Menuju konten utama

Kelaparan di Papua Tengah, BNPB: Tanaman Mati karena Suhu Dingin

BNPB melaporkan tanaman sumber makanan pokok seperti jagung mati karena suhu dingin luar biasa di Papua Tengah.

Kelaparan di Papua Tengah, BNPB: Tanaman Mati karena Suhu Dingin
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/6/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/YU

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan perubahan iklim yang terjadi di Indonesia memicu hujan es di Papua Tengah yang berdampak pada kelaparan warga di wilayah tersebut.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyebutkan fenomena iklim yang berbeda, yakni iklim dingin di Papua terjadi ketika wilayah lainnya mengalami musim kering.

“Jadi tanaman masyarakat, jagung, mati karena ada fenomena suhu dingin yang luar biasa. Sehingga ada beberapa ribu orang masyarakat Papua yang terletak di Papua Tengah, ini yang mengalami kelaparan, sampai ada 6 orang meninggal,” ujar Suharyanto dikutip dari Antara, Selasa (1/8/2023).

Senada, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyampaikan musim kemarau berkepanjangan yang diiringi cuaca dingin ekstrim memicu terjadinya gagal panen.

Gagal panen ini membuat warga Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, kesulitan mendapatkan bahan makanan.

“Kekeringan itu juga menyebabkan warga setempat kesulitan mendapatkan air bersih hingga mengakibatkan enam warga yang meliputi lima orang dewasa dan seorang bayi meninggal dunia, diduga dikarenakan diare dan dehidrasi,” ujar Muhari.

Untuk saat ini, upaya yang dilakukan pemerintah melalui BNPB adalah memberikan bantuan langsung kepada warga Papua Tengah terdampak kelaparan. Bencana ini terjadi akibat dampak perubahan iklim yang menyebabkan gagal panen.

Selain itu, BNPB bersama sejumlah instansi lainnya seperti BMKG, Kementerian Sosial, Kementerian PUPR, Badan Pangan Nasional berupaya mengurangi dampak kekeringan yang ditimbulkan fenomena El Nino, di mana puncaknya diprediksi pada September dan Oktober 2023.

Pemerintah menyiapkan dua strategi untuk mengurangi dampak fenomena El Nino penyebab kekeringan, yakni memastikan ketersediaan air di daerah-daerah rawan kekeringan serta kewaspadaan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Baca juga artikel terkait KELAPARAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan