tirto.id - Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka resmi diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) bagi Prabowo Subianto. Prabowo merupakan bakal calon presiden dari koalisi tersebut, yang terdiri dari Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, Partai Demokrat, Partai Gelora, Partai Garuda, dan PBB.
Pengumuman Gibran sebagai cawapres, diumumkan langsung oleh Prabowo di kediamannya di Jakarta Selatan, Minggu (22/10/2023) malam. Ia didampingi para ketua umum anggota koalisi saat mengumumkan kabar ini. Sebelumnya, keputusan memilih putra sulung Presiden Joko Widodo itu sebagai cawapres Prabowo, memang menguat ketika Gibran melakukan silaturahmi politik ke sejumlah petinggi partai Koalisi Indonesia Maju.
Gibran bahkan menghadiri langsung Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) II Partai Golkar 2023, Sabtu (21/10/2023) atau sehari sebelum dideklarasikan sebagai cawapres. Golkar sepakat merekomendasikan dia sebagai pendamping Prabowo dalam Pilpres 2024.
Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto sempat menyampaikan, dipilihnya sosok pemimpin muda mengingatkan Golkar kepada sosok Sutan Sjahrir, yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) pertama Indonesia ketika usianya masih di bawah 40 tahun. Gibran sendiri saat ini berusia 36 tahun.
“Jadi kalau Sutan Sjahrir bisa, maka saya yakin under 40, anak muda kita juga siap mendampingi Pak Prabowo Subianto,” kata Airlangga.
Rentetan peristiwa Gibran sebagai cawapres pendamping Prabowo, memang disertai kontroversi soal batas usia minimal cawapres dan isu dinasti politik keluarga Jokowi. Terkait batas usia cawapres, karpet merah bagi Gibran terbentang setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan uji materi syarat minimal usia capres-cawapres.
MK membuat pengecualian syarat minimal usia 40 tahun, bagi mereka yang pernah atau sedang menjabat sebagai kepala daerah. Putusan ini membuat Gibran dapat melenggang menjadi cawapres. Ketua MK Anwar Usman yang notabene paman dari Gibran yang mengetuk putusan ini.
Selain itu, beberapa pihak juga menyoroti kelayakan Gibran sebagai seorang pemimpin negara. Usia yang muda, minim pengalaman, dan gaya kepemimpinannya tidak lepas dari kritik dan sorotan publik. Tidak sedikit yang menilai Gibran belum ‘matang’ untuk menjadi orang nomor dua negeri ini.
Salah satunya dari dari mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia menilai Gibran belum teruji dan memiliki pengalaman yang cukup untuk maju sebagai cawapres Prabowo. Ahok mengaku lebih memilih Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai calon pemimpin andalannya, karena dinilai sudah berpengalaman.
“Kalau belum punya pengalaman dan Anda maju presiden atau wakil presiden, nanti Anda enggak ngerti. Ini bukan soal belajar atau coba-coba lho,” kata Ahok di Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Jauh sebelumnya, gaya kepemimpinan Gibran sebagai Wali Kota Surakarta, juga sempat mendapatkan kritik dari Wakil Ketua DPRD Surakarta, Sugeng Riyanto. Ia menilai gaya komunikasi Gibran belum optimal dan diminta untuk membangun komunikasi ke masyarakat dengan cara lebih memanusiakan manusia.
Gibran memang telah hampir tiga tahun menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Ia sendiri kerap disebut-sebut memiliki gaya kepemimpinan yang ‘santai’ dan rajin menanggapi berbagai komentar netizen di akun media sosial X (Twitter) pribadinya. Sikap ini makin tercermin dalam cuitan Gibran, beberapa saat setelah namanya resmi diumumkan menjadi cawapres Prabowo.
“Tetap santuy walaupun sedang trending,” tulis Gibran, Minggu (22/10/2023), dikutip dari akun X pribadinya.
Sontak saja cuitan Gibran tersebut ditanggapi ribuan komentar. Tidak sedikit netizen yang mengkritik Gibran maju sebagai cawapres pendamping Prabowo. “Politik dinasti resmi diumumkan,” tulis salah satu komentar.
“Ga tau malu ya.. walau dikecam 1 negara...klo mabuk kekuasaan memang kayak gini ya,” protes netizen yang lain. Ada pula salah satu netizen yang berkomentar, “Tetap santuy, walaupun tau di cap rakyat gak sadar diri, haus akan kekuasaan...”.
Cuitan Gibran setelah menjadi cawapres Prabowo itu menariknya tak hanya diisi oleh komentar pedas. Beberapa netizen ikut menanggapi cuitan putra Jokowi itu dengan nada bercanda. Bahkan, ada pula netizen yang mendukung Gibran sebagai kandidat sosok pemuda dalam ajang Pilpres 2024.
Tirto sudah berupaya meminta respons Gibran terkait beragam komentar yang mempertanyakan kapasitas dirinya menjadi cawapres Prabowo. Namun hingga berita ini ditulis, permintaan konfirmasi yang dilayangkan ke nomor pribadi Gibran belum mendapatkan respons dan hanya berstatus terkirim.
Pemimpin Muda, Menjadi Beban atau Keuntungan?
Peneliti dari Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI), Wawan Kurniawan menjelaskan soal kematangan pemimpin, memang tidak terpaku pada usia muda atau tua. Kematangan, kata Wawan, hadir dari kompetensi yang dimiliki seseorang.
“Terkadang ada pemimpin yang bisa belajar lebih cepat dari usia yang dimiliki, ada yang butuh lebih lambat. Ada yang meski telah lama memimpin, tidak ada proses belajar yang terjadi,” kata Wawan dihubungi reporter Tirto, Senin (23/10/2023).
Wawan menuturkan, dalam beberapa riset dijelaskan terkait usia dan korelasinya pada sifat kepemimpinan. Misalnya, pemimpin yang lebih tua ditemukan cenderung memiliki keinginan yang rendah untuk membuat perubahan dan melakukan inovasi dibanding yang lebih muda.
Di sisi lain, riset juga menunjukkan bahwa kebijaksanaan usia akan membantu kematangan individu, selama proses perkembangan itu digunakan sebaik mungkin untuk belajar dan berefleksi. “Jadi tiap pemimpin akan beda-beda kematangannya. Tidak ada usia pasti yang bisa menjawab,” tambah Wawan.
Ketika menilai gaya kepemimpinan Gibran, Wawan melihat, kemungkinan besar citra yang ingin ditampilkan Gibran dengan terlihat santai dan sederhana, dilakukan untuk mencoba menyentuh ceruk pemilih dari kelompok muda. Pemilih muda di 2024, memang memiliki pengaruh signifikan dari segi jumlah yang dominan.
“Dengan kesan santai dan sederhana, Gibran juga tampaknya bercermin dari gaya kepemimpinan Jokowi sebelumnya,” ujar Wawan.
Dalam beberapa kesempatan, Gibran memang kerap dikaitkan sebagai pemimpin muda yang akan mengakomodir suara anak-anak muda di Indonesia. Citra ini beberapa kali juga dihembuskan oleh sejumlah pendukung dan relawan, yang menginginkan Gibran maju sebagai cawapres.
Seperti PP Gerakan Milenial Indonesia (GMI) yang mendukung Gibran sebagai cawapres Prabowo Subianto. Ketua Umum PP GMI Sasha Tutuko menilai, sosok Gibran merupakan pemimpin muda yang pas untuk mendampingi Prabowo.
“Kami meyakini bahwa Gibran Rakabuming sebagai cawapres Pak Prabowo akan bekerja dengan mengakomodasi aspirasi anak muda Indonesia, karena Gibran juga merupakan golongan dari kaum muda,” kata Sasha dalam keterangan resmi, dikutip Senin (23/10/2023).
Hal senada diungkapkan Bintang Muda Indonesia (BMI) yang merupakan organisasi sayap Partai Demokrat. Ketua Umum BMI, Farkhan Evendi menilai, Gibran sebagai figur yang mampu mewakili kelompok anak muda, dan mampu tampil apa adanya. Ia bahkan sebut Gibran memiliki moralitas politik jauh lebih baik dibanding para figur politisi senior.
“Gibran bisa menempatkan diri untuk mengedepankan politik santun, anak muda yang dipandang sebelah mata oleh banyak orang ternyata memiliki moralitas politik yang jauh lebih baik,” kata Farkhan dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Senin (23/10/2023).
Terkait pemilih muda, survei yang dilakukan tim riset Tirto bersama Jakpat menemukan bahwa pemilih muda rupanya memilih karakteristik “jujur dan tidak korupsi” sebagai prioritas utama dalam memilih calon presiden dalam Pilpres 2024 dengan persentase 33,73 persen.
Pilihan ini berada di atas karakteristik lain seperti tegas dan berwibawa, dekat dengan masyarakat, taat beragama, adaptif (bisa mengikuti perkembangan teknologi) dan inklusif (peduli dengan minoritas, kelompok marginal dan rentan), yang juga menjadi karakteristik-karakteristik teratas yang dipilih oleh responden dari kalangan pemilih muda.
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy atau biasa disapa Romi, ikut menyoroti majunya Gibran sebagai cawapres pendamping Prabowo. Menurut Romi, ada potensi ketidaknetralan Presiden Jokowi untuk mendukung putra sulungnya, Gibran, dalam kontestasi Pilpres 2024.
PPP merupakan salah satu partai yang masuk dalam poros koalisi pendukung Ganjar Pranowo- Mahfud MD, bersama PDIP, Partai Hanura, dan Partai Perindo.
“Mas Gibran ini putra presiden yang secara emosional tentu sulit mempercayai dukungan presiden tidak melekat untuk putranya,” kata Romi dalam keterangan tertulis, Senin (23/10/2023).
Di sisi lain, Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menegaskan, keputusan KIM menyokong Gibran sebagai cawapres sudah berdasarkan mufakat yang matang. Ia tak ambil pusing pihak yang mempertanyakan keputusan KIM menggaet Gibran sebagai pendamping Prabowo.
“Semua sudah dipikirkan, dan dihitung sehingga tadi seperti sudah disampaikan yaitu diumumkan (Gibran sebagai cawapres KIM),” kata Dasco di Jakarta, Minggu (22/10/2023) malam.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz