Menuju konten utama

Kasus Joki Vaksin 16 Kali, Bagaimana Dampaknya Bagi Kesehatan?

Bigwanto sebut dampak joki vaksin ini lebih besar pada aspek kepercayaan warga ke pemerintah dibanding kesehatan individu si joki.

Kasus Joki Vaksin 16 Kali, Bagaimana Dampaknya Bagi Kesehatan?
Ilustrasi Vaksinasi Covid-19. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Seorang warga Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Abdul Rahim (49) mengaku pernah 16 kali disuntik vaksin COVID-19. Dia bilang dirinya telah menjadi joki untuk 14 orang.

Abdul Rahim menyampaikan pengakuannya itu lewat sebuah video berdurasi 31 detik yang kini viral di media sosial. “Saya telah melakukan vaksinasi 14 orang pengganti vaksinasi. Adapun suntikan yang saya terima ada 16 kali,” kata Abdul Rahim dalam video tersebut.

Dia menuturkan ingin menjadi joki vaksin COVID-19 karena alasan ekonomi. Sehari-hari, Abdul Rahim bekerja sebagai kuli bangunan, sehingga membutuhkan pendapatan tambahan.

“Upah yang diberikan [joki vaksin] antara Rp100 ribu hingga Rp800 ribu,” kata dia.

Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari mengatakan tidak ada efek berbahaya untuk tubuh seseorang yang menjadi joki vaksin.

“Kita sudah lihat bersama ya, penampilannya dia [joki vaksin] sehat saat menjelaskan keterangan di video. Jadi secara nalar juga kalau orang disuntik berkali-kali ternyata ya tidak apa-apa, nggak berbahaya,” kata Hindra saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (22/12/2021).

Hindra menambahkan, “Kalau ada dampak yang tidak menyenangkan, nggak mungkin dia mau divaksin sebanyak itu.” Lagi pula, kata dia, seseorang yang disuntik vaksin berkali-kali justru akan sia-sia saja. Sebab, antibodi sudah terbentuk setelah dua kali vaksinasi.

Dia mengatakan antibodi seseorang akan menurun setelah enam bulan menerima vaksin terakhir. Oleh karena itu, pemberian booster atau suntikkan ketiga dianjurkan setelah enam bulan dari vaksinasi dasar.

“Kalau sebelum itu, kita [seseorang yang sudah divaksinasi] masih kebal. Jadi, tidak ada manfaatnya divaksin berkali-kali. Antibodi dari vaksin sebelumnya juga masih ada,” kata dia.

Menurut Hindra, yang berbahaya justru seseorang yang menggunakan jasa joki vaksin COVID-19 tersebut. Sebab, mereka belum divaksinasi, tetapi memiliki sertifikat vaksin sehingga dapat berpergian secara bebas.

“Jadi orang seperti itu yang berbahaya, bisa menyebarkan virus ke orang lain,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan kejadian seseorang menerima suntikan vaksinasi COVID-19 hingga belasan kali belum ada dalam literatur. Kasus Abdul Rahim adalah yang pertama.

Oleh karena itu, kata Sri Rezeki, perlu dilakukan observasi lebih lanjut kepada subjek tersebut. “Belum ada yang tahu, perlu observasi,” kata Sri Rezeki saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (22/12/2021).

Sri Rezeki menyarankan agar publik menunggu keputusan Kementerian Kesehatan untuk menindaklanjuti peristiwa tersebut.

Peneliti dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Mouhamad Bigwanto menyatakan, meskipun efek kesehatan karena mendapatkan vaksin COVID-19 berkali-kali belum diketahui secara pasti, akan tetapi risiko tersebut tetap ada.

“Namun, dampak kejadian ini menurut saya lebih besar pada aspek kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam mengelola vaksinasi, dan ini lebih serius dari kesehatan individu yang bersangkutan,” kata Bigwanto kepada reporter Tirto, Rabu (22/12/2021).

Respons Pemerintah

Kementerian Kesehatan RI mengaku masih berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Selatan terkait laporan joki vaksin COVID-19 yang dilakukan Abdul Rahim tersebut.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menambahkan saat ini kepolisian juga ikut menangani temuan kasus ini untuk mendapatkan kronologis runtut dan kebenaran informasi itu. Sehingga, hal tersebut bukan hanya dari pengakuan Abdul Rahim semata.

"Saat ini sedang koordinasi dengan Dinas Kesehatan Sulsel. Tentunya juga harus didalami dulu apakah betul atau tidak, bisa jadi hanya pengakuan [Abdul Rahim] saja," kata Nadia kepada reporter Tirto, Rabu (22/12/2021).

Dia juga menuturkan sampai saat ini belum ada kajian soal efek pemberian vaksin Covid-19 dengan belasan dosis itu terhadap ketahanan imunitas seseorang. Sementara, pemeriksaan sampel darah perlu dilakukan untuk membuktikan pengakuan warga tersebut.

"Belum ada sampai saat ini kajian ataupun laporannya ya," kata Nadia.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang pun telah memeriksa kondisi kesehatan Abdul Rahim. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa dampak dalam tubuh dia usai disuntik vaksin COVID-19 hingga belasan kali.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Muhammadong, Rabu (22/12/2021) mengatakan, pihaknya berkunjung dan memastikan kebenaran Abdul Rahim yang mengklaim sudah 16 kali disuntik, termasuk dua dosis vaksin untuk dirinya.

“Selain itu, sampel darah Abdul Rahim diambil untuk diteliti dan diuji untuk memastikan kebenaran puluhan dosis yang telah masuk dalam tubuhnya,” kata Muhammadong seperti dikutip Kompas.com.

Baca juga artikel terkait JOKI VAKSIN COVID-19 atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Abdul Aziz