tirto.id - Joe Miller, seorang pemilik studio tato, Old Larimer Street Tattoo tak terlalu resah ketika krisis ekonomi melanda Amerika delapan tahun silam. Di saat para pengusaha kalut akan lini usahanya yang macet, Miller justru tak henti-hentinya kedatangan pasien yang rela membayarnya mahal. Berkat tato, Miller juga mengaku mampu merenovasi studio dan membeli rumah dengan cicilan 125.000 dolar AS per tahun.
Selain Miller, Scottie Deville pemilik Th'ink Tank Tattoo juga mengalami hal yang sama. Di tengah krisis yang melanda ekonomi Amerika, Deville justru mampu menambah sembilan seniman di studionya, dengan tarif yang terbilang mahal, yakni 150 dolar AS atau sekitar Rp1,9 juta per jamnya. Sejak 2002, pendapatannya telah meningkat 10 persen per tahun.
Industri tato di Amerika memang tak pernah kehilangan gairahnya meski krisis menerpa. Pangsa pasarnya sangat besar. Menurut laporan NBC News, dari 15.000 studio tato yang ada di Amerika, diperkirakan mampu menghasilkan sekitar 2,3 miliar dolar AS per tahun. Penghasilan itu disumbang oleh pengguna tato yang terus meningkat. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Pew Research Center, kurang lebih sepertiga orang di Amerika berusia 18 sampai 25 tahun memiliki tato di tubuh mereka. Angka pengguna tato untuk usia 41 hingga 64 tahun juga diperkirakan mencapai 10 persen.
Di Indonesia, industri tato juga semakin meningkat. Angka pasti industri ini di Indonesia memang belum pernah ada angka pasti. Yang pasti, harga pembuatan tato di Indonesia masih sangat bervariasi dari yang paling murah sekitar Rp300 ribu hingga jutaan rupiah. Studio Tato menerapkan harga yang berbeda, ada yang mematok harga per jam, ada yang mematok per desain. Mahal atau murahnya membuat tato tergantung teknik, warna, kerumitan, desain.
Tato dan Kesehatan
Seni merajah tubuh memang banyak digandrungi. Meski demikian, tato sebenarnya memiliki sisi negatif dari sudut pandang kesehatan. Menurut penelitian yang dipimpin oleh seorang dokter kulit di NYU Langone Medical Center, Marie Leger, hampir 10 persen dari 300 orang di usia 18 hingga 69 tahun dilaporkan telah mengalami ruam dan infeksi pada kulit setelah ditato.
Para peneliti mengatakan, pengguna tato juga telah menderita beberapa jenis ruam, gatal, bengkak, infeksi dan benjol pada kulit. Selain itu, 6 persen dari mereka juga mengatakan masalah itu akan berlangsung selama lebih dari empat bulan.
Para peneliti berspekulasi bahwa alergi itu disebabkan oleh beberapa jenis pewarna yang digunakan dalam tinta tato. Dugaan itu juga diperkuat oleh Tattooers. Dalam laporan itu disebutkan, kebanyakan mereka yang alergi terhadap tato disebabkan oleh tinta merah dan kuning. Namun, hal itu hanya dialami oleh 0,5 persen orang. Guna mencegah hal ini, banyak artis tato profesional yang akhirnya mencampurkan berbagai warna untuk mendapatkan warna merah.
Dalam beberapa kasus alergi, Tattooers meyakini ada beberapa tinta tato yang mengandung logam beracun seperti merkuri, nikel, kadmium, dan kromium. Hal itulah yang akhirnya memicu alergi pada kulit, dengan gejala utama seperti kulit yang gatal, merah dan sedikit bengkak.
Fenomena ini juga memancing Karin Lehner dari Universitas Reger di Jerman untuk melakukan studi terhadap tinta tato. Penelitian ini dilakukan dengan metode laboratorium yang sangat sensitif dan dapat mendeteksi jejak terkecil dari senyawa kimia. Mereka meneliti empat belas tinta tato yang tersedia secara komersial, hasil tes tersebut menunjukkan bahwa beberapa tinta terdapat campuran yang dapat menyebabkan rusaknya kulit.
Dr. Paul Broganelli, spesialis dalam Dermatologi dan Kelamin dari University Hospital di Turin juga pernah melakukan penelitian terhadap tinta hitam. Ia menemukan adanya zat berbahaya pada sejumlah tinta. Meski demikian, ia mengatakan bahwa penyakit kanker kulit belum terbukti pada orang bertato. Dr. Paul Broganelli juga menyarankan untuk mengetahui jenis tinta sebelum memutuskan untuk bertato.
Selain itu, kebanyakan orang yang memiliki alergi tinta juga menderita alergi pewarna lainnya seperti yang ditemukan pada makanan dan pakaian. Beberapa orang biasanya akan langsung mengalami kulit yang membengkak dan kemerahan dalam sebulan kemudian, bahkan adapula yang meradang sampai dua tahun.
Bagi sebagian orang, biasanya mereka akan mendapatkan reaksi hingga setahun, dengan gejala gatal-gatal yang terkadang menimbulkan reaksi panas dan dapat membuat bengkak. Alergi tinta juga menyebabkan tato menjadi sangat gatal dalam cuaca panas.
Cara Pencegahan
Mengingat begitu banyaknya kejadian buruk yang menimpa pengguna tato, beberapa pihak menyarankan untuk meminta para seniman tato menunjukkan daftar unsur-unsur yang terkandung di dalam tinta. Jika seniman tato tak mengetahui nama tinta dan nama produsennya, urungkan niat untuk membuat tato dan carilah tempat yang lebih profesional.
Selain itu, beberapa pihak juga menyarankan untuk melakukan patch test setidaknya dua puluh empat jam sebelum ditato. Patch test adalah tes kulit yang bertujuan untuk mengidentifikasi riwayat peradangan dan alergi kulit.
Para pengguna tato juga dianjurkan untuk menggunakan salep antibiotik atau hidrokortison untuk meringankan gejala gatal-gatal setelah bertato. Selain itu, para pengguna juga dapat memakai krim anti-gatal. Namun, jika gejala tak kunjung hilang, ada baiknya untuk segera pergi ke dokter kulit.
Selain itu, para pengguna tato juga harus membatasi sinar matahari, mencari tinta di tempat yang memiliki reputasi, melakukan perawatan hingga berkonsultasi dengan dokter jika memiliki masalah medis lainnya yang mungkin terpengaruh karena tato.
Tidak hanya para pengguna, The Alliance for Professional Tattooists juga merekomendasikan kepada seorang seniman tato untuk memakai sarung tangan sekali pakai, ruang kerja yang bersih tanpa tetesan darah dan menggunakan jarum sekali pakai.
Agar terjadi hal yang tidak diinginkan, ada baiknya mendengar saran dari Dr. Scott Holmberg yang menganjurkan untuk membuat tato di studio profesional yang terlatih, bersih, dan aman.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti