Menuju konten utama

Usai Inpres Gempa Lombok Terbit, Kemenko PMK Gelar Rapat Koordinasi

Usai Inpres Penanganan Gempa Lombok, Kemenko PMK menindaklanjuti percepatan penanganan difokuskan pada penanganan transisi darurat menuju ke pemulihan bencana.

Usai Inpres Gempa Lombok Terbit, Kemenko PMK Gelar Rapat Koordinasi
Sonny Harry B Harmadi, menggelar rapat koordinasi teknis eselon I untuk implementasi Inpres Penanganan Gempa Lombok di Kemenko PMK, Jumat (24/8/2018). FOTO/Dok. KemenkoPMK.

tirto.id - Usai Presiden Jokowi menandatangani Inpres Nomor 5 Tahun 2018 tentang percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-gempa Lombok, Menko PMK Puan Maharani menggelar rapat pimpinan dan menginstruksikan jajarannya untuk segera mengkoordinasikan pelaksanaan inpres.

Menindaklanjuti hal tersebut, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Sonny Harry B Harmadi, menggelar rapat koordinasi teknis eselon I untuk implementasi Inpres di Kemenko PMK, Jumat (24/8/2018) sore.

Sonny menjelaskan bahwa tindak lanjut percepatan penanganan difokuskan pada penanganan transisi darurat menuju ke pemulihan bencana. "Dalam rapat dipastikan bahwa santunan bagi 563 korban meninggal dunia sudah dilaksanakan dengan baik," ujar Sonny, seperti rilis yang diterima Tirto, Sabtu (25/8/2018).

Pihak Kementerian Sosial memastikan bahwa santunan telah diberikan bagi 556 korban meninggal dunia di Lombok dan sisanya 7 korban lain di Sumbawa.

Keterbatasan kemampuan dapur umum untuk melayani kebutuhan makanan dan minuman pengungsi diatasi dengan mendistribusikan peralatan memasak dan bahan makanan bagi dapur mandiri di ribuan titik pengungsi.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Kementerian ESDM terus meningkatkan pasokan prasarana, sarana air bersih dan sanitasi sebagai prioritas utama kebutuhan para pengungsi dengan membuat sumur bor dan pompa air tanah.

Dalam rapat koordinasi tersebut, Sonny juga memastikan kepada Kementerian Kesehatan untuk penanganan ribuan korban luka berat dan luka ringan hingga tuntas.

Dalam paparannya, Kemenkes menyampaikan terdapat ribuan ibu hamil, penduduk lanjut usia, disabilitas dan kelompok balita sebagai kelompok penduduk rentan yang telah terdata dan memastikan mereka terlindungi serta kebutuhannya terpenuhi.

BNPB telah mendata pengungsi dan persebarannya untuk keperluan penyediaan serta penyaluran bantuan logistik, tenda pengungsi/tenda keluarga, dan penyediaan MCK.

Dalam rapat juga dipastikan bahwa Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah mendistribusikan data pengungsi menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Data tersebut digunakan sebagai dasar percepatan pemenuhan kebutuhan spesifik bagi perempuan, bayi/balita, anak-anak, ibu hamil/menyusui, dan lansia, termasuk layanan psikososial.

Pihak Kementerian ESDM dalam rapat menyerahkan peta geologi Lombok yang akan digunakan sebagai dasar mitigasi bencana dalam pelaksanaan rehabilitasi/rekonstruksi, didukung informasi tata ruang dari Kementerian ATR/BPN. Untuk percepatan pembangunan rumah dan infrastruktur dasar, Kementerian PUPR menjadi koordinator pelaksanaan di lapangan.

Dalam rapat BNPB mengusulkan agar pembangunan rumah rusak berat memadukan konsep rumah Risha (rumah instan sederhana sehat) dan rumah konvensional dengan struktur tahan gempa sebagai bentuk mitigasi bencana.

Pada masa transisi bencana ini, masing-masing kementerian atau lembaga berkomitmen untuk terus melakukan pembangunan sarana dan prasarana sementara seperti sekolah, puskesmas, rumah sakit, pasar, dan rumah ibadah agar pelayanan dasar tetap terpenuhi.

Sonny juga meminta BNPB bersama pemerintah daerah dan kementerian atau lembaga terkait untuk segera menyelesaikan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi yang berisi daftar kebutuhan penanganan.

“Rencananya akan dilaksanakan penyusunan rencana aksi tingkat provinsi pada minggu keempat Agustus ini dan dilanjutkan rencana aksi tingkat nasional di awal September,” papar Harmensyah, Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB.

Atas dasar rencana aksi tersebut, BNPB segera mengajukan kebutuhan pencairan anggaran untuk pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi ke Kementerian Keuangan.

Di akhir rapat disimpulkan bahwa berbagai sumberdaya nasional secara bergotong-royong terus dikerahkan untuk memastikan bahwa percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi dapat terlaksana dengan baik.

Oleh karenanya, Sonny meminta agar masing-masing kementerian atau lembaga dapat segera menyisir program dan anggarannya untuk mendukung percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di Lombok.

“Rapat koordinasi hari ini telah membahas hal-hal teknis untuk ditindaklanjuti di lapangan, sedangkan beberapa kebijakan strategis akan diputuskan dalam rakor tingkat menteri yang dipimpin Ibu Menko PMK, rencananya diselenggarakan dalam waktu dekat," tutup Sonny.

Baca juga artikel terkait GEMPA NTB atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri