tirto.id - Teks khutbah Jumat akhir Ramadhan 2023 hari ini 21 April mengambil tema Idul Fitri berbeda hari adalah hikmah.
Tahun ini, umat Islam Indonesia kemungkinan besar akan merayakan hari raya Idul Fitri tidak pada hari yang sama. 1 Syawal 1444 H Muhammadiyah bertepatan dengan Jumat, 21 April. Sementara itu, pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) kemungkinan besar akan mengumukan Idul Fitri 1444 H berlangsung Sabtu, 22 April 2023.
Berikut contoh teks khutbah Jumat di bulan Ramadhan tentang sikap terhadap Idul Fitri tahun ini yang yang dirayakan pada hari yang berbeda.
Teks Khutbah Jumat Akhir Ramadhan 2023 tentang Idul Fitri
Hadirin jemaah shalat Jumat yang insya Allah dalam naungan rahmat dan hidayah Allah Swt, marilah kita senantiasa menghaturkan puja dan puji syukur kepada Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang berpegang teguh terhadap tali Islam ini hingga akhir hayat.
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib tidak henti-hentinya mengingatkan hadirin untuk terus berupaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt.
Ketika seseorang mencintai sesuatu, akan mudah baginya untuk melakukan apa pun demi yang dicintainya. Demikian pula, semoga kita dianugerahi cinta yang terus menerus kepada Allah, sehingga selalu punya kekuatan untuk menjauhi larangan-Nya dan mengikuti segala perintah-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad saw., nabi akhir zaman, yang selalu menjadi teladan bagi kita. Manusia terbaik yang mendapatkan hak berjumpa Allah di Sidratul Muntaha dalam peristiwa Isra Miraj karena cintanya yang begitu mulia. Semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau pada Yaumul Akhir kelak.
Hadirin jemaah shalat Jumat yang berbahagia,
Tahun ini Idul Fitri dirayakan pada hari yang berbeda. Muhammadiyah melalui Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 Hijriah sudah menetapkan bahwa Jumat 21 April 2023 ini, bertepatan dengan 1 Syawal 1444 H.
Dalam menentukan kalender Hijriyah, Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal. Syarat-syarat terpenuhinya perhitungan bulan baru akan terwujud jika 3 kriteria terwujud. Pertama, telah terjadi ijtimak. Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. Ketiga, pada saat terbenamnya matahari posisi bulan berada di atas ufuk.
Berdasarkan metode yang dianut Muhammadiyah tadi, ketiga kriteria tadi sudah terjadi pada Kamis, 20 April 2023. Oleh karenanya, disimpulkan bahwa Idul Fitri Muhammadiyah berlangsung keesokan harinya, Jumat 21 April. Tahun ini, kalangan Muhammadiyah berpuasa selama 29 hari.
Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) dan Kemenag RI memiliki metode yang berbeda. Metode yang dipakai adalah menggunakan data hisab sebagai instrumen, lantas memantapkannya dengan memantau hilal pada hari yang dianggap yang berpotensi sebagai hari terakhir Ramadhan, yaitu 29 Ramadhan atau Kamis, 20 April 2023.
Jika pada hari terakhir tersebut hilal tidak terlihat, puasa digenapkan jadi 30 hari. Jika hilal terlihat, puasa hanya berlangsung selama 29 hari.
Data hisab setiap lembaga terkait ketinggian hilal adalah sama. Perbedaannya ada pada metode yang diambil. Bagi Kemenag RI dan NU yang mengutamakan rukyatul hilal, data hisab terkait hilal Syawal 1444 H pada Kamis, 20 April belum memenuhi syarat.
Kemenag RI berpedoman pada kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Dalam kriteria ini, imkanur rukyat baru memenuhi syarat jika posisi hilal saat matahari terbenam mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Pasalnya, jika ketinggian hilal di bawah 3 derajat dan sudut elongasi kurang dari 6,4 derajat, maka hilal tersebut tidak akan terlihat. Cahayanya akan kalah dengan cahaya senja (syafaq).
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Perbedaan metode dalam memantau hilal telah menghasilkan hari Idul Fitri yang berbeda. Namun, hal ini bukanlah masalah besar. Perbedaan hari raya ini ini tidak bermakna rusaknya ukhuwah. Justru dari perbedaan itulah, umat Islam dapat belajar untuk saling menghormati dan toleransi terhadap yang memiliki pendapat berbeda.
Akan mudah memahami orang lain jika ia seragam dengan kita. Namun, ketika orang lain punya pandangan yang tak sama, justru di sanalah ketulusan jiwa kita diuji. Pengalaman menahan diri selama 29 atau 30 hari berpuasa, hendaknya tidak hanya mengajarkan kita menahan lapar dan dahaga. Tetapi juga membuat diri ini paham pentingnya menghilangkan keakuan dan perasaan paling benar sendiri.
Yang perlu dilakukan oleh umat Islam, di kalangan rakyat, tokoh, hingga pejabat, adalah bersikap arif dan bijaksana. Mari bersama-sama mengembangkan suasana positif dan berfokus untuk menyongsong Idul Fitri dengan penuh keikhlasan.
Khutbah Kedua
Ya Allah, Ya Rabb, puji syukur kami haturkan kepada Engkau yang memberikan kami kekuatan hingga dapat menyelesaikan ibadah Ramadhan. Semoga kami termasuk orang-orang yang berhak meraih kemenangan hakiki pada Idul Fitri.
Ya Allah, Ya Rabb, semoga kami masih berhak bertemu dengan Ramadhan lagi tahun depan. Semoga kami senantiasa menjadi hamba-hamba-Mu yang bersyukur.
Editor: Iswara N Raditya