Menuju konten utama

Kemenhub Akan Bangun Rumah Transisi untuk Korban Gempa Lombok

Rumah transisi merupakan pengganti tenda namun bisa bersifat permanen (growing house).

Kemenhub Akan Bangun Rumah Transisi untuk Korban Gempa Lombok
Pengungsi membangun tenda darurat di pematang sawah di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (6/8/2018). ANTARA FOTO/Zabur Karuru

tirto.id - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan membangun rumah transisi dalam bentuk klaster bagi korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), demikian tertulis dalam keterangan pers yang diterima Senin (27/8/2018).

Rumah tersebut dibangun sebagai bentuk tali kasih kepada korban bencana. Selain membantu dalam bentuk keperluan sehari-hari, Kemenhub juga memastikan logistik air bisa berjalan baik dan merata.

Rumah transisi dibangun Kemenhub bekerja sama dengan Fakuktas Teknik UGM. Rumah yang akan dibangun bersifat temporer tapi bisa menjadi growing house.

“Ini satu hal yang baik, karena nantinya rumah ini akan dibangun dengan material yang sudah ada. Kami akan bangun 50 rumah dalam bentuk satu klaster,” kata Menhub.

Menhub berharap program ini bisa berjalan cepat sehingga tanggal 9 September ini bisa selesai dalam waktu satu minggu bisa selesai 50 rumah.

“Kami ingin masyarakat Lombok ini cepat bangkit dan kembali bekerja sebagaimana mestinya,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Teknik UGM Nizam mengatakan program rumah ini adalah memberikan bantuan tempat tinggal yang lebih baik dibanding tenda.

“Maka dibuat program rumah yang disebut rumah transisi, artinya rumah ini tidak perlu dibongkar lagi, tapi bisa jadi rumah permanen dengan satu sistem Hunian Transisi Menuju Permanen (HUNTRAP),” ujar Nizam.

Nizam mengatakan, proses pembuatnya sangat sederhana, misalnya dindingnya bisa menggunakan anyaman bambu atau pakai papan yang masih tersisa dan rumah tersebut pelan-pelan tumbuh dan berkembang.

“Diawali rumah inti 18 meter persegi tapi bisa tumbuh menjadi 36, menjadi 72 sesuai perkembangan kesiapan masyarakat untuk mengembangkan sendiri. Jadi kami ingin basis nya masyarakat sendiri yang bangkit dan berdaya kembali untuk menbangun masa depannya dari keruntuhan bencana ini,” ujarnya.

Nizam menambahkan, estimasi biaya dan waktu untuk satu rumah diperkirakan memakan waktu 2 hari dengan 3 orang tukang dan biaya sekitar 10 juta untuk rangka dan atapnya sampai bisa ditempati.

“Lokasinya sesuai arahan Pak Menteri di sekitar Pelabuhan Pemenang. Ini harus segera, agar ekonomi pariwisata bisa segera tumbuh dan pulih kembali,” ujarnya.

Nizam menambahkan, material yang digunakan rangka dari kanal baja yang tahan gempa, atapnya bisa dari aluminum yang ringan.

Baca juga artikel terkait GEMPA NTB

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra