Menuju konten utama

KLHK: Urusan Sampah Tak Kalah Penting dari Emisi Gas Rumah Kaca

Novrizal Tahar mengatakan, urusan sampah sebenarnya tak kalah penting dengan isu emisi gas kaca.

KLHK: Urusan Sampah Tak Kalah Penting dari Emisi Gas Rumah Kaca
Nelayan berjalan di antara tumpukan sampah plastik saat turun dari perahu yang disandarkan di pinggir pantai Dadap, Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (12/7/2024).

tirto.id - Isu penanganan sampah menjadi hal krusial apabila tidak tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakrantas) jumlah timbunan sampah nasional pada 2023 tercatat sebesar 69,9 juta ton, sementara tingkat capaian kinerja pengelolaan sampah Indonesia baru mencapai 66,28 persen dan sebanyak 33,72 persen sampah belum dapat terkelola.

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar, mengatakan urusan sampah sebenarnya tak kalah penting dengan isu emisi gas kaca. Bahkan, keduanya saling berhubungan. Sampah yang terus bertambah tanpa pengelolaan yang baik, akan berdampak langsung pada biodiversity hingga pencemaran lingkungan.

"Kita sebagai negara punya komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca kita yang kita sebut dengan NDC, National Determined Contribution. Jadi, itu komitmen kita kepada dunia," jelas dia dalam seminar memperingati Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Sabtu (10/8/2024).

Dalam hal menurunkan emisi gas rumah kaca, terdapat lima sektor yang akan diturunkan. Kelimanya adalah energi, hutan dan tata guna lahan, kemudian pertanian, perindustrian, dan terakhir adalah waste.

"Kita bicara waste ini, tentang sampah dan limbah," lanjut Novrizal.

Novrizal menyampaikan Kementerian LHK juga juga sudah memiliki rencana pembangunan jangka panjang soal penanggulangan sampah hingga 2024. Setidaknya sudah ada 20 isu super prioritas, salah satunya adalah mengenai reformasi pengelolaan sampah yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Sementara itu, Guru Besar Biologi Ign, Pramana Yuda, mengatakan sampah berkontribusi pada pemanasan global yang menjadi persoalan bagi dunia. Dia menyatakan bahwa sampah plastik mengancam keberagaman flora dan fauna dunia. Bukan hanya itu, sampah plastik dalam skala kecil bahkan kini sudah banyak di tubuh manusia.

"Sudah ada penelitian bahwa dari beberapa sukarelawan itu sudah terdapat mikro organik plastik di tubuh," kata Pramana.

Di sisi lain, penggerak Bank Sampah Universitas Budi Luhur (UBL), Umi Tuti Asmawi, mengajak semua pihak untuk memilah sampah di rumah dan di mana pun berada. Dia mengatakan yang namanya menjaga kelestarian bumi itu dimulai dari di mana kita berpijak.

"Biasakan budaya tidak lagi buang sampah, tetapi pilah sampah dari rumah," kata Umi Asmawi.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP, Esti Wijayanti, mengatakan dalam momentum HKAN ini, PDIP juga menaruh perhatian terhadap masalah timbunan sampah yang menjadi masalah nasional. Timbunan sampah khusus dari 302 kabupaten/kota dari 2023 saja besarannya 23,99 ton per tahun, yang bisa terkelola 11,76 ton per tahun.

"Itu menjadi konsen PDI Perjuangan sebagai program perjuangan partai," jelas dia.

Ini juga sejalan dengan keinginan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri yang selalu menekankan kepada kadernya pentingnya pemeliharan lingkungan. "Maka, Ibu Mega selalu berpesan kepada kita, bahwa kita harus mengambil bagian untuk mengatasi darurat sampah dan kerusakan lingkungan," tandas dia.

Baca juga artikel terkait EMISI GAS RUMAH KACA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang