Menuju konten utama

Sejarah Hari Ular Sedunia 16 Juli dan Alasan Peringatannya

Berikut sejarah Hari Ular Sedunia tanggal 16 Juli dan alasan peringatannya.

Sejarah Hari Ular Sedunia 16 Juli dan Alasan Peringatannya
Ilustrasi Ular Weling. foto/istockphoto

tirto.id - Hari Ular Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 16 Juli. Peringatan Hari Ular sebagai bentuk meningkatkan kesadaran untuk melestarikan ular.

Kata ular dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Inggris Kuno 'snaca'. Reptil ini diperkirakan berasal dari kadal darat yang hidup sekitar 174,1 juta hingga 163,5 juta tahun lalu.

Ular juga dikategorikan salah satu fosil tertua. Dia hidup di Inggris sekitar 167 juta tahun yang lalu. Selain sudah eksis di dunia, reptil ini juga sudah dikenal di berbagai kebudayaan.

Sebelum para peneliti mengetahui tentang berbagai spesies ular, reptil ini telah disebutkan dalam mitologi kuno dan juga merupakan bagian integral dari berbagai agama.

Misalnya, dalam Alkitab, setan mengambil bentuk seekor ular yang ada di Taman Eden. Dan karena dibujuk ular, Hawa memakan buah terlarang di surga, sehingga harus diusir dan turun ke bumi.

Berbeda dengan mitologi Irlandia. Pada abad ke-5, menurut mitologi Irlandia, Santo Patrick pergi ke puncak bukit dan berpuasa selama 40 hari.

Selama waktu ini, Santo diserang oleh ular. Untuk melindungi dirinya, ia mengayunkan tongkatnya dan mengusir semua ular di Irlandia ke laut. Cerita tersebut menjadi alasan, sampai hari ini, Irlandia tidak memiliki ular.

Dengan berbagai temuan ilmiah dan mitos-mitos yang tersebar di berbagai kebudayaan. Ular sejatinya begitu dekat dengan kehidupan manusia.

Hanya saja, dengan seiring berjalannya waktu. Ular menjadi hewan yang sering disalah artikan. Adanya Hari Ular Sedunia sebagai bentuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya mengenal ular.

Alasan 16 Juli Diperingati Sebagai Hari Ular Sedunia

Alasan memperingati Hari Ular Sedunia sebagai wujud melakukan konservasi terhadap ular. Pasalnya, ular sering kali disalahpahami sebagai hewan yang berbahaya.

Berdasarkan laman National Day, bahwa ada 3.500 jenis ular di dunia. Dengan banyaknya jenis ular, tidak semua ular berbahaya.

Hari Ular Sedunia sebagai upaya untuk melestarikan berbagai jenis ular di dunia. Reptil ini harus diperlakukan secara layak, agar habitatnya tidak musnah seiring dengan perubahan iklim dan ketidakpahaman manusia terhadap ular.

Selain itu, ular memainkan peran penting dalam ekosistem dan dapat ditemukan di setiap benua kecuali Antartika.

Sayangnya, banyak spesies ular yang kini terancam punah akibat hilangnya habitat, perburuan, dan perdagangan satwa liar ilegal.

Hari Ular Sedunia merupakan kesempatan yang bagus untuk mempelajari lebih lanjut tentang reptil yang menakjubkan ini.

Ular memiliki reputasi yang buruk karena banyak orang yang kurang memahami perilaku alami mereka. Adapun mitos-mitos yang sering disalahpahami tentang ular, merujuk pada laman Reptile Encounters, mitosnya sebagai berikut:

  • Ular itu agresif dan ingin menggigit
Ular sebenarnya adalah makhluk yang cukup pemalu. Naluri mereka adalah menjauh dari makhluk lainnya, bukan menyerang.

Sehingga ular memandang manusia sebagai predator, bukan mangsa. Ular menggigit hanya untuk membela diri.

Bahkan, ular tidak memiliki teritorial. Ular tidak memiliki karakteristik agresif secara inheren. Ular hanya akan menggigit jika mereka merasa terjebak atau terancam.

  • Ular membenci manusia
Sangat menyenangkan membayangkan sekelompok ular berkomplot melawan umat manusia. Tetapi mereka tidak memiliki kapasitas mental untuk tidak menyukai manusia.

Ular lebih memilih untuk tidak berada di dekat manusia, karena manusia adalah makhluk yang besar dan canggung, dan sejujurnya manusia membuat mereka takut.

  • Ular itu berlendir dan kotor
Sebaliknya, ular adalah makhluk yang sangat bersih. Kebanyakan dari mereka memiliki kulit yang kering, bukan berlendir.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Sulthoni

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Sulthoni
Penulis: Sulthoni
Editor: Alexander Haryanto