tirto.id - Kisah Moo Deng baby hippo (bayi kuda nil) yang viral di TikTok belakangan ini menarik perhatian warganet. Hewan penghuni kebun binatang Khao Kheow Open Zoo, Chonburi, Thailand, itu populer di media sosial karena lucu dan menggemaskan hingga dijadikan meme.
AP News melaporkan, Moo Deng, yang secara harfiah berarti “daging babi goyang” dalam bahasa Thailand, dipilih oleh para penggemar melalui jajak pendapat di media sosial, dan nama ini cocok dengan saudara kandungnya yang lain yaitu Moo Toon (daging babi rebus) dan Moo Waan (daging babi manis). Ada juga kuda nil biasa di kebun binatang yang diberi nama Kha Moo (kaki babi rebus).
Moo Deng menarik perhatian publik dan menjadi sumber inspirasi bagi para seniman. Hippo betina berusia dua bulan itu dengan bentuk tubuhnya yang bulat dan menggemaskan telah digambar oleh para seniman kartun, pembuat kue, seni latte, dan masih banyak lagi.
Tidak hanya itu, gambarnya juga menghiasi meme dari tim sepak bola Jerman FC Bayern, tim bola basket Amerika Phoenix Suns, dan tim sepak bola Amerika Washington Commanders, serta New York Mets. Manipulasi foto yang sederhana menempatkannya dalam berbagai macam tutup kepala atau situasi seperti manusia.
Bisnis juga telah memanfaatkan citranya. Sephora Thailand memiliki tip riasan “kenakan perona pipi Anda seperti bayi kuda nil” yang menyoroti pipi merah mudanya, sementara aplikasi pengantaran makanan Grab Thailand membayangkan dengan foto-foto makanan seperti apa yang dapat ia hiasi.
Dengan semua ketenaran tersebut, direktur kebun binatang, Narongwit Chodchoi, mengatakan bahwa mereka telah mulai memberikan hak cipta dan merek dagang “Moo Deng si kuda nil” untuk mencegah agar hewan ini tidak dikomersilkan oleh pihak lain.
“Setelah kami melakukan ini, kami akan memiliki lebih banyak pemasukan untuk mendukung kegiatan yang akan membuat kehidupan hewan-hewan ini menjadi lebih baik,” katanya.
Kebun binatang Khao Kheow Open Zoo, Chonburi, Thailand, mengalami lonjakan pengunjung sejak ketenaran Moo Deng, sehingga pihak pengelola kebun binatang sekarang harus membatasi akses publik ke kandang bayi kuda nil hanya selama 5 menit selama akhir pekan.
Narongwit mengatakan bahwa kebun binatang ini telah menerima lebih dari 4.000 pengunjung pada hari kerja, naik dari sekitar 800 orang, dan lebih dari 10.000 pengunjung pada akhir pekan, naik dari sekitar 3.000 pengunjung.
Ketenaran Moo Deng Membuat Pengunjung Agresif
Ketenaran Moo Deng membuat beberapa pengunjung melakukan hal yang agresif ke Moo Deng, yang hanya bangun untuk bermain sekitar dua jam sehari. Beberapa video menunjukkan pengunjung menyiramkan air atau melempar benda-benda ke arah Moo Deng yang sedang tertidur untuk membangunkannya.
Hal tersebut sangat membahayakan keamanan Moo Deng. Lubang hippo di kebun binatang tersebut sekarang dipasang tanda peringatan untuk tidak melempar sesuatu ke Moo Deng, yang dipasang dengan jelas di bagian depan dalam bahasa Thailand, Inggris, dan Cina.
Pihak kebun binatang mengatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan di bawah undang-undang perlindungan hewan jika ada orang yang memperlakukan hewan tersebut dengan buruk.
Namun, muncul video-video di sosial media yang menunjukkan orang-orang memperlakukan Moo Deng dengan buruk, sehingga membuat kebun binatang beraksi keras menanggapi hal tersebut. Direktur kebun binatang mengatakan bahwa sejak saat itu, mereka belum pernah melihat ada orang yang melakukannya lagi.
Tim Humas Kebun Binatang di Balik Ketenaran Moo Deng
Ketenaran kuda nil kerdil berusia dua bulan “Moo Deng” bukanlah sebuah kebetulan. Ini adalah buah dari kampanye media yang sistematis oleh tim humas Kebun Binatang, Khao Kheow Open Zoo, untuk mempromosikan hewan-hewan mereka.
Bangkok Post melaporkan, kebun binatang yang terletak di provinsi Chonburi ini sering mengadakan kegiatan hiburan, seperti pertunjukan musik yang dibawakan oleh para pelajar setempat. Kebun binatang ini juga menciptakan dana makanan hewan untuk meningkatkan keterlibatan publik.
Upaya mereka mencerminkan upaya kebun binatang umum di Thailand untuk memodernisasi diri mereka sendiri dengan mempromosikan satwa liar, konservasi lingkungan dan pendidikan.
Biaya makanan dan perawatan satwa telah meningkat sementara dukungan keuangan dari pemerintah telah dipotong dari 80 persen anggaran mereka di masa lalu menjadi hanya 40%. Banyak kebun binatang yang jatuh ke dalam kerugian setelah pandemi Covid mengurangi jumlah kunjungan.
Setiap tahun, Zoological Park Organisation of Thailand (ZPOT) mendapatkan anggaran fiskal sekitar 800 juta baht atau setara Rp364.6 miliar (kurs hari ini) per tahun untuk merawat sekitar 6.200 satwa kebun binatang dan staf di delapan kebun binatang negara bagian, dan itu hampir tidak cukup.
Kebun binatang tidak hanya memiliki tugas untuk merawat hewan-hewan yang dikurung, tetapi juga memiliki tujuan akademis dan pendidikan yang harus dipenuhi. Sementara itu, kebun binatang umum di negara ini tidak dapat menaikkan harga tiket sesuka hati karena kenaikan harga tiket memerlukan izin dari dewan nasional.
Meskipun lebih banyak pengunjung menghasilkan pendapatan yang sangat dibutuhkan, para “superstar” seperti Moo Deng menghadapi tekanan dan stres dengan popularitas mereka.
Keterbatasan anggaran memaksa semua kebun binatang dan stafnya untuk menarik pengunjung, alih-alih mendedikasikan waktu mereka untuk tugas-tugas lain yang lebih penting, seperti mengembangbiakkan satwa dan meningkatkan kesadaran akan pelestarian satwa liar.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra