. Layak pula bersanding dengan lagu-lagu seperti “Bohemian Rhapsody”, “Stairway to Heaven”, “Hotel California”, atau “Free Bird” sebagai tembang klasik yang ditulis dengan tinta emas di kitab suci Rock N Roll. Para pendengar salah satu radio di Belanda bahkan menobatkan “November Rain” sebagai lagu terbaik sepanjang masa.

Yang tak kalah ikonik tentu saja video klipnya. Pada zamannya, ia menelan biaya hingga 1,5 juta dolar, salah satu video klip termahal sepanjang masa. Meski begitu, jujur saja, tak banyak orang langsung paham apa inti cerita video klip “November Rain”. Di bagian awal, Axl menikah. Lalu tak lama, tanpa penjelasan apapun, istrinya meninggal. Lho, kok bisa? Bingung? Tenang, anda tak sendiri.

“Jujur, aku tak tahu video klip ‘November Rain’ itu mau ngomong apa,” kata Slash. “Itu kan konsep. Lagunya sih cukup jelas, tapi videonya amat membingungkan.”

Infografik karya terbaik Guns N Roses

Tapi persetan konsep. Apalah itu ide cerita. Bodo amat dengan para penonton yang bingung. Video klip “November Rain” adalah mahakarya video klip musik rock. Permainan solo Slash seolah meyakinkan umat manusia bahwa gitar adalah mahluk hidup: di tangan orang yang tepat, ia bisa mengeluarkan suara-suara paling menggetarkan.

Terlebih lagi, rasanya tak ada adegan yang lebih ikonik di jagat video klip rock n roll ketimbang Slash yang mengapit rokok di bibir, berjalan gontai keluar dari gereja sembari menenteng Gibson Les Paul, telanjang dada tentu saja, memainkan solo gitar yang menjerit pilu, ditingkahi angin berhembus, debu berterbangan, dan matahari tenggelam di kejauhan.

Video klip ini pada akhirnya mencetak rekor baru: video klip pertama dari abad 20 yang ditonton lebih dari 1 miliar kali. Menurut catatan Forbes, video “November Rain” rata-rata ditonton 560 ribu kali per hari. Ia tentu tampak sebagai liyan di antara jejeran video klip paling banyak ditonton produksi artis-artis yang secara umur cocok jadi cucu Slash atau Axl. Ini sekaligus membuktikan bahwa band ini masih bisa bertahan di era digital, saat banyak band seangkatannya mulai dilupakan zaman.

Popularitas Guns N' Roses memang tampak belum akan pudar. Mereka reuni pada 2016 yang berlanjut ke tur hingga sekarang, menjadikan tur bertajuk Not in This Lifetime ini sebagai salah satu tur berpendapatan kotor paling besar sepanjang masa. Mereka juga baru mengeluarkan beberapa jenis boxset untuk memperingati 30 tahun Appetite for Destruction, yang harganya merentang dari 20 dolar hingga 800 dolar.

Pada 8 November 2018, mereka akan bermain di Gelora Bung Karno, kali pertama Guns N' Roses datang ke Indonesia dengan setidaknya 3 personel asli. Dari ramalan cuaca Accuweather, Jakarta pada 8 November 2018 akan diguyur hujan singkat. Apakah mungkin Slash mengalami lagi momen magis memainkan “November Rain” di tengah guyuran hujan bulan November?

Mari kita tunggu.

Baca juga artikel terkait KONSER GUNS N ROSES atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Ivan Aulia Ahsan