Menuju konten utama

Hukum Merayakan Valentine dalam Islam, Boleh atau Haram?

Hukum merayakan Valentine dalam Islam pada 14 Februari selalu jadi perdebatan. Ketahui apakah Valentine haram dan bagaimana sejarahnya di sini.

Hukum Merayakan Valentine dalam Islam, Boleh atau Haram?
Ilustrasi Valentine. foto/istockphoto

tirto.id - Hukum merayakan Valentine menurut Islam perlu diketahui setiap muslim agar tidak terjebak dalam perbuatan yang sia-sia. Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini masih banyak umat Islam yang ikut meramaikan Valentine. Lantas, apa hukum merayakan Valentine menurut Islam?

Valentine’s Day atau Hari Valentine adalah sebuah perayaan yang jatuh setiap tanggal 14 Februari dan dikenal sebagai hari kasih sayang. Tradisi ini berasal dari budaya Barat dan sering dikaitkan dengan ungkapan cinta melalui pemberian hadiah, cokelat, bunga, atau kartu ucapan.

Meski makna kasih sayang sangat luas dan bisa ditujukan kepada siapa saja, Valentine lebih identik dengan cinta antar lawan jenis, lebih tepatnya pasangan kekasih.

Valentine memang dirayakan secara luas di banyak negara, tetapi tidak selalu diterima oleh semua budaya dan agama. Di Indonesia misalnya, banyak yang menganggap Valentine hanya sebagai perayaan komersial, tetapi banyak pula yang menolak karena alasan keagamaan dan nilai moral.

Hari Valentine untuk agama apa? Valentine yang kita kenal sekarang memang bukan perayaan keagamaan atau sebuah ritual peribadatan dari agama tertentu. Namun, sejarah Valentine sering dikaitkan dengan agama Nasrani sehingga banyak yang mempertanyakan hukum merayakan Valentine dalam Islam.

Hukum Merayakan Valentine dalam Islam dan Hadistnya

Ilustrasi Buku cinta

Ilustrasi Buku cinta. Getty Images/iStockphoto

Islam selalu mengajarkan cinta dan kasih sayang terhadap sesama. Dalam Asmaul Husna, Allah SWT pun memiliki nama agung nan indah sebagai Ar Rahman (Maha Pengasih) dan Ar Rahiim (Maha Penyayang).

Dalam Islam, menunjukkan cinta dan kasih sayang adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan setiap hari, baik kepada keluarga maupun teman. Jadi, tidak ada hari khusus untuk merayakan kasih sayang dalam Islam.

Lalu, bagaimana dengan Valentine? Dilansir dari laman Muhammadiyah, Valentine identik dengan perayaan cinta antar muda-mudi yang sedang menjalin kasih alias berpacaran. Dalam Islam, pacaran sendiri dianggap sebagai perbuatan yang mendekati zina dan jelas-jelas dilarang.

Hal ini sudah jelas tercantum dalam Al-Quran, tepatnya pada surah Al-Isra’ ayat 32 yang artinya:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’ ayat 32)

Selain itu, Valentine juga berasal dari tradisi Barat yang sejarahnya dikaitkan dengan agama selain Islam. Adakah ada hadits larangan merayakan Valentine? Meskipun tidak ditulis secara gamblang mengenai larangan Valentine, ada sebuah hadis yang sangat populer terkait tasyabbuh atau menyerupai orang-orang non-Islam.

Dalam hadis riwayat Abu Daud dijelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Artinya: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia menjadi bagian dari mereka” (HR. Abu Daud).

Hadis ini memiliki makna bahwa muslim dilarang meniru atau mengikuti tradisi di luar Islam, termasuk perayaan seperti Valentine yang berakar dari budaya Nasrani.

Mengutip laman Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, Mufti Arab Saudi Syekh Abdul Aziz Al Syeikh, dengan tegas mengeluarkan fatwa bahwa mengikuti atau merayakan Valentine dalam bentuk apapun adalah haram.

Hal ini demi menjaga kemurnian akidah umat Islam agar tidak terjebak dalam perbuatan yang bertentangan dengan syariat agama.

Sementara itu, kalangan Nahdlatul Ulama (NU) juga memiliki pandangan serupa tentang hari Valentine. Situs NU Online menyebutkan bahwa meskipun Valentine tidak dikaitkan dengan agama, perayaan ini selalu menjurus pada kemaksiatan.

Jadi, apakah Valentine haram? Hukum merayakan Valentine dengan berpacaran dan menjurus pada kemaksiatan menurut Islam adalah haram atau dilarang sehingga umat muslim sebaiknya berhati-hati untuk tidak mengikuti tradisi ini.

Sejarah Valentine dalam Islam

Ilustrasi Valentine

Ilustrasi Valentine. foto/istockphoto

Guna lebih memahami hukum merayakan Valentine, maka umat Islam juga patut mengetahui sejarah atau asal-usul perayaan Hari Valentine.

Perlu dipahami bahwa tidak ada sejarah Valentine dalam Islam meskipun kasih sayang adalah bagian dari agama ini. Hari Valentine justru dikaitkan dengan agama Nasrani yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan Islam.

Berbicara tentang sejarah Valentine, ada banyak versi mengenai asal-usul perayaan ini. Versi yang paling populer adalah bahwa kata Valentine berasal dari nama seorang pendeta Kristen bernama Saint Valentine atau Santo Valentine.

Di abad ke-3 Masehi, Raja Romawi yang bernama Kaisar Claudius II sedang berusaha merekrut lebih banyak tentara. Salah satu kebijakannya adalah melarang anak-anak muda untuk menikah agar tidak terikat dengan keluarga dan lebih leluasa menjadi tentara.

Namun, saat itu Saint Valentine menentang aturan tersebut dan menikahkan prajurit muda dengan pasangannya secara diam-diam. Saint Valentine akhirnya dihukum mati dengan cara dipenggal, tepat pada tanggal 14 Februari 270 M.

Sebelum hukuman mati terlaksana, Saint Valentine mengirim surat kepada putri penjaga penjara dan membubuhkan kata-kata “Love from Your Valentine”. Dari sinilah tanggal 14 Februari akhirnya dirayakan sebagai Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang.

Ilustrasi valentine

Ilustrasi valentine. Getty Images/iStockphoto

Dilansir dari laman History, ada pula versi lain yang menyebutkan bahwa Valentine erat kaitannya dengan festival pagan bernama Lupercalia. Lupercalia adalah festival kesuburan bangsa Romawi yang dirayakan setiap 15 Februari.

Festival ini didedikasikan untuk Faunus, Dewa Pertanian Romawi, serta pendiri Romawi bernama Romulus dan Remus. Dalam festival ini, pendeta akan berkumpul di sebuah gua suci dan mengorbankan kambing untuk kesuburan serta anjing untuk kesucian.

Setelah itu, kulit kambing akan dipotong kecil-kecil dan dicelupkan di dalam darah kurban, kemudian ditamparkan dengan lembut pada wanita maupun ladang. Ritual ini pun dipercaya akan mendatangkan kesuburan.

Festival Lupercalia terus berlangsung selama bertahun-tahun hingga akhirnya dilarang oleh Kristen di akhir abad ke-5. Saat itu, Paus Gelasius akhirnya mengganti festival pagan ini dengan Hari Valentine yang diperingati setiap 14 Februari.

Jadi, Valentine untuk agama apa? Berdasarkan sejarah di atas, maka Hari Valentine erat kaitannya dengan agama Kristen. Dari sini juga dapat disimpulkan bahwa umat Islam dilarang merayakan Valentine. Selain karena tidak berakar pada syariat agama, praktiknya pun kerap menjurus pada kemaksiatan.

Mengetahui hukum merayakan Valentine sangat penting bagi umat Islam untuk menjaga kemurnian akidahnya. Meski demikian, umat Islam tetap wajib menunjukkan kasih sayangnya setiap saat terhadap sesama karena hal ini merupakan bagian dari ajaran agama.

Baca juga artikel terkait HARI VALENTINE atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani