tirto.id - Reynhard Sinaga dinobatkan sebagai pemerkosa terburuk di Inggris karena jumlah korban yang mencapai hampir 200 orang. Selama di pengadilan, ia disebut sebagai pemerkosa paling produktif di Inggris. Ia bertanggung jawab terhadap tindak kekerasan seksual kepada setidaknya 195 orang di Manchester.
Reynhard, yang berusia 36 tahun asal Indonesia ini mengincar pria-pria muda di bar atau klub-klub sekitar apartemennya di pusat kota. Ia mencampur minuman mereka dengan obat GHB sebelum menyerang mereka ketika mereka tidur dan merekam pemerkosaan itu di telepon genggamnya.
Setelah empat persidangan, yang baru dibuka untuk media pada Senin (6/1/2020), Sinaga dihukum atas 159 kasus kekerasan seksual, termasuk 136 pemerkosaan terhadap 48 korban. Namun, dikhawatirkan jumlah korban bisa mencapai ratusan, karena sebagian besar pria yang ia targetkan tidak menyadari mereka telah diperkosa.
Diwartakan The Telegraph, ketika dihubungi polisi, tidak ada korban mengetahui detail kejadian yang menimpa mereka. Dua di antara korban yang berhasil mengingat kejadian itu pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Reynhard yang mulai menetap di Inggris pada 2007 melakukan pemerkosaan di flat-nya di Manchester, yang hanya beberapa meter dari banyak klub malam dan bar kota yang populer.
Modus yang dilakukan Reynhard adalah ia meninggalkan apartemen larut malam, kemudian mencari orang-orang yang tampak mabuk atau rentan. Setelah memulai percakapan, dia akan membujuk mereka kembali ke flat-nya dengan tawaran minuman atau kesempatan untuk mengisi baterai telepon mereka.
Reynhard kemudian mencampur minuman mereka dengan GHB obat golongan C. Dia akan memperkosa atau menyerang mereka secara seksual, seringkali berkali-kali dan merekam kejadian itu di teleponnya.
Korban termuda berusia 17 tahun dan yang tertua 36 tahun. Skala sebenarnya dari pelanggaran Sinaga mungkin tidak pernah diketahui. Polisi telah menetapkan, setidaknya 195 orang diserang secara seksual dan difilmkan, tetapi lebih dari 70 orang belum diidentifikasi.
Semua kecuali tiga dari 48 pria yang dapat diidentifikasi adalah heteroseksual. Selama dua setengah tahun, hampir setiap minggu ia selalu melakukan pemerkosaan, kadang-kadang ia memperkosa dua korban yang berbeda pada akhir pekan yang sama.
Dia akhirnya ditangkap pada Juni 2017 ketika korban terakhirnya sadar saat pemerkosaan dan berhasil melawan Reynhard sebelum melaporkannya ke polisi. Ketika petugas memeriksa ponsel Reynhard dan perangkat digital lainnya, mereka menemukan rekaman mengerikan yang menunjukkan dia memperkosa korbannya.
Dia sering mengambil "piala" dari orang-orang yang dia serang, mencuri ponsel, jam tangan dan barang-barang lainnya. Detektif berhasil melacak banyak korban karena Sinaga mengikuti mereka di media sosial setelah pemerkosaan dan menceritakan pada teman-temannya.
The Guardianmewartakan, Ian Rushton, wakil kepala penuntut, menyebut Sinaga "pemerkosa paling produktif dalam sejarah hukum Inggris". Sementara itu, Home Secretary, Priti Patel mendesak Dewan Penasihat independen tentang Penyalahgunaan Obat untuk memeriksa kontrol pada zat-zat seperti GHB (gamma-hydroxybutyric acid), yang diyakini telah digunakan oleh Sinaga.
Hakim Suzanne Goddard QC pada Senin (6/1/2020) di Pengadilan Manchester mengatakan Sinaga sebagai "individu yang berbahaya, sangat terganggu dan sesat tanpa perasaan", yang seharusnya tidak pernah dibebaskan dari penjara.
Hakim mengatakan dia sangat mempertimbangkan untuk memerintahkan Sinaga menjalani hukuman seumur hidup, yang berarti dia tidak akan pernah dibebaskan. Ini akan menjadi hukuman pertama yang dijatuhkan atas kejahatan selain pembunuhan.
Reynhard lahir di Jambi di Indonesia pada tahun 1983 dari keluarga menengah yang cukup kaya. Ayahnya adalah seorang bankir yang kemudian pindah ke bisnis kelapa sawit. Reynhard datang ke Inggris dengan visa pelajar pada 2007, mendaftar untuk gelar MA dalam sosiologi di University of Manchester.
Pada 2012 ia memulai PhD di bidang geografi manusia di Universitas Leeds, tetapi tetap tinggal di Manchester.
Investigasi kasus pemerkosaan Reynhard adalah yang terbesar dalam sejarah hukum Inggris dan ini adalah pertama kalinya para jaksa penuntut membagi dua dakwaan di empat pengadilan terpisah.
Editor: Agung DH