tirto.id - Federal Trade Commission (FTC), lembaga federal Amerika Serikat yang bertugas melindungi konsumen, tengah mendiskusikan apakah Mark Zuckerberg, Pemimpin Eksekutif Facebook, dapat dimintai tanggung jawab secara pribadi atas kegagalan media sosial ciptaannya melindungi privasi pengguna. Diwartakan The Washington Post, FTC tengah melakukan penyelidikan atas “pernyataan-pernyataan masa lalu Zuckerberg tentang privasi”.
Ide pertanggungjawaban Zuckerberg secara pribadi muncul selepas ada anggapan bahwa Zuckerberg, sebagai Kepala Eksekutif, berikut pejabat eksekutif lainnya, pasti mengesahkan/mengizinkan praktik privasi perusahaan secara berkala kepada dewan direksi.
Penyelidikan terhadap Facebook oleh FTC dimulai pada Maret 2018 lalu, selepas skandal Cambridge Analytica terkuak. Skandal tersebut merupakan sebuah kebocoran data atas sekitar 87 juta pengguna Facebook, yang kemudian dimanfaatkan salah satunya untuk kepentingan politik.
Jauh sebelum FTC melakukan penyelidikan di awal 2018 itu, tepat pada 2011, lembaga federal ini pernah mengingatkan si raksasa media sosial untuk meningkatkan privasi penggunanya atas kebocoran data yang menimpa mereka kala itu. Zuckerberg, sebagai individu, selamat dari sanksi FTC.
Gagasan meminta tanggung jawab pribadi merupakan sesuatu yang baru dan bisa menjadi terobosan mengatasi permasalahan privasi pengguna layanan digital yang kian rumit. Senator Richard Blumenthal menegaskan bahwa pemimpin seperti Zuckerberg pasti menandatangani praktik privasi perusahaan dan meremehkan masalah privasi tersebut.
"Menangkap Mark Zuckerberg dan eksekutif lainnya secara pribadi bersalah dan meminta tanggung jawab atas kesalahan mereka akan mampu mengirim pesan yang kuat kepada para pemimpin bisnis bahwa Anda akan membayar harga yang mahal atas tindakan menipu konsumen, terang Blumenthal.
Dalam laporan The Post tersebut, pihak Facebook tengah berunding untuk menghindarkan sang bos bertanggung jawab secara pribadi. Sementara itu, Putri Dewanti, Communication Lead Facebook Indonesia, tidak memberi tanggapan saat dimintai keterangan tentang apa yang tengah menimpa bos besar mereka.
Sebagai platform yang menampung 2,3 miliar pengguna, Facebook sering mengalami kebocoran data. Selain kasus Cambridge Analytica, ada tiga kasus yang menimpa Facebook yang menyebabkan jutaan pengguna terpapar privasinya. Kasus pertama terjadi pada 2013. Kala itu, sekitar 6 juta akun Facebook terpapar akibat adanya “design flaw” alias kesalahan rancang-bangun pada fitur rekomendasi pertemanan.
Kedua, pada 2018, akibat terdapat celah pada Application Programming Interface (API), beberapa aplikasi pihak ketiga yang terhubung dengan API dapat mengakses data-data pengguna tanpa persetujuan. Setidaknya 50 juta akun Facebook terimbas celah ini.
Terakhir, pada 2019, akibat sistem verifikasi baru yang meminta pengguna memberikan kata kunci e-mail yang mereka gunakan pada Facebook. Akibatnya, ada 1,5 juta kontak e-mail milik para pengguna Facebook terunggah ke server Facebook tanpa persetujuan.
Melansir TechRepublic, insiden yang berhubungan dengan privasi telah ada di awal kelahiran media sosial ini. Pada 2005, misalnya, beberapa ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology sukses menggondol 70 ribu data pengguna dari empat sekolah di Amerika Serikat. Sebagai catatan, di mula Facebook hadir, hanya pengguna yang memiliki e-mail institusi pendidikan yang bisa menggunakan Facebook.
Atas betapa pentingnya Facebook tetapi ringkihnya privasi dalam platform ini, pemimpin tertinggi mereka, Mark Zuckerberg, jadi incaran banyak orang. Facebook membentengi sang pimpinannya itu tidak main-main. Menurut The Guardian, pada 2018, Facebook menggelontorkan uang senilai $22,6 juta untuk melindungi Zuckerberg.
Angka tersebut meningkat tiga kali lipat dibandingkan biaya perlindungan Zuckerberg pada 2017. Kala itu, sebagaimana dilansir Bloomberg, Facebook "hanya" mengucurkan uang senilai $7,33 juta untuk keamanan sang bos.
Biaya keamanan melindungi Zuckerberg menjadi yang termahal dibandingkan bos-bos perusahaan teknologi lainnya. Bahkan, bos Google, Sundar Pichai, dan bos Apple, Tim Cook, memperoleh biaya keamanan yang tidak sampai $1 juta. Google hanya memberikan biaya keamanan sebesar $600 ribu, sementara Apple hanya mengeluarkan $310 ribu.
Sementara itu, bos perusahaan teknologi yang biaya keamanannya lebih dari $1 juta, selain Zuckerberg, ialah Jeff Bezos ($1,6 juta) dan Brian Krzanich ($1,2 juta).
Mahalnya biaya keamanan terjadi karena ongkos profesional dan perlengkapan di bidang ini memang mahal. Roderick Jones, konsultan keamanan yang sering menerima pekerjaan dari perusahaan-perusahaan top dunia, mengatakan bahwa untuk melindungi tempat tinggal, jalur transportasi, serangan siber, dan orang-orang terdekat, tim keamanan yang benar-benar profesional membutuhkan biaya hingga $10 juta.
Selain itu, para profesional penjaga bos-bos besar bukanlah orang sembarangan. Paling tidak, tim keamanan merupakan mantan agen-agen federal Amerika Serikat, mulai dari FBI hingga Paspampres negeri Paman Sam. Zuckerberg, misalnya, dijaga oleh mantan tim penjaga Joe Biden, mantan wakil presiden Amerika Serikat.
Editor: Maulida Sri Handayani