tirto.id - Komisi Yudisial (KY) memastikan proses seleksi calon hakim agung (CHA) dilakukan secara profesional dan akuntabel. Pernyataan itu disampaikan oleh Amzulian dalam rangkaian agenda sinergitas KY dengan Media Massa, Jumat-Minggu (6/8/2023) di Yogyakarta.
Amzulian mengatakan dirinya menyaksikan langsung proses seleksi itu meskipun di tengah keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di tubuh KY.
"Yang tidak kalah penting adalah kewenangan kita dalam menyeleksi calon hakim agung. Saya menyaksikan, bagaimana teman-teman bekerja keras, bagaimana komisioner tanpa kompromi, hanya banyak yang tanya ke saya coba nitip, apakah fair? Saya katakan saya menyaksikan langsung pertaruhannya adalah kami semua," kata Amzulian.
KY saat ini tengah menyeleksi calon hakim agung dan calon hakim ad hoc berdasarkan permintaan Mahkamah Agung (MA). Proses seleksi itu guna mengisi posisi 10 calon hakim agung yang terdiri dari satu hakim agung kamar perdata, delapan hakim kamar pidana dan satu hakim kamar tata usaha negara (TUN) khusus pajak, serta tiga hakim ad hoc HAM di MA.
Amzulian menjamin proses seleksi dilakukan secara ketat. Dia bahkan mengatakan belum tentu dirinya bisa lulus jika ikut seleksi. Menurut Amzulian, proses seleksi juga melibatkan DPR RI.
"Saya belum tentu lulus, ya untuk bisa ikut tes hakim agung itu. Saya menyaksikan berat kira-kira begitu. Nah itupun setelah kita seleksi secara berat, kan, masih ada approve dari DPR," ucap dia.
Lebih lanjut, kandidat yang calon hakim agung juga akan dikorek kehidupan sehari-harinya. Karena itu, kata dia, seleksi jabatan ini tidak gampang sebab tidak semua jabatan dilakukan seberat itu.
"Saya pikir tidak banyak seleksi jabatan yang sampai berbuat sedalam itu. Kalau ke rumah kita tanya, tetangga sekitar kita coba gali info supaya tidak salah. Tentu kita manfaatkan juga info yang sifatnya intelijen," tutur Amzulian.
Amzulian menambahkan seleksi yang begitu ketat dilakukan karena tugas KY ialah menindak hakim melalui majelis kehormatan hakim (MKH).
"Saya agak terharu melihat kerja bapak ibu sekalian. Karena itu pekerjaan yang berat," tutup Amzulian.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Fahreza Rizky