tirto.id - Pada bulan April ini, beberapa unggahan terkait demonstrasi mahasiswa 11 April lalu dan pengamanannya oleh pihak kepolisian berseliweran di media sosial. Di antara banyaknya unggahan terkait aksi demonstrasi, banyak pula ditemukan misinformasi bermotif politik.
Beberapa kabar misinformasi tersebut diantaranya poster “Turunkan Jokowi” yang diklaim berasal dari BEM SI serta cuitan Denny Siregar soal Ipda Imam Agus Husein, anggota perwira Brimob Polda Sulawesi Tenggara (Sultra), yang diklaim meninggal akibat mengamankan demonstrasi mahasiswa di Kendari.
Pada 10 April lalu, sebuah video yang menunjukkan ribuan polisi turun ke jalan dan menyanyikan yel-yel dibagikan di platform media sosial Twitter. Video ini dibagikan oleh akun Twitter @_KanjengRaden (arsip). Menurut deskripsi yang ditulis, “sebagian 'Silent Majority' telah ikut membaur di barisan kaum Radikal yg akan mengadakan Demo 'MAKAR' besok”. Unggahan tersebut juga diikuti tagar #SayaBersamaJokowi.
Per 28 April, unggahan dari @_KanjengRaden telah disukai sebanyak 2 ribu kali, mendapat 103 quote tweet, dan 546 retweet. Video serupa yang disandingkan dengan narasi "pengamanan demo 11 April" juga dapat ditemukan di Facebook dan YouTube.
Lalu, bagaimanakah fakta sebenarnya dari potongan video polisi tersebut?
Penelusuran Fakta
Tirto menelusuri video yang dibagikan akun Twitter @_KanjengRaden melalui alat telusur gambar YanDex. Kami melakukan tangkapan layar terhadap salah satu keyframe video dan mencarinya melalui YanDex.
Hasil penelusuran tersebut membawa kami, salah satunya, pada berita Tribunnews.com tertanggal 23 Mei 2019. Berita Tribunnews.com tersebut berjudul “Ribuan Polisi Nyanyikan Yel-yel, Perlihatkan Jiwa Korsa saat Amankan Massa Menolak Hasil Pemilu”. Isi berita tersebut adalah mengenai TNI/Polri yang melakukan pengamanan di Jakarta ketika massa menolak hasil Pemilu 2019.
Setelah KPU mengumumkan unggulnya pasangan Joko Widodo–Ma’ruf Amin dari pasangan Prabowo Subianto–Sandiaga Uno pada Selasa, 21 Mei 2019, ribuan personel TNI/Polri diturunkan ke jalan. Kantor Bawaslu, KPU, dan beberapa tempat strategis mendapat pengamanan ekstra.
Pada tanggal 21 hingga 23 Mei 2019, memang terjadi bentrokan antara massa yang menolak hasil Pilpres 2019 dengan polisi di berbagai tempat di Jakarta. Titik pusat massa sendiri berada di depan Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat.
Aksi demonstrasi pada 21-23 Mei 2019 sendiri memakan sebanyak 893 korban menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta, mayoritas dari mereka berasal dari Tanah Abang (100 orang). Sementara terbesar kedua berasal dari Palmerah (60 orang).
Ada 87 orang korban yang terkena luka tembak, 283 orang luka ringan akibat lecet dan robek, 40 orang menderita ISPA dan sesak napas—mungkin akibat gas air mata, asap petasan, dan kembang api. Kemudian, dari 893 korban tersebut, sembilan orang meninggal dunia.
Selain dari Tribunnews.com, kami juga menemukan video polisi menyanyikan yel-yel tersebut lewat Twitter @TMCPoldaMetro pada 22 Mei 2019. Menurut deskripsi dari cuitan @TMCPoldaMetro, “TNI-Polri siap untuk menjaga stabilitas keamanan di tahapan-tahapan Pemilu 2019 selanjutnya. TNI-Polri tidak akan mentolerir dan akan menindak tegas semua upaya yang akan mengganggu ketertiban Masyarakat serta aksi2 inkonstitusional yg merusak proses demokrasi. NKRI harga mati!”.
Unggahan dari @TMCPoldaMetro dapat disaksikan melalui link berikut.
Unggahan lainnya dapat disaksikan dari akun Twitter @dsatpam2. Akun tersebut mengunggah potongan videonya pada 21 Mei 2019 pukul 10.49 malam.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa potongan video yang dibagikan oleh akun Twitter @_KanjengRaden bukan bagian dari aksi demo mahasiswa pada 11 April. Potongan video tersebut merupakan bagian dari tindakan Polri mengamankan aksi demo menolak hasil Pemilu Presiden dan telah beredar sejak tanggal 21 Mei 2019. Informasi yang dibagikan akun Twitter @_KanjengRaden bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
==============
Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6287777979487 (tautan). Apabila terdapat sanggahan atau pun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.
Editor: Farida Susanty