Menuju konten utama

King Cobra, Ular yang Bergelar Raja karena Memakan Ular Lainnya

Ada beragam spesies ular, tetapi mengapa hanya king cobra yang bergelar raja?

King Cobra, Ular yang Bergelar Raja karena Memakan Ular Lainnya
Ular King Cobra. FOTO/Damir Sagolj

tirto.id - Made Dwi Sudarmawan berdiri dengan baju oranye dan celana krem menempel di tubuhnya. Di depan Made, seorang laki-laki berbaju kuning tengah berjongkok. Tangan kiri laki-laki itu menggenggam seekor ular.

Tampilan itu dapat dilihat di laman Facebook yang dimiliki Made. Sebelumnya, Made memang sedang viral diperbincangkan lantaran foto-foto yang menunjukkan dirinya tengah memegang ular berukuran besar yang ditengarai jenis king cobra.

Melalui akun Facebooknya, Made membantah memelihara ular itu. Dia pun lantas melepaskan ular tersebut di kebun sawit dekat tempat tinggalnya.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya. Foto ular tersebut bukan bermaksud memviralkan. Tetapi ular itu kami amankan karena ular tersebut berkeliaran di sekitar pemukiman warga sehingga membuat warga sekitar gelisah. Dan rencananya akan kami lepaskan ke alam liar kembali yang jauh dari pemukiman," sebut Made.

Mengapa King Cobra Bergelar Raja?

Kata kobra berasal dari kata Portugis, cobra de capello, yang berarti ular bertudung. Tudung itu dibentuk dari perpanjangan tulang rusuk di belakang kepala ular kobra. Saat musuh atau mangsa mendekat, ular kobra bakal mengembangkan tudungnya sembari mengangkat bagian atas tubuhnya. Itu dilakukan agar si ular tampak lebih besar dan lebih menakutkan.

Ditinjau dari wilayah penyebarannya, Encyclopedia of Life menjelaskan, king cobra hidup di Asia Selatan dan Tenggara, kecuali kepulauan Little Andaman dan Mentawai. Ia ditemukan mulai dari Nepal, India, Cina bagian selatan, Indocina, Filipina, Malaysia, Brunei, hingga Indonesia.

Jika anak benua India dianggap sebagai wilayah paling barat di mana king cobra hidup, wilayah paling timur yang masih ditemukan king cobra adalah Bali dan Sulawesi. Dapat hidup di berbagai habitat, king cobra ditemukan terutama di hutan, rawa bakau, dan daerah pertanian yang menyisakan sedikit wilayah hutan.

Ia juga tergolong ovipar karena bereproduksi dengan cara bertelur. Sekali bertelur, sang betina biasanya mengeluarkan sekitar 21-40 butir. Sebelum bertelur, sang betina bakal membuat sarang dari bahan dedaunan dan dahan. Sarang inilah yang digunakan sebagai tempat inkubasi telur. Selama masa itu, sang betina berada di sarang untuk menjaga telur dan pejantannya berada tak jauh dari sana. Mereka cenderung sangat agresif ketika manusia mendekati.

Sara Viernum, herpetologis (ahli hewan amfibi dan reptil) yang berkantor di Madison, Wisconsin mengatakan kepada Live Science bahwa king cobra merupakan spesies ular berbisa terpanjang di dunia. Rata-rata panjang king cobra mencapai 3 hingga 14 meter.

Meskipun menyandang nama "cobra", sesungguhnya king cobra tidak termasuk dalam keluarga besar genus ular kobra.

Ular kobra biasanya dimasukkan dalam genus Naja, sementara king cobra masuk dalam genus Ophiophagus. Pembedaan itu dilakukan karena king cobra kanibal. Smithsoinan's National Zoo and Conservation Biology Institute menjelaskan king cobra membatasi jenis makanannya untuk hewan berdarah dingin, khususnya ular. Beberapa king cobra bahkan hanya memakan satu spesies ular dan menolak yang lainnya.

"Ular yang dimakan king cobra sebagian besar berukuran lebih besar dan tidak berbahaya, seperti ular tikus Asia, dhamans, atau piton. Mereka juga memakan ular kobra India dan bahkan king cobra yang berukuran lebih kecil," sebut laman tersebut.

Oleh karena itu, wajar jika genus king cobra dinamakan Ophiopahagus. Kata itu, menurut Animal Planet, berakar dua kata latin: "ophio" yang berarti ular dan "phagus" yang berarti pemakan. King cobra pun satu-satunya ular yang dimasukkan dalam genus itu dengan nama spesies Ophiophagus hannah.

Bisa Ular Bisa Bikin Mati

Pada 2016, penyanyi dangdut Irma Bule tewas akibat digigit king cobra saat mengisi acara di Karawang, Jawa Barat. Dia hanya satu dari 4,5 juta orang yang mati setiap tahunnya karena gigitan ular menurut Global Snakebite Initiative.

Masuk dalam famili elipidae, king cobra memang salah satu ular yang bisanya paling mematikan di dunia. David A. Warrel mengatakan dalam "Venomous and Poisonous Animals" bahwa jika masuk dalam tubuh, bisa king cobra dapat menyebabkan pembengkakan dan pelepuhan di seluruh anggota badan sekitar lokasi gigitan.

"Kematian setelah digigit ular terjadi setelah beberapa menit (untuk spesies Ophiophagus hannah) atau 41 hari setelah digigit viper karpet (Echis carinatus)," sebut Warrel.

Sean B. Carrol dalam "How the king cobra Maintains Its Reign" mengatakan, bisa king cobra sangat cepat melumpuhkan sistem saraf. Ia adalah neurotoxin yang bekerja dengan mengikat reseptor pada sel otot. Toksin itu memblokir kemampuan asetilkolin, salah satu neurotransmitter kimia tubuh, untuk mengendalikan kontraksi otot.

"Pemblokiran reseptor-reseptor ini menyebabkan kelumpuhan, kegagalan pernafasan dan kematian," sebut Carrol.

Lebih lanjut, Carrol menyebutkan king cobra memroduksi cukup neurotoxin untuk membunuh seorang manusia dalam 15 menit atau seekor gajah dalam satu gigitan dalam 1 jam.

Meski mematikan, The IUCN Red List of Threatened Species mengkategorikan king cobra sebagai hewan "vulnerable" atau berisiko tinggi punah di alam liar.

Baca juga artikel terkait ULAR atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Husein Abdulsalam
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Ivan Aulia Ahsan