Menuju konten utama

Kalatidha, Album Baru Down for Life yang Mengisahkan Zaman Edan

Kalatidha adalah sebutan untuk zaman edan, zaman ketika etika, moral, dan budi pekerti seperti dianggap tak penting lagi.

Kalatidha, Album Baru Down for Life yang Mengisahkan Zaman Edan

tirto.id - Setelah delapan tahun sejak mini album Menantang Langit, band metal asal Solo, Down For Life, akhirnya kembali dengan karya terbaru mereka yang berjudul Kalatidha. Album ini adalah kelanjutan dari dua rilisan sebelumnya, Himne Perang Akhir Pekan dan Simponi Kebisingan Babi Neraka.

Kali ini, band asal Solo ini membawa tema besar tentang zaman yang udah makin gila, zaman edan. Tentang masa ketika etika, moral, dan budi pekerti seperti dianggap tak penting lagi. Yang baik dan buruk jadi kabur, yang benar dan salah dibolak-balik. Kalatidha diambil dari ramalan Jawa kuno Serat Jangka Jayabaya, yang ditulis ulang oleh Ranggawarsita. Bukan cuma album musik, ini semacam pernyataan sikap dan pencarian spiritual Down for Life.

Proses pengerjaan album ini makan waktu enam tahun. Album ini juga menjadi bukti bagaimana ketahanan sebuah band. Di sela-sela pandemi, kesibukan harian, dan jadwal manggung yang padat, Down for Life tetap jalan terus. Hasilnya adalah 10 trek yang keras, berat, dan gelap, tapi juga reflektif.

Sebagian besar materi direkam di Studio Darktones, Jakarta Timur, di bawah arahan dua produser: Adria Sarvianto (yang juga mengerjakan mixing di Studio Darling) dan Stephanus Adjie, vokalis Down for Life. Sisanya direkam di berbagai tempat: Yogyakarta, Jakarta Selatan, dan Solo. Mastering-nya sendiri dilakukan oleh Machine The Producer, sosok yang juga pernah mengerjakan album Lamb of God dan Suicide Silence! Sedangkan untuk visual albumnya digarap oleh Akmal Abdurrahman dan Ardha Lepa, dengan desain grafis dari Jahlo Gomes.

Lewat Kalatidha, Down For Life juga mulai buka ruang buat cerita-cerita yang lebih luas dan menyentuh. Ada ode buat anak-anak berkebutuhan khusus di “Children of Eden”, lagu tentang kerusakan lingkungan dan perlawanan masyarakat adat di “Prahara Jenggala” (yang videonya digarap bersama Trend Asia dan masuk kompilasi Sonic/Panic Vol. 2 rilisan Alarm Records/ IKLIM), anthem untuk klub sepak bola kebanggaan mereka Persis Solo di “Sambernyawa”, dan dua trek penutup yang terdengar seperti soundtrack akhir zaman: “Sangkakala I" & "Sangkakala II”.

Down for Life untuk saat ini menjadi sebuah kolektif beranggotakan 8 orang personil yaitu:

Stephanus Adjie (vokal), Rio Baskara (gitar), Isa Mahendrajati (gitar), Ahmad Ashar “Jojo” Hanafi (bass), Mattheus Aditirtono (bass), Muhammad Abdul Latief (drum), Adria Sarvianto (sequencer) dan Muhammad Firman “Bolie” Prasetyo (sequencer). Dalam beberapa panggung sering juga dibantu drummer Alvin Eka Putra (Noxa, Bongabonga, Dead Pits) dan Rangga Yudhistira (Hands Upon Salvation).

Album ini sudah dirilis pada 31 Mei 2025 lewat Blackandje Records, dalam format CD dan vinyl edisi spesial (black & red marble).

Baca juga artikel terkait METAL atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nuran Wibisono